Tujuh

117 11 0
                                    

Lia memilih berlari pagi sambil menikmati liburannya di komplek perumahan kakaknya. Lia berkeliling komplek perumahan.

Lia tampak sudah sangat tenang menjalani liburan kali ini. Keinginan betemu idolanya lebih dari yang ia harapkan.

Handphone Lia tiba-tiba berdering cukup kencang. Ia sudah menebak bahwa telepon itu berasal dari Aldi. Saat telepon itu akan diangkat, dugaan Lia benar. Yang meneleponnya adalah Aldi.

"Aldi lagi? Mau apa dia?" Tanya Lia dalam hati.
Karena penasaran, Lia pun mengangkat telepon itu.

"Halo!"

"Lia, bisakah kamu datang untuk meeting kali ini? Manajemen butuh bantuanmu,"

"Tapi, Ald, kamu belum bilang sebelumnya. Aku belum siap,"

"Tapi, kamu harus cepat. Kita butuh kamu sesegera mungkin. Ku mohon Lia,"

"Baiklah, jika kau memaksa. Aku segera berangkat,"

"Aku akan tunggu kamu di luar. Jangan lama-lama,"

"Ya, oke, bye Aldi,"

"Bye Lia,"

Lia harus terburu-buru agar tidak terlambat datang. Dari nada bicara Aldi, ia tahu bahwa hal ini adalah hal serius. 

"Kenapa sih? Ada-ada aja," omel Lia.

"Mau kemana lagi Lia?" Tanya Chandra, kakak Lia.

"Ke basecamp lagi, engga apa-apa kan?" Tanya Lia

"Ya, kakak antar kamu ya?" Chandra menawarkan.

"Boleh, makasih kakak," ucap Lia girang.
★★★★★

Lia diantar kakaknya sampai di depan basecamp CJR. Lia melihat Aldi yang menunggunya di depan pintu gerbang.

Lia menghampiri Aldi dengan terburu-buru. Ia ingin segera tahu alasan Aldi memanggilnya lagi ke basecamp. Dengan wajah curiga, Lia menatap Aldi.

"Ada apa kamu memanggilku ke sini? Adakah hal penting?" Tanya Lia.

"Sangat penting! Ayo ikut aku!" Aldi menggenggam tangan Lia erat.

Lia mencoba melepaskan genggaman Aldi yang sangat kencang. Namun, tidak berhasil. Genggaman Aldi hanya sedikit direnggangkan. Lia pun hanya bisa pasrah.

"Beruntunglah kau datang Lia. Ada yang harus kita selesaikan. Kami ingin kamu juga mengatur acara itu. Koordinator hanya akan membantu dalam publikasi, pemasaran dan dokumentasi. Selebihnya akan dikerjakan oleh staf dan kru," jelas Kak Pat.

"Tapi aku koordinator, aku hanya bertugas di pemasaran," Lia menyanggah.

"Tapi kamu yang telah merencanakan tema itu. Ingat!" Kak Pat mengingatkan.

Lia mengusap wajahnya. Ia tak menyangka hal itu akan terjadi padanya. Dugaan ia benar. Ia pasti akan bekerja di manajemen itu.

"Kamu staf di sini," sela Om Roy mengagetkan.

"Baiklah," Lia pasrah.

Rapat akhirnya di mulai. Hasil dari rapat tersebut cukup memuaskan. Jadwal pertemuan staf juga sudah di berikan.

Lia sangat terkejut saat melihat isi jadwal. Dengan mata sedikit melotot, Lia membaca jadwal itu.

"Hampir tak ada libur? Di liburan ini?" Lia sempat tak percaya.

"Semakin cepat kita selesaikan, semakin banyak waktu kalian libur," kata kak Pat.
"Pemesanan tiket sudah dibuka. Via on-line. Kamu bisa publikasikannya ke teman-temanmu. Kita butuh persiapan fisik, mental, dan juga materi untuk ini. Bersiaplah," lanjut Kak Pat.

"Baik Kak. Saya masih berhak di bagian publikasi?" Tanya Lia.

"Tentu saja, bagaimanapun kamu tetap koordinator kotamu bukan?" Tanya Kak Pat.

Lia tersenyum. Ia langsung mengambil handphonenya. Contoh tiket yang akan dijual juga langsung diambilnya. Ia memotret tiket itu satu persatu. Ia juga langsung memposting foto itu di media sosial miliknya.

"Gini kan lebih gampang," ucap Lia lirih.

"Pinter juga kamu Lia," komentar Aldi.

Lia tersenyum.

"Ya sudah, kamu boleh pulang. Besok datang kesini sesuai jadwal. Jangan sampai terlambat," Kata Kak Pat.

"Siap Kak!" Seru Lia. Lia berjalan ke pintu keluar dan pamit, "aku pulang dulu ya, dah Aldi, Iqbaal, Abang."

"Hati-hati di jalan Lia," celetuk Aldi tiba-tiba.

Lia tersipu malu. Lia pun keluar dari ruangan itu dengan terus tersenyum.

Dalam perjalanan pulang, Lia terus memikirkan ekspresi teman-temannya mengetahui kabar yang ia bawa. Ia sangat tak sabar untuk kembali ke kota asalnya. Ia juga sudah rindu dengan teman-temannya.
★★★★★

"Mau pulang kapan?" Tanya Chandra.

"Kalau liburan mau selesai aja. Aku banyak kerjaan di sini," jawab Lia santai.

"Kerjaan? Kerjaan apa?" Chandra bingung.

"Jadi staf pengurus konser CJR. Ya... aku akui,  kerjaan itu cukup berat," jawab Lia.

"Itu berarti kamu jarang di rumah? Kamu engga liburan?" Tanya Chandra kaget.

"Ya, aku anggap ini liburan buat aku, Kak. Lagipula, liburan tak harus diisi dengan pergi ke tempat wisata," ujar Lia.

"Ternyata, kamu sudah lebih dewasa. Kakak bangga padamu, sayang," Chandra mengelus lembut kepala Lia.

"Kakak dukung aku kan?" Tanya Lia memastikan.

"Tentu saja adikku sayang," jawab Chandra dengan tersenyum manis.

Lia tersenyum senang. Ia langsung memeluk erat kakaknya. Ia sangat ingin berterima kasih pada kakak tersayangnya itu.  Namun, ia tidak bisa mengungkapkannya lewat kata-kata.

"Aku sayang kakak," celetuk Lia.

Lia tak tahu dari mana kata-kata itu berasal.  Ia merasa kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya. Ia pun langsung merasa nyaman sesaat setelah mengucapkannya.

CJR and COMATE StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang