Sepuluh

92 9 0
                                    

Hari-hari biasa Lia dimulai. Ia juga mulai mengikuti kursus-kursus di luar sekolah. Kursus musik, kursus pelajaran mulai menjadi rutinitasnya. Selama tidak ada permintaan untuk menghadiri pertemuan di Jakarta ia bisa bebas.

Meskipun demikian, Mama Raisa, mama Lia, sangat membatasi kegiatan Lia sebagai koordinator. Lia pun disibukkan dengan kursus-kursus baru yang harus diikuti.

"Lia, ini semua Mama lakukan untuk kebaikanmu. Mama tidak mau kalau kamu terus memikirkan CJR dan konser-konser mereka," ujar Mama Raisa.

Lia tak berani membantah. Lia tetap menuruti permintaan mamanya. Ia tak mau membuat mamanya sangat marah. Ia pun dengan terpaksa harus mengikuti kursus dengan jadwal yang sangat padat itu.

Chandra melihat apa yang terjadi pada adiknya. Ia sungguh tak tega melihat Lia yang ditahan oleh mamanya sendiri. Ia selalu ingin bertanya pada Lia. Namun, respon Lia hanya berupa senyum kecil atau bahkan isakan. Chandra benar-benar tak tega melihat adiknya itu.

"Lia, Mama bilang apa sama kamu?" Tanya Chandra penuh kecurigaan.

Lia hanya menggeleng. Ia tak mau membuat kakaknya itu repot.

Ternyata, Chandra tak tinggal diam. Chandra berusaha bertanya pada Mama Raisa untuk mengetahui apa yang terjadi. Chandra tak mau membuat adiknya terbebani oleh kegiatannya.

"Ma, kasihan Lia. Aku tahu Lia memang suka dengan semua kursus yang Mama berikan. Akan tetapi, hal itu malah akan memforsir tenaga Lia. Chandra takut Lia sakit," ujar Chandra.

"Mama tidak mau melihat Lia terus memikirkan CJR. Terlebih lagi, Mama tahu akan ada konser CJR di Jakarta sebentar lagi. Mama tak mau Lia pergi sejauh itu hanya untuk melihat konser," Ujar Mama Raisa.

"Mama tidak akan percaya apa yang telah Lia lakukan selama liburan kemarin. Ia punya pengaruh besar di konser itu," kata Chandra tegas. "Dia punya posisi terpenting di konser itu," lanjutnya.

"Posisi penting? Sebagai penonton?" Tanya Mama Raisa menyepelekan.

"Mama akan tahu nanti!" Seru Chandra kesal.

Lia mendengar sendiri pembelaan kakaknya. Kakaknya itu mendukungnya dalam menjalankan tugasnya.

Lia memilih diam saja. Ia tak mau membuat mama dan kakaknya terus ribut.

"Kak, udah. Aku engga apa-apa ninggalin tugas itu. Aku engga mau Kak Chandra terus ribut sama mama. Aku engga mau bikin kita jadi durhaka," Lia terisak.

"Tapi ini demi kamu Lia. Kakak mau kamu bisa mewujudkan semua keinginanmu," Chandra membela.

Wajah Lia memucat. Ia tampak sedang sakit. Ia merasa sangat pusing. Saat ia melangkah, ia malah jatuh pingsan.

"Lia!" Pekik Chandra.

Chandra membawa Lia ke kamarnya. Chandra berusaha membuat Lia sadar.
Ia pun memberikan minyak aroma terapi pada Lia.

Lia mulai sadar. Chandra dapat bernapas lega. Chandra pun memakaikan selimut pada Lia dan berbaring di sampingnya.

"Kakak akan lakukan apapun untukmu. Apapun yang akan terjadi. Sekarang kamu istirahat saja. Kakak tidak mau melihatmu sakit parah," ucap Chandra.

Lia tersenyum kecil. Ia pun akhirnya tertidur.

Saat adiknya mulai terlelap, Chandra berusaha merubah posisinya. Ketika sudah dalam keadaan duduk, ia seperti melihat sebuah buku jilidan. Karena penasaran, akhirnya Chandra membuka halaman halaman buku itu.

Saat membaca isi buku itu, Chandra beberapa kali menemukan nama lengkap Lia. Bahkan, beberapa halaman di antaranya ditanda tangani oleh Lia.

"Lia, Dwi Aulia Septiani. Kakak bangga padamu," ucap Chandra lirih.

Chandra keluar dari kamar Lia. Ketika keluar dari kamar Lia, ia berpapasan dengan Mama Raisa. Chandra sempat gelagapan ketika berpapasan.

"Dimana adikmu Chan?" Tanya Mama Raisa.

"Dia tidur. Lia sempat mengeluh pusing," jawab Chandra agak gugup.

Mama Raisa hanya menengok Lia sebentar lalu keluar. Beliau hanya mengecek suhu tubuh Lia saja. Chandra pun mengelus dada. Ia tenang setelah mamanya percaya.

"Temanilah adikmu," pinta Mama Raisa.

"Baik Ma," Chandra menyanggupinya.

Chandra pun duduk di kursi belajar Lia. Ia melihat handphone Lia yang tergeletak di hadapannya. Chandra pun mengambilnya dan membuka isi pesan di handphone itu.

Saat membuka pesan di handphone Lia, ia langsung tertarik untuk membuka percakapan teratas. Puluhan pesan singkat belum dibuka oleh Lia. Chandra pun memberanikan diri untuk membukanya. Pesan singkat itu berasal dari Aldi. Karena merasa tak enak, Chandra pun membalas pesan tersebut.

"Maaf ini kakaknya Lia. Maafkan Lia yang tidak membalas puluhan SMS mu. Kini, Lia sedang sakit. Kakak mohon doa darimu dan juga Iqbaal serta Ryzki untuk kesembuhan Lia."

Aldi pun membalasnya.

"Lia sakit? Get Well Soon buat Lia ya Kak. Maaf udah bikin kakak engga enak. Semoga dia lekas sembuh."

Chandra dapat tersenyum setelah membaca balasan Aldi. Ia tidak akan menyangka bahwa ada orang yang perhatian dengan Lia.

CJR and COMATE StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang