Sebelas

96 8 0
                                    

Kini keadaan Lia makin parah. Kini ia harus terbaring lemah di ranjangnya. Ia tak terlalu kuat untuk berdiri maupun duduk. Tak banyak yang ia bisa lakukan.

Selama ia terbaring di ranjangnya, Lia kerap mendengar kakak dan mamanya bertikai. Sebenarnya, ia ingin membantu kakaknya. Namun, ia tidak bisa.

"Mama tidak akan pernah izinkan Lia pergi ke Jakarta hanya untuk konser itu! Tidak akan!" Mama Raisa marah.

"Tapi Lia punya peran penting untuk konser itu Ma! Tolonglah izinkan dia!" Paksa Chandra.

"Peran penting? Perang penting apa? Tukang teriak? Tukang bikin keributan?" Tanya Mama Raisa meremehkan. "Dia hanya akan menguras tenaganya untuk berteriak di bawah panggung. Mama tidak mau!" Tolak Mama Raisa.

"Aku akan buktikan kalau Lia bisa berada di atas panggung! Akan Chandra buktikan!" Chandra kesal.

Lia yang mendengar pertikaian itu menangis. Lia tak ingin keluarganya hancur karena masalah dirinya.

Chandra mendengar isakan Lia. Chandra pun segera masuk ke dalam kamar Lia dan mencoba menenangkan Lia.

"Maafkan Kakak. Kakak tidak bisa berbuat lebih dari ini. Kak Chandra tidak bisa membantumu lebih dari sekarang," ucap Chandra.

"Tak apa Kak. Mungkin memang sudah takdirku seperti ini. Aku belum terlalu kuat untuk menghadapi semua tugasku," kata Lia.

Chandra tersenyum kecil dan berkata, "jangan seperti itu, pasti masih ada jalan keluar kok."

Lia tersenyum saat memandang wajah Chandra.

"Lia makan ya sayang. Habis itu minum obatnya," Mama Raisa membawa nampan berisi makanan.

"Nanti saja, Ma. Aku belum lapar," tolak Lia.

"Ya sudah, mama taruh makanannya di meja saja. Biar kakak kamu yang suapi kamu nanti," Mama Raisa pun menaruh nampan itu di meja belajar Lia.

Setelah meletakkan nampan makanan itu, Mama Raisa pun mengambil buku jilid yang ada di sampingnya. Mama Raisa membaca sekilas buku itu dan bertanya pada Lia.

"Apa ini?" Tanya Mama Raisa.

"Itulah alasan mengapa Chandra minta mama izinkan Lia pergi. Itu adalah surat kontrak kerja Lia di Jakarta. Lia punya peran yang benar-benar penting di sana," jawab Chandra.

"Eh? Jadi yang kamu katakan selama ini benar?" Tanya Mama Raisa.

"Tentu saja Ma. Mana mungkin Chandra berbohong pada Mama," ujar Chandra.
*******
Sementara itu,

"Lia sakit ya?" Tanya Iqbaal.

"Ya seperti itulah. Aku juga khawatir sama dia," jawab Aldi.

"Khawatir karena cinta tuh," sindir Ryzki.

"Apaan sih?" Bantah Aldi.

"Jangan mengelak, Kak Pat tahu kamu suka kan sama Lia?" Singgung Kak Pat.

"Ya begitulah," jawab Aldi.

"Kamu tahu kondisi dia dari mana?" Tanya Kak Pat.

"SMS yang dibalas kakaknya," celetuk Aldi.

"Ada nomornya?" Tanya Kak Pat.

"Ada sih, ini punya Lia," Aldi menunjukkan nomor telepon Lia yang ada di handphonenya.

Setelah mendapat nomor telepon Lia, Kak Pat mencoba menghubungi Lia.
******

Handphone Lia yang di bawa oleh Chandra berdering. Chandra gelagapan saat mengambil handphone itu dari saku celananya. Chandra hanya dapat tersenyum simpul saat tahu Lia meminta handphone itu kembali.

"Sini! Biar aku aja yang angkat teleponnya," pinta Lia.

"Tidak, biar kakak saja," tolak Chandra. "Kau harus tetap diam di sini saja," lanjutnya.
*****

"Ya? Dengan saya sendiri. Ada apa ya?"
"Lia memang sedang sakit. Kami tak yakin bisa tiba di Jakarta dua hari ke depan,"
"Ya saya tahu itu. Tapi tolong beri keeringanan padanya,"
"Baik, saya mengerti. Dua hari sebelum konser, Lia harus sudah tiba di sana,"
*****

"Siapa Kak?" Tanya Lia sangat penasaran.

"Kak Pat. Beliau minta kamu untuk datang dalam dua hari ke depan. Tapi, Kakak udah minta keringanan. Mungkin kita berangkat empat hari sebelum konsernya," ujar Chandra.

"Ma, izinkan Lia datang ke konser itu Ma," pinta Lia dengan manja.

"Aduh, ini gimana urusannya? Ya udah deh Mama izinin. Tapi kamu harus selalu sama Kakak kamu," Mama Raisa setuju.

"Ya kalau itu sih udah pasti Ma, engga akan mungkin Lia lepas dari pengawasan Chandra," ucap Chandra sangat yakin.

"Baiklah, sebaiknya kalian segeralah pergi. Mungkin masih banyak waktu untuk kalian pergi ke sana," ucap Mama Raisa. "Mama akan siapkan keperluan Lia," lanjut beliau.

"Tidak usah, Ma. Biar aku saja," Lia berusaha bangkit dari tempat tidurnya.

"Sudahlah, biar Mama saja," cegah Mama Raisa.

"Ya sudah. Lia makan dulu ya sayang," ucap Chandra.

"Baiklah," Lia pun mau.

Sementara Lia makan dengan disuapi Chandra, Mama Raisa menyiapkan keperluan Lia untuk pergi.

Pada saat Lia bercanda dengan kakaknya, Lia dikejutkan dengan suara ketukan pintu. Suara ketukan pintu itu disertai dengan teriakan. Lia tampak mengenal suara teriakan itu. Lia pun segera keluar untuk mengetahui apa yang sudah terjadi.

Lia melihat ke arah pintu depan rumahnya. Lia melihat Putri, Kayla dan Dilla ada di sana. Lia pun membukakan pintu rumah untuk mereka.

"Lia!" Seru Putri, Kayla, dan Dilla bersamaan.

"Katanya kamu sakit? Kok udah mulai lari-lari gitu?" Tanya Putri khawatir.

"Aku sudah lebih baik kok," jawab Lia.

"Yang benar saja?" Tanya Dilla.

Lia mengangguk. "Awalnya aku tidak dibolehkan pergi ke Jakarta. Tapi, baru saja Mama memperbolehkanku untuk pergi. Karena sangat senang, aku jadi lupa kalau aku ini masih sakit," ujar Lia dengan sedikit terkekeh.

"Jangan-jangan karena udah engga sabar ketemu sama Aldi ya? Karena SMS waktu itu," sindir Kayla.

"Engga! Ih engga banget sih kalian! Rese!" Seru Lia kesal.

"Kan kamu engga sabar pengen liat aksi dia lagi di depanmu. Jangan ge-er dulu," ucap Kayla.

Lia tersenyum-senyum sendiri. Ia ingin rahasia nya tersimpan hingga konser beberapa hari lagi. Ia sangat tak ingin sahabat-sahabatnya ini tahu apa yang akan ia lakukan di konser itu.

"Kalian tak akan pernah tahu," ucap Lia lirih.

CJR and COMATE StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang