Delapan

117 9 1
                                    

Hari demi hari dilewati. Pekerjaan Lia sebagai staf persiapan sudah selesai. Ia kini mulai bingung harus melakukan apa lagi.

Lia pun hanya duduk di lobby untuk menunggu kedatangan Aldi, Iqbaal, dan juga Ryzki. Di sana ia pun hanya mendengarkan musik dari handphonenya.

Aldi yang baru saja datang langsung menarik Lia untuk pergi ke ruang latihan. Lia hanya bisa mengikuti langkah Aldi yang begitu kuat menyeretnya. Lia juga hanya diam ketika Aldi menggenggam tangannya dengan kuat.

"Kau akan membawaku ke mana?" Tanya Lia takut.

"Sudah, ikut saja dulu. Kau pasti akan suka," ujar Aldi meyakinkan.

"Baiklah, aku ikut. Tapi lepaskan genggamanmu itu dulu," pinta Lia.

"Oh, maaf. Tadi itu pasti sakit ya?" Tanya Aldi memastikan.

"Tidak, kok. Kamu khawatir banget sih?" Tanya Lia.

"Aku takut kamu terluka karena ulahku tadi," jawab Aldi. "Ayo ikut aku ke ruang latihan. Kamu pasti suka," ajak Aldi.

Lia mengangguk pelan. Lia pun diajak Aldi masuk ke dalam ruang latihan.

Ketika masuk ke dalam ruang latihan, tiba-tiba Aldi berteriak, "Kak aku bawa dance crew tambahan!"

"Siapa yang kau bawa?" Tanya koreografer.

"Lia," jawab Aldi.

"Aku? Kau gila? Aku bahkan tidak pandai menari," ucap Lia.

"Aku tak yakin dengan apa yang kau katakan. Cobalah dulu," ujar Aldi.

Lia hanya menghela napas panjang. Lia pasrah dengan perintah Aldi.

Lia pun akhirnya mengikuti semua yang diajarkan oleh koreografer. Gerakannya sangat di luar dugaan semua orang. Tubuhnya yang lentur membuat gerakannya sangat sempurna.

"Wah, gerakanmu sangat indah Lia. Tubuhmu sangat lentur. Kau berbakat," puji seorang dance crew.

"Tidak, aku tidak terlalu berbakat," Lia merendah.

"Jangan berbohong. Yang lain pun sudah tahu tentangmu," celetuk Aldi.

Kak Pat tiba-tiba masuk ke ruang latihan. Beliau tampak sedang mencari seseorang. Saat Kak Pat melihat Lia, Kak Pat terus memandangi Lia yang tengah asyik mengobrol.

"Lia dicari Kak Pat," ucap Iqbaal sambil menepuk pundak Lia.

Lia pun melihat ke arah tangga dan berlari mendekati Kak Pat. Lia pun tersenyum pada Kak Pat.

"Ada apa denganmu? Berkeringat sekali? Tersenyum-senyum pula," Kak Pat bingung.

"Oh, dia baru saja di tunjuk sebagai dance crew tambahan buat konser. Yang nunjuk dia itu Aldi," jawab Iqbaal.

"Benar begitu? Wah, Kak Pat kalah cepat menunjuk Lia sebagai kepala kru konser," sesal Kak Pat.

"Wah Aldi parah! Tuh kan Lia engga dapet job paling besar di konser ini," sesal Ryzki yang spontan memukul pundak Aldi.

"Engga apa-apa kok Bang, aku bakal terima keduanya sekaligus. Mungkin aku bisa kok," Lia membela diri.

"Benar? Kau yakin?" Tanya Kak Pat.

"Ya, apa salahnya aku coba hal yang baru. Belum tentu ada yang mampu sepertiku kan?" Tanya Lia.

Yang lain pun bersorak. Mereka sangat senang saat ada yang ingin menjadi dancer dan kepala kru sekaligus.

Hari demi hari pun berlalu. Lia terus menerus berlatih setiap hari. Hingga ia pun lupa kapan waktunya ia harus pulang ke daerah asalnya.

Lia pun berpamitan pada semua rekan kerjanya di hari terakhirnya di Jakarta.

"Yah, kalau begitu engga bisa ketemu lagi dong," celetuk Aldi.

"Kita kan masih ketemu di konser Ald," bantah Lia.

"Masih lama dong," Aldi protes.

"Kamu kan punya nomor handphoneku. Kamu telepon saja aku," celetuk Lia.

"Kapanpun?" Tanya Aldi.

"Tentu saja," jawab Lia.

Di perjalanan, Lia hanya melamun. Ia hanya memikirkan teman-teman barunya yang harus berpisah dengannya.

Chandra yang melihat adiknya terus murung mencoba untuk berkomunikasi dengan adiknya.

"Lia, kamu kenapa sayang? Melamun terus. Ceritalah pada Kakak," ucap Chandra.

"Aku kepikiran terus sama temen-temen. Engga di sini, engga di Magelang semuanya ngangenin," ujar Lia.

"Jadi kamu udah kangen sama temen-temen kamu? Dan kamu juga kepikiran sama temen baru kamu?" Tanya Chandra.

Lia mengangguk pelan. Ia tak dapat memendam perasaannya terlalu lama.

"Kakak tahu itu, tapi jangan berlarut-larut. Kamu kan sebentar lagi ketemu sama mereka kan?" Chandra memastikan.

"Iya sih," ucap Lia pelan.

Setelah ia ingat dengan teman-temannya, ia baru teringat sesuatu. Ia lupa bahwa dua hari lagi adalah jadwal pertemuan rutin Comate. Ia harus buru-buru menyiapkannya.

CJR and COMATE StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang