Enam Belas

116 7 0
                                    

Konser telah selesai. Lia meminta agar ia dapat menjenguk Kak Pat.

"Baal, mau kan anterin aku jenguk Kak Pat?" Paksa Lia.

"Ya udah deh. Kita juga mau ke rumah sakit kok," Iqbaal menyetujui permintaan dari Lia.

Mereka semua segera pergi ke rumah sakit. Lia tak sabar ingin segera bertemu Kak Pat.

Di rumah sakit,

"Gimana konsernya? Maaf Kak Pat engga bisa temenin kalian di sana," Tanya Kak Pat.

"Engga apa-apa kok. Semuanya berjalan sesuai rencana," ujar Iqbaal.

"Siapa yang gantikan Kak Pat? Om Roy bilang kalian punya gantinya," Kak Pat penasaran.

Lia yang bersembunyi keluar dari balik tubuh Aldi. Lia tersenyum. Ia merasa sangat malu.

"Lia? Tapi kamu kepala kru. Siapa yang gantikan kamu?" Tanya Kak Pat.

"Saya yang telah menggantikannya. Perkenalkan nama saya Chandra. Saya kakak kandung Lia," Chandra memperkenalkan diri.

"Jadi kamu yang jawab telepon saya waktu itu?" Kak Pat memastikan.

Chandra mengangguk. Ia pun tersenyum.

"Terima kasih buat kalian semua. Kalian memang hebat. Tanpa kalian, konser itu tak akan pernah menjadi yang terbaik sepanjang sejarah konser CJR," tutur Kak Pat.

"Sama-sama Kak," jawab mereka semua serempak.

Kak Pat berusaha mengubah posisinya menjadi duduk. Beliau tampak akan mengatakan sesuatu. Akhirnya beliau mengatakan, "bagaimana jika Kak Pat beri kalian hadiah untuk keberhasilan kalian?"

"Hadiah Kak? Apa hadiahnya?" Tanya Aldi girang.

"Mungkin liburan. Tapi tempatnya masih rahasia," jawab Kak Pat.

"Asyik!" Seru Aldi sambil melompat.

"Aldi! Jangan lompat-lompat gitu! Nanti kamu pusing. Kamu kan juga baru aja sembuh tadi siang," omel Lia.

"Iya deh. Tapi jangan ngomel di depan Kak Pat dong. Jadi malu tau!" Ucap Aldi agak sebal.

"Apa yang telah terjadi di sana?" Kak Pat bertanya pada Iqbaal.

"Oh, mereka? Aldi tadi  kandemam. Terus, Lia khawatir sama Aldi tadi. Sampai sekarang mereka masih kebawa suasananya," jawab Iqbaal dengan terkekeh.

"Jadi ada pasangan romantis toh di sini?" Ledek Kak Pat.

"Apaan sih," Aldi menyangkal.

"Kalau nyangkal gitu tandanya emang iya. Jujur aja deh Di," celetuk Iqbaal.

"Apaan sih lo Baal? Rese!" Gerutu Aldi.

"Tuh kan Kak. Ada yang lagi kasmaran di sini. Lia aja langsung kayak tomat tuh," Iqbaal menyindir Lia yang tersipu malu.

"Sudah-sudah! Jangan bikin keributan di sini. Engga enak di denger sama ruangan sebelah," Kak Pat mengingatkan.
☆☆☆☆☆

Beberapa hari kemudian, Lia akhirnya pulang ke Magelang. Lia bisa tenang karena tak ada lagi beban yang harus ditanggungnya. Lia bisa bersantai di rumah.

Putri, Dilla, dan Kayla pun mampir ke rumah Lia hanya sekadar ingin tahu masalah Lia dan Aldi.

"Lia, kamu kok bisa deket sih sama Aldi? Kalian berdua itu punya hubungan apa sih?" Tanya Kayla dengan penasaran.

"Rekan kerja. Tak lebih," jawab Lia jujur.

"Tapi kenapa kalian bisa rangkulan, pegang-pegangan tangan, tatap-tatapan, bahkan pelukan pas dansa? Bikin iri aja ih," Kayla cemberut.

"Profesionalitas doang kok. Lagipula, itu cuma koreografi. Ga usah di baperin," jawab Lia dengan profesional.

"Gaya bicara kamu berubah. Terpengaruh Aldi. Jangan-jangan ada sesuatu," Putri menduga-duga.

"Engga ada apa-apa kok. Udah deh, kalian terlalu baper lihat aku bisa dansa sama Aldi. Comate yang lain juga bisa kayak gitu kan?" Lia mulai kesal.

"Iya sih, tapi yang kali ini beda. Biasanya, Comate di gituin sama Iqbaal. Bukan sama Aldi," simpul Dilla.

"Ada yang nyindir nama kita tuh Di. Samperin aja yuk," ucap seseorang yang suaranya tak begitu asing di telinga Lia.

Putri, Dilla, dan Kayla terkejut ketika melihat Iqbaal dan Aldi di hadapan mereka. Lia juga sempat tersentak dengan Aldi yang menatapnya.

"Mereka ada di sini! Aduh... ini mimpi atau bukan? Kok mereka ada di sini?" Kayla menepuk-nepuk pipinya.

"Kalian kok di sini? Abang mana?" Tanya Lia dengan mendekati Iqbaal dan Aldi.

"Abang nemenin Kak Pat. Kita ke sini cuma berdua. Mau anterin ini aja sih," kata Aldi dengan memberikan amplop cokelat pada Lia.

Lia tersenyum. Ia menerima amplop itu dengan senang.

"Apa ini?" Tanya Lia.

"Buka saja nanti kalau mereka sudah pergi. Aku tak mau mereka tau tentang kita," bisik Aldi.

Lia pun menatap Aldi dan tersenyum manis. Lia menyimpan amplop itu.

"Cantik," gumam Aldi.

"Siapa? Lia ya? Ciee Aldi suka ya sama Lia?" Ledek Kayla.

"Apaan sih kamu. Ngaco banget," bantah Aldi cepat.

"Hmmm... ada yang ga mau ngaku nih.  Padahal kan emang suka," sindir Iqbaal.

"Ya udah kita mau balik ke hotel. Bye Mate! Bye Lia sayang!" Seru Aldi.

"Bye Aldi-ku. Jaga kesehatan ya, aku sayang kamu juga," ucap Lia dengan senyum manis.

Setelah Aldi dan Iqbaal pergi,

"Eh maksud kamu apaan tuh tadi? Katanya engga ada apa-apa. Buktinya kamu sayang-sayangan," Kayla kesal.

"Dari pada aku bales dia pakai bahasa kasar. Mending dibales pakai bahasa yang buat dia seneng," ujar Lia. "Au ah! Ngomong sama kalian ga bakal ada habisnya. Aldi, Aldi, Aldi, ga ada yang lain?" Lia masuk ke rumah dan membanting pintu.

"Kalian tak akan pernah percaya dan paham dengan apa yang terjadi padaku," batin Lia dengan menangis.

CJR and COMATE StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang