Sakitnya Kerinduan

6.5K 277 15
                                    

Inikah rasanya mati. Ketika ragamu bahkan tak memiliki hasrat untuk bernapas lagi. Ketika rasanya kehidupan yang fana ini sudah harus ditinggalakn dengan ikhlas. Tanpa penyesalan. Tanpa keresahan.

Jika mati dalam diam adalah kedamaian. Aku pikir cara ayah untuk tinggal dalam kedamaian adalah hal yang bijaksana.

Kini aku tidak lagi mendengar deras air danube yang mengalir. Tidak juga mendengar bising kehidupan. Aku seperti mencapai rasa damai. Damai yang tidak bisa aku definisikan bagaimana rasanya.

"Vanessa. Wake up" banyak yang berseru untuk membangunkanku. Tapi aku ingin mengabaikannya. Aku ingin tertidur lebih lama lagi.

Hingga ingatanku berputar. Ingatan yang seolah kembali mengulang. Ketika aku mengingat wajah lelaki bermata violet itu.

Aku bangun dan terbatuk. Aku tersadar, seolah paru paruku meronta meminta oksigen. Aku meminta orang orang pergi menjauhiku.

Aku berjalan sempoyongan. Didalam pikiranku hanya ada satu orang yang terlintas. Paman Zyan. Hatiku bergemuruh memikirkan pesonanya. Mengingat kenangan indah bersamanyapun membuat luka didalam hatiku.

Mengapa rasa cinta ini terlalu menyiksa saat merindu?.

Apakah aku merindukannya. Merindukan belaiannya dan segala hal tentangnya. Aku merindukan kehangatan yang tersirat dari dingin tatapan violetnya.

"Kau habis dari mana saja" tanya ibu panik. Aku segera memeluknya. Dan menangis didalam pelukannya. Meskipun tidak ada yang bisa menenangkan hatiku yang meronta memanggil namanya.
Mengapa aku tidak bisa membencimu, padahal kau telah melukaiku?

Aku benci dengan rasa ini. Aku berharap rasa ini cepat hilang. Entah sampai kapan rasa ini akan bertahan, dan menyiksaku. Membuatku menjadi orang terbodoh yang pernah ada.

Hari demi hari berganti. Rasanya aku mati dalam hidup. Mungkin ragaku tinggal raga, serta nyawaku telah hanyut di derasnya sungai danube.

Dalah hatiku aku bertiak memanggil namanya. Kerinduan yang menyiksaku. Tapi tak mungkin untuk kusampaikan.

"Biarlah Vanessa. Biarkan dia pergi" ujar sam saat aku bercerita tentang psikopat itu.

Hari berganti terlalu tenang. Ibu jarang dirumah. Aku menghabiskan waktuku diatas sofa, memandang langit2 rumah yang sudah reot.

Gosip-gosip tetangga sudag menebar diseluruh desa kecil di hilir sungai Danube. Banyak yang berspekulasi aku adalah penerus ibu. Membuatku makin frustasi dibuatnya. Ditambah aku sudah tidak boleh masuk ketempat-tempat suci. Para lelaki sudah mulai kurang ajar, dan para wanita sudah menggunjing.

"Kau sudah dengar perkataan orang sedesa?" Tanya ibu aku mengangguk.

"Kau akan tinggal disini atau pindah?" Tanya ibu.

"Kemana kita akan pindah. Praha?" Tanyaku. Ibu terdiam.

"Hidup kita tidak berubah di Praha. Bahkan aku kehilangan prawanku di Praha" ujarku emosi dan penuh penekanan.

"Kau bisa menjadi gundik disini" ujar ibu membuatku makin murka.

"Aku tidak akan menjadi gundik. Apapun yang terjadi" ucapku bersih keras menggebrak meja.

"Apa yang salah menang dengan menjadi gundik?. Aku gundik dan aku dengan mudah mendapatkan uang?. Lagi pula kau sudah tidak perawan lagi Vanessa" ibu membuat telingaku sakit.

"Pergilah. Lelakimu sudah menunggu didepan pintu. Dia sudah menunggu kau puaskan" ujarku.

"Zyan mengirim beberapa keping emas untukmu" ujar ibu. Hatiku kembali berdegup. Seolah ada semangat baru yang menyusup diantara relung jiwaku yang hampa.

"Lalu?" Tanyaku.

"Aku menerimanya. Aku butuh uang untuk membeli gaun baru" jawab ibu.

"Apa dia mengirim surat?" Tanyaku.

"Yah. Dia mengirim surat. Tapi aku tidak bisa membacanya" ujar ibu.

"Dimana suratnya?" Tanyaku. Segera berdiri, ibu menunjuk kearah amplop diatas perapian.

Didalam amplop itu ada liontin yang kutinggal di rumah paman Zyan. Serta sebuah surat.

Dier, Vanessa

Aku yakin kau yang akan membaca surat ini.karena aku tahu bahwa evelyna tidak bisa membaca. Salam hangat dariku, Zyan Abraham dari Praha yang selalu merindukanmu.

Aku hanya ingin tahu, bagaimana kabarmu?. Apa yang kau lakukan selama ini?. Apa kau baik-baik saja?. Kumohon kau untuk menjawab penasaranku.

Meskipun aku tahu tidak ada harapan kau akan membalas surat dari pamanmu ini semenjak kejadian itu. Tapi kukatakan padamu, aku diluar kendaliku. Aku tidak bisa mengontrol hasratku kepadamu. Rindu ini menyiksaku. Maafkan aku.

you are my perfect sin. Jika aku harus dihukum dineraka karena memilihmu. Mengambil your Virgin. Aku rela tak ada yang aku sesali, takapa alam menghukumku bahkan jika tuhan melaknatku-pun aku tidak masalah. Asal aku bisa bersamamu.

Kumohon kembalilah kepadaku. Tidak sebagai kemenakan. Tapi sebagai seorang wanita. Aku akan berubah seperti yang kau mau aku berjanji. Kumohon jawablah suratku.

Salam terhangat
Zyan Abraham

Aku termenung membaca surat itu. Aku terisak membaca surat darinya. Malam berganti, hari-pun terlawati. Aku tetap diposisiku terduduk. Mengulang kembali tulisan tangan yang khas itu. Aku ingin membalasnya, tapi aku tidak mau membuatnya tahu. Kerinduanku yang terlalu mematikan. Bahkan gelapnya malam-pun bergidik dengan perihnya kerinduanku kepadanya.

Malam itu aku terbaring diatas kasur. Mengulang kembali bacaan itu. Dalam jiwa yang memberontak sangat ingin berlari kearahnya dan mendekapnya dengan erat. Tapi mengingat kejahatannya yang menyakiti hati dan jiwaku yang lainnya. Aku hanya bisa bungkam. Sembari mendengarkan dawaian angin malam.

"Sudah berapa kali kau membaca surat itu Vanessa?" Tanya Samuel pagi itu saat mengunjungi rumahku.

"Sudah sebulan semenjak kedatanganku dari Praha. Aku masih terbayang-bayang dengan kota itu" ujarku menunduk.

"Kau merindukan lelaki psikopat itu?" Tanya Samuel. Aku menatap matanya dengan mataku yang sembab karena semalaman tidak tidur.

Aku menggeleng. Tapi hatiku mengangguk. Sam menggegam tanganku. "Lupakan lelaki itu" ujarnya nadanya sangat dalam.

"Aku... Aku... " ujarku hendak menjelaskan sesuatu.

"Menikahlah denganku" mataku terbelalak dengan ucapannya. Ucapan seorang sahabat yang membuatku terpana tak percaya.

"Aku sudah tak perawan" ujarku menunduk.

"Aku tidak peduli. Aku mencintaimu" tangan Sam memegang pipiku seolah meyakinkan aku dalam genggamannya yang makin erat.

"Baiklah, ayo kita menikah" ujarku sepakat. Samuel lelaki yang sudah menjadi sahabatku sejak lama. Mengecup bibirku dalam. Seolah matahari telah bersinar lagi dalam hidupku.

##########################

Edisi curhatan Author Galau

Dier cute readers
Author lagi ngerasain perihnya kerinduan. Jadi gini, author punya pacar. Udah jadi mantan sih. Author cinta banget sama dia. Kita hubungan yah biarpun LDR tapi udah berjalan 2 tahun.

Suatu hari author tau dia selingkuh. Tau dong patah hatinya yak apa?(suroboyoan iki). Kecewa banget. Tapi yaudahlah ya, author pikir kita juga sering bertengkar. Intinya Author yang enggak memperlakukan dia dengan baik. Dan author nyesel.

Author sama dia temenan. Sampai suatu hari dia hilang tanpa kabar. Sampai detik ini, dia hilang. Mungkin udah mati. Diracun sama selingkuhannya. (Enggaklah becanda) (but hope so). Author kangen sama dia. Udah gitu aja.

Author g nyesel perpisahan antara author dengan dia #azeeek. Tapi author nyesel ketemu sama dia. But yeah, biarin deh penghianat dan pencuri mati bersama. Ya gak?. Hahaha

A Perfect Sin (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang