Enam

118 11 0
                                    

Kak Pat kembali dipusingkan dengan konser yang ternyata sudah di ketahui banyak pihak. Bagaimana pun caranya, konser itu pasti akan batal. Kak Pat benar-benar bingung.

Kak Pat mencoba berdiskusi dengan Om Roy untuk mendapatkan jawaban terbaik. Namun, hasilnya sama saja menemui jalan buntu. Tak ada penyelesaian terbaik selain membatalkan konser.

"Mau bagaimana lagi? Ini sudah cara yang terakhir. Kita harus hadapi kerugian yang sangat besar jika benar ini cara terakhir," ujar Om Roy.

"Bagaimana dengan anak-anak nanti? Mereka tetap ingin konser itu ada," Kak Pat bingung.

"Anak-anak!" Pekik Om Roy.

Kak Pat langsung berlari menemui Iqbaal, Ryzki, dan Aldi di ruangan sebelahnya.

Di ruangan khusus yang di tempati CJR, tampak kesibukan masing-masing. Aldi sedang telepon, Iqbaal hanya mengutak-atik handphonenya, dan Ryzki sedang membaca.

"Aldi lagi telepon siapa tuh?" Tanya Kak Pat penasaran.

"Eh, kayaknya Lia. Ada apa ya Kak?" Tanya Iqbaal.

"Bilang ke Aldi, suruh Lia datang ke sini secepatnya! Keburu rame nanti," pinta Kak Pat.

Iqbaal pun menuliskan sesuatu di sebuah kertas. Ia pun memberikannya kepada Aldi yang sedang sibuk bertelepon.

Aldi membaca sekilas apa yang diberikan Iqbaal padanya. Ia pun segera memberitahu Lia tentang apa yang ditulis Iqbaal di kertas itu.

"Kamu ke sini ya nanti? Secepatnya aja deh. Ada sesuatu yang harus Kak Pat bicarain sama kamu," ucap Aldi.

"Oke, aku tunggu kamu di luar nanti. See you," Aldi pun menutup teleponnya.
★★★★★

Lia harus bersiap-siap dengan cepat setelah menerima telepon dari Aldi. Padahal, saat itu ia belum mandi. Ia harus segera mandi meskipun harus dengan terburu-buru.

Ia pun terlihat tergesa-gesa saat memakai sepatu. Kakaknya, Chandra sangat terheran-heran dengan tingkah laku adiknya itu.

"Terburu-buru seperti itu memang mau kemana?" Tanya Chandra penasaran.

"Ada sesuatu yang harus diselesaikan. Kakak mau mengatarku ke basecamp? Letaknya tak begitu jauh dari sini," ujar Lia.

"Baik, Kakak akan antarkan kamu," Chandra memperbolehkan adiknya pergi.

Kakak Lia mengantarkan Lia hingga ke depan basecamp. Lia bersyukur punya kakak yang baik dan mau menemaninya setiap saat.

Ketika tiba di depan gerbang basecamp, Lia melihat Aldi yang sudah tak sabar menuggunya. Lia terkekeh ketika melihat ekspresi Aldi yang tampak seperti orang kelelahan. Sebelum Aldi tampak marah, Lia pun berlari mendekati Aldi.

"Ada apa sih? Kamu mau ngerjain aku ya? Jujur deh?" Lia bertanya dengan polos.

"Siapa yang mau ngerjain kamu? Ada masalah serius tau!" Aldi mulai marah.

"Maksudnya?" Lia berlagak polos lagi.

"Uh, bikin kesel aja deh. Ayo buruan masuk! Keburu mulai rapatnya," Aldi menyeret Lia masuk ke dalam basecamp.
★★★★★

Ketika memasuki ruang rapat, Lia benar-benar terkejut saat melihat puluhan koordinator yang telah berkumpul. Lia hanya bisa tersenyum kecil kepada mereka semua.

"Siapa dia?" Tanya seorang koordinator dengan nada meremehkan.

" Dia Lia, dia juga koordinator kota seperti kalian. Ku harap dia bisa selesaikan masalah kita," Aldi mengenalkan Lia kepada yang lain.

"Baik, adakah usulan tentang apa yang sudah kita bicarakan kemarin, Lia?" Tanya Kak Pat.

Lia langsung mengambil sebuah buku dan menuliskan sesuatu di dalamnya. Setelah dirasa cukup, Lia langsung memberikannya pada Kak Pat. Lia tersenyum.

Kak Pat membaca tulisan Lia dan memahaminya. Sesekali Kak Pat tersenyum kecil pada bagian tertentu. Pada akhirnya, Kak Pat tersenyum lebar tanda setuju. Kak Pat memberi isyarat pada Lia untuk menjelaskan.

"Kita hanya perlu mengganti tema dari konser itu saja. Lalu......" Lia mulai menjelaskan.

"... waktu pelaksanaan masih sama seperti rencana awal. Lama pelaksanaannya kira-kira 6 jam," Lia menutup penjelasannya.

Hampir semua mengangguk setuju. Namun, ada beberapa yang masih agak kurang setuju.

"Ide luar biasa. Cepat dan cemerlang. Saya sendiri tak dapat menyanggah usulannya. Ini sungguh luar biasa," Kak Pat memuji Lia.

Lia tersenyum simpul. Sebenarnya, Lia masih khawatir dengan beberapa koordinator yang kurang setuju tadi. Lia hanya menutupinya dengan senyum kecil.

"Tapi bagaimana dengan anggaran konsernya?" Tanya seseorang yang tampak sangat tak yakin.

"CJR kan punya banyak sponsor. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Apalagi masalah anggaran," celetuk seseorang lagi.

"Tapi, bagaimana kalau sponsor tak sanggup membantu? Uang tiket? Belum tentu cukup!" Bantah seseorang lagi.

Kak Pat tidak bisa menyelesaikan pertikaian tersebut. Kak Pat melihat Lia yang mulai kesal. Kak Pat pun menepuk pundak Lia dan memberi isyarat.

Lia berdiri. Lia mencoba memandang satu persatu orang yang ada di sana. Dengan tatapan tajam, ia menatap wajah koordinator yang sedang bertikai. Dengan hentakan keras, Lia memukul meja yang ada di depannya.

Semua yang ada di ruangan itu terkejut. Termasuk Kak Pat, Iqbaal, Aldi, Ryzki, dan Om Roy. Semuanya pun memperhatikan Lia.

"Masalah anggaran, nanti kita bisa lihat dari penjualan tiket dan kesediaan sponsor. Saya yakin, anggaran dari itu semua cukup," jelas Lia.

Semua bertepuk tangan. Mereka segera menuju ke arah pintu keluar dan menyalami Lia satu persatu. Ada beberapa yang menepuk pundak Lia bahkan memeluknya. Lia berhasil menutup pertemuan itu dengan hebat.
★★★★★

"Kamu hebat Lia!" Puji Kak Pat.

"Luar biasa. Ku kira kamu bakal malu di depan mereka semua. Ternyata, mereka tunduk padamu," Aldi memuji Lia.

Lia tersipu. Sebenarnya, ia juga tak menyangka idenya akan di terima saat itu juga. Bahkan, kini ia juga bekerja di kantor yang merupakan markas besar idolanya.

Lia pun segera pulang setelahnya. Lia dapat bernapas lega. Masalahnya kini telah selesai. Ia bisa bersantai untuk menikmati liburannya.

CJR and COMATE StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang