Lima

157 10 0
                                    

Lia pulang dengan penuh harapan agar ryzki membatalkan niatnya untuk keluar dari CJR. Ia tak mau membuat teman-temannya kecewa. Ia juga tak mau kehilangan grup kesayangannya itu.

Abang, ku harap kau mengurungkan niatmu itu, batin Lia.
******
"Ku rasa, Lia tak ingin kau keluar, Ki. Jangan buat dia kecewa. Kak Pat mohon agar kau memikirkannya matang-matang." Kak Pat berusaha membujuk Ryzki.

"Akan aku pikirkan lagi. Aku janji akan berikan jawaban terbaik." Ryzki berjanji.
********
Lia sampai di rumah dengan wajah sembab. Kakaknya sempat takut terjadi apa-apa pada Lia. Chandra langsung menghampiri Lia yang terlihat baru saja menangis.

"Kamu kenapa sayang? Kok nangis sih? Ada apa?" Tanya Chandra khawatir.

"Aku tidak apa-apa. Jangan khawatirkan aku, Kak." Lia mencoba tersenyum manis. "Besok, aku ke rumah Bang Kiki lagi. Tak apa kan?" Tanya Lia manja.

"Tentu saja. Kenapa tidak boleh?" Kakak Lia mengizinkan.

Lia dapat tersenyum senang. Tak ada yang dikhawatirkannya besok. Ia bisa santai ke mana pun ia ingin pergi.

"Sebenarnya, kamu kenapa? Tadi, kakak lihat kamu menangis saat berjalan pulang. Kakak khawatir denganmu," tutur Kakak Lia.

"Aku tak apa-apa. Sudahlah, Kak." Lia buru-buru masuk ke dalam kamarnya.

"Ya sudah, istirahatlah." Chandra mengingatkan. "Kakak tak mau kamu sakit," lanjutnya.

Lia segera beristirahat. Ia tak mau terlihat sangat kelelahan. Ia juga tak mau terlihat sedih karena keputusan Ryzki yang masih menggantung.

Esok harinya, Lia sudah siap dengan seragam koordinator kota miliknya. Dengan rasa bangga, Lia mematut-matut dirinya di depan cermin. Ia tampak cocok dengan seragam tersebut.

Kakak Lia menyiapkan sarapan. Kakak Lia memang pintar memasak. Oleh karena itu, Kakak Lia berani membuka bisnis restoran kecil yang membuatnya sukses di usia muda.

Lia terperangah saat melihat makanan-makanan yang tersaji di meja makan. Ia tak tahu kalau kakaknya itu sudah menyiapkan sarapan sejak tadi.

"Kak Chandra yang masak semua ini? Sendirian?" Tanya Lia memastikan.

" Iya lah. Siapa lagi? Memangnya ada pembantu di rumah ini?" Jawab Chandra agak keras. "Segeralah sarapan, Kakak akan antarkan kamu ke rumah Ryzki. Tapi, dengan syarat kamu harus habiskan nasi yang kakak siapkan untukmu," lanjutnya.

Lia bergegas untuk menghabiskan sarapannya dengan cepat. Ia tak mau membuat kakaknya menunggu terlalu lama.

Setelah selesai sarapan, Chandra pergi untuk menyiapkan motornya. Lia tak sabar untuk diantar menuju rumah Ryzki. Setelah siap, akhirnya Kakak Lia langsung mengantarkan Lia ke rumah Ryzki.

Saat sudah sampai di depan rumah Ryzki, Kakak Lia langsung pergi meninggalkan Lia di sana. Kakak Lia tampak terburu-buru. Lia pun tidak akan merasa heran dengan jadwal kakaknya yang padat.

"Itu tadi kakakmu?" Tanya Aldi dengan cukup mengejutkan.

Lia menoleh dan tersenyum kecil. Ia langsung mendekati Aldi dan segera masuk ke dalam. Ia mengangguk pelan untuk merespon pertanyaan Aldi.

Aldi tersenyum. Ia langsung mengajak Lia masuk ke ruang tamu.

Iqbaal tampak sangat terkejut saat melihat Aldi dan Lia masuk bersama. Ia merasa telah didahului sahabatnya sendiri.

"Kemarin lu ngatain gua! Sekarang lu sendiri kaya gitu! Huh! Dasar!" Iqbaal tampak kesal. Karena sangat kesal, Iqbaal melempar bantal yang ada di dekatnya ke arah Aldi.

Lemparan itu meleset. Bantal itu berhasil ditangkap Lia terlebih dulu. Dengan terpaksa, Lia memasang wajah jengkel kepada Iqbaal. Iqbaal yang melihatnya langsung tertunduk.

"Ingat kemarin?" Sindir Lia.

"Ya sudah, kini kita bahas masalah yang paling utama saat ini. Ki, gimana?" Tanya Kak Pat.

"Ya udah deh, aku engga jadi ke luar negeri. Biar bagaimana pun, CJR harus tetap solid 'kan?" Ujar Ryzki.

Lia tersenyum. Ia sangat senang setelah mendengar hal itu. Namun, senyumnya tak bertahan lama. Ia tampak murung setelahnya.

"Ada apa Lia? Kok murung lagi?" Tanya Iqbaal khawatir.

"Engga apa-apa kok," bantah Lia cepat.

"Ada sesuatu yang kurang? Aneh? Atau bahkan salah?" Tanya Kak Pat.

"Konser besarnya! Aku udah tau rencana itu! Mana mungkin bisa dibatalkan?" Celetuk Lia.

"Kamu tau rencana konser itu dari mana? Bukannya sama sekali belum ada yang tau rencana itu?" Kak Pat terkejut.

"Aku koordinator kota.  Mana mungkin aku tidak tau," ujar Lia dengan jujur.

"Kalau masalah itu, nanti kita bicarain di basecamp saja. Saya masih bingung untuk jalan keluarnya." Kak Pat masih bingung.

"Kak Pat, tapi tak akan mungkin konser itu dibatalkan," celetuk Aldi.

"Kak Pat tau itu. Tapi Kak Pat masih bingung cari jalan keluarnya." Kak Pat mulai pusing.

"Ya sudah kalau begitu. Aku akan pulang saja. Aku tak bisa lama-lama di sini." Lia tampak terburu-buru.

"Hati-hatilah di jalan." Ucap Aldi.

Lia tersipu. Lia terlihat salah tingkah. Ia pun segera pergi sebelum Aldi menggodanya lagi.

"Ada apa dengan Lia? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Kak Pat.

"Kayaknya dia sibuk. Eh, ga tau deh" Aldi menebak-nebak.

Di luar, Lia mendapatkan sebuah telepon. Telepon itu berasal dari Kayla. Dengan terburu-buru, Lia mengangkat telepon itu.

"Halo Kay, ada apa kamu telepon?"

"Halo Lia, engga ada apa-apa kok. Cuma pengen teleponan aja. Kangen,"

"Aku kirain ada sesuatu yang penting,"

"Eh iya, aku mau tanya. Bang Kiki gimana? Jadi keluar?"

"Masih dalam proses oke! Sabar aja. Pasti aku kabarin kok,"

"Aku maunya sekarang,"

"Masih proses sayang. Belum bisa aku kasih tau"

"Tapi janji bakal kasih tau? Iya kan?"

"Iya deh aku janji. Tapi jangan keseringan telepon. Nanti urusannya ga selesai-selesai! Udah dulu ya? Bye Kayla"

Telepon pun di tutup. Lia bergegas pergi untuk mencari angkutan umum atau ojek untuk pulang.

CJR and COMATE StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang