Baca dia Cinta

8.9K 252 44
                                    

Pintu terbuka Bella masuk kedalam kamar langkah kecilnya begitu ceria. Ditangannya yang mungil dia tengah memeluk setoples manisan. Senyuman bahagia ada di wajahnya.

Zhan berjongkok agar bisa setinggi bella. "Apakah manisannya enak?" Tanyanya. Bella mengangguk.

"Boleh aku mencobanya?" Tanya Zyan lagi. Bella melangkah mundur, bibirnya masih mengunyah membuatnya tidak bisa menjawab pertanyaan Zyan.

Zyan tersenyum lalu menggendong bella. Pemandangan manis yang selama ini kurindukan. "Sebentar lagi dia akan punya adik" ujarku.

"Ya aku sudah tau" jawab zyan.

"Oh, apa aku sudah mengatakan kepadamu?" Tanyaku.

"Belum. Tapi aku tahu" zyan duduk dibawah kakiku. Membuat Bella berjalan diatas kasur untuk duduk di ranjang, aku masih belum menggunakan apapun.

"Ibu aku kangen ayah" bibie kecil itu merengek. Aku menatap Zyan yang membelai punggung Bella dengan sabar.

Siang itu aku kembali pulang. Zyan mengangantarku langsung ke stasiun kereta api. Sebelum berpisah kami berpelukan.

"Aku menunggumu disini Vannesa" aku mengangguk. "Aku mencintaimu" ujarnya selepas mengecup bibirku.

"Aku mencintaimu juga" jawabku. Aku segera naik keatas gerbong. Melihat lelakiku yang duduk di sebuah bangku di bawah jam gantung. Aku harus segera kembali kepadanya. Aku berbisik kepada hati kecilku.

Sepanjang perjalanan aku berpikir. Apa yang harus aku lakukan untuk kembali kepada Zyan. Disisi lain aku memiliki Sam, aku sampai dikotaku. Kemudian berjalan untuk pulang.

"Darimana saja kau?" Seseorang membentak ketika aku membuka pintu.

"Aku... Aku" aku gelagapan. "Aku habis bermalam dirumah ibu". Segera menurunkan bella.

"Kau bohong kepadaku. Aku telah mencarimu ke seluruh kota dan tidak ada aku menemukanmu. Katakan kepadaku kemana kau pergi Vannesa?" Tanyanya.

Aku menatap matanya dengan berani. "Kau berani menatapku seperti itu Vannesa?" Tanya Sam mendekat. "Kenapa? Ada apa? Apa yang kau lakukan ketika aku pergi?" Tanya Sam. Aku hanya diam seribu bahasa.

"Jawab aku Vannesa" pinta Sam menggenggam tanganku. Ada air mata di pelupuk matanya.

Aku tahu jika dia akan kecewa ketika aku mengatakan semua kepadanya. Bahwa aku tidak lagi ada rasa untuknya, aku telah gila oleh cintaku kepada Zyan. Dimataku dia hanya orang ketiga yang akan menjadi masalah untuk hidupku dan Zyan.

Sam memeluk tubuhku. "Jangan pergi lagi" ujarnya.

Hari-hari berlalu dengan cepat. Sam menjadi over protective kepadaku. Sikapnya sangat menyebalkan, dia selalu membuntutiku kemanapun aku pergi. Entah mengapa lama lama aku menjadi muak dengan sikapnya.

Ditambah dengan kerinduanku pada paman zyan yang menjadi-jadi. Perutku yang membesar membuatku sangat ingin menghirup aroma paman Zyan dan bermain dengannya.

Sam tidak lagi berlayar. Dia memutuskan untuk berkebun, sehingga dia sering menghabiskan waktu dirumah untukku dan Bella. Itu membuatku tidak bisa pergi kemanapun. Didalam bayanganku aku melihat paman Zyan tengah menungguku dengan harap. Sama denganku yang tengah berusaha menemuinya.

Aku memutuskan untuk mengirimkan surat kepadanya. Menyampaikan semua keluh kesahku kepadanya, mengirimkannya secara sembunyi-sembunyi ketika Sam mengajakku ke kota untuk mengirim gandum.

Hubunganku dan Sam sudah sedikit renggang. Kami tidak lagi melakukan hubungan suami istri. Aku selalu membuat alasan untuk menolak ajakan sam. Jujur saja, aku tidak lagi bergairah dengannya. Aku lebih nyaman bermain seorang diri sembari membayangkan permainan paman zyan.

Beberapa hari setelah aku mengirim surat. Seseorang datang mengetuk pintu rumahku. Dia mengantarkan surat dan sebuab kotak kayu kecil yang entah isinya apa.

Sam dan bella sedang berkebun di belakang rumah. Aku yang berada di dalam dapur mengamati Sam dan Bella yang berjongkok untuk menggemburkan tanah. Teriliah Sam tengah mengajarkan Bella.

Aku membuka kotak kayu kecil. Berisi sebotol cairan berwarna kuning. Aku kemudian membuka surat yang ternyata dari paman Zyan.

Dier Vannesa
Menjawab suratmu yang kemarin. Menunggumu adalah aktivitas terbaruku sekarang. Aku selalu ada distasiun setiap pukul 7 pagi hingga 10. Lalu kembali lagi pukul 3 hingga petang. Aku sangat bahagia dengan surat yang kau kirimkan, dan aku semakin bersemangat menunggu kehadiranmu.
Dan Vannesa, aku mencintaimu lebih dari apapun. Kau tahu itu dengan baik. Aku ingin hidup denganmu, menghabiskan banyak waktu denganmu.  Aku mengirimkan hadiah kecil untuk sam, kau.tahukan cara menggunakannya?.

Aku menarik napas panjang. Menggenggam botol kecil didalam kotak kayu. Melihat seringai Sam dan tawa bahagia Vanessa, tidak sampai hatu aku melakukan dosa ini. Kemudian aku berpikir, zyan telah melakukan banyak hal untukku.

Aku membuat segelas kopi dan memasukkan cairan itu ke kopi Sam.

Ketika petang Sam dan Bella pulang kerumah dengan badan kotor dan bau lumpur. Aku menyuruh mereka untuk mandi, Sam memandikan bella. Setelah mandi kami bersiap melakukan makan malam.

Bella memimpin doa sebelum makan. Setelah selesai Sam meneguk kopinya. Matanya berbinar saat menatapku.

"Bella, kau harus secantik dan sebaik ibumu saat besar nanti" Sam berpesan yang menyayat hatiku. Aku tidak sebaik yang kau pikirkan Sam, aku telah meracunimu.

Kami melakukan makan malam, setiap ucapan Sam seolah menjadi petuah. Seperti menyampaikan pesan terakhir, dia meninggalkan seringai yang mengatakan ini adalah waktunya kembali ke tuhan.

"Aku mengantuk sekali." Ujar Sam, dia berpamitan untuk tidur. Aku yang hendak mencuci piring dicegah olehnya.

"Tidurlah bersamaku" ajaknya. Aku mengangguk.

Aku tidur dipelukannya. Diantara kami ada bella yang mendengarkan dongen dari Sam untuk tertidurr. Aku mendengar napasnya yang mulai berat saat dia bercerita kepada bella tentang kisah siburuk rupa dan putri yang cantik. Hingga bella terlelap.

"Masihkah kau mencintaiku Vannesa?" Tanya Sam. Aku "ya aku mencintaimu" jawaku.

"Aku tahu" ujarnya menutup mata. Napasnya yang berat berlahan menghilang. Aku memegang pipinya, Sam sudah tidak bernapas di tidurnya.

Aku segera mengangkat Bella yang telah terlelap. Berlari seperti dikejar sesuatu. Tanpa membawa apapun, hanya uang di pouch kecil. Aku cemas dengan semuanya, merasa menjadi orang yang paling berdosa di seantero jagat.

Aku ke stasiun kereta api. Menunggu kereta api yang berangkat pada pagi hari. Aku gelisah, aku takut tuhan menghukumku karena dosa yang baru saja aku lakukan. Aku telah membunuh sam.

Dipelukanku ada Vannessa. Dia pasti akan membunuhku ketika tahu dosa apa yang aku lakukan kepada ayahnya.

Pagi datang menyingsing. Keretaku telah datang. Segera aku menaikinya, aku cemas jika kejahatanku terungkap. Waktu berjalan lamnat dan menyiksa. Aku sampai di praha tepat sore hari.

Ketika aku turun dari kereta dengan menggandeng Bella. Aku menangkap sosok itu, sosok yang tengah terlelap di tempat duduknya. Aku mendekat, melihat wajahnya membuat kecemasan itu sirna seketika.

Aku mengecup bibirnya. Seketika matanya terbuka dan menatapku dengan bahagia. "Aku tahu kau akan datang" aku-pun ikut tersenyum.

Dia bangkit dari tempat duduknya untuk bergegas pulang. Dia merangkulku seolah hendak melindungiku.

Itu kisaku tentang cinta dan dosa. Aku tahu tuhan tidak akan mengampuniku, tapi tersiksa di neraka cinta rasanya aku akan baik-baik saja. Bagaimanapun Paman Zyan telah membahagiakan aku dengan cintanya yang aku yakin tidak akan pernah hilang oleh masa yang terus bergantu.

*************END****************

Gomawo cute readers. Maaf ya slow respon, author jaranh buka wattpad. Terimakasih sudah mengikuti cerita-cerita Author yang masih gj. Dan ikutin juga story author yang lainnya yaaachhh....

Salam hangat, cium jauh. XoXo

A Perfect Sin (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang