Aldi sampai di kosannya dengan badan remuk. Dia merebahkan diri setelah ganti baju. Sekujur tubuhnya terasa nyeri. Ketika matanya separuh terpejam, pintu kamarnya terbuka. Sebuah kepala nongol, celingukan seperti biasanya.
"Masih sakit?" Tio bertanya pelan.
"Ke sini sama siapa?"
"Sendirian." Tio masuk ke dalam kamar Aldi. Tio meraba kening sahabat sekaligus adiknya itu. Aldi sendirian di sini. Tio punya nenek. Kalau Tio sakit, nenek pasti yang cemas dan merawatnya. Meski harus ngomel dulu, namun nenek Tio masih merawatnya dengan sayang.
Lalu kalau Aldi yang sakit?
Siapa yang akan merawatnya?
"Jangan sakit!" Tio memeluk bahu Aldi. Aldi berdecih, meronta dan mencoba melarikan diri dari pelukan Tio.
"Jangan peluk-peluk, ah!"
"Tawaranku masih berlaku. Nenek juga pasti seneng banget kalau kamu tinggal sama kami."
Aldi menggeleng mutlak.
"Aku udah bersatu dengan alam."
"Kalau kamu sakit siapa yang ngerawat kamu?"
"Aku bukan anak kecil, aku bisa merawat diri sendiri bang!" Aldi sering memanggil Tio dengan sebutan abang kalau sedang terlarut dalam perhatian cowok sahabatnya itu. Tio tersenyum, lalu menepuk wajah Aldi sekilas.
"Dari dulu aku pengen punya adek. Bahkan kalau mama kamu nggak mau nampung kamu lagi, ayah ibuku sanggu buat ngadopsi kamu." Tio terkekeh.
"Males incest sama kamu, ih! Jijik!"
Tio tergelak.
"Jadi, tadi gimana hukumannya sama Faris?" Tio menyelidik. Ada hal yang mulai mencurigakan antara kedua cowok itu. Aldi memejamkan mata, mengedikkan bahunya.
"Nggak gimana-gimana."
"Aku ke sini mau nanya."
"Apaan?"
"Kalau aku naksir orang gimana?" Pertanyaan kekanakan yang Tio ajukan mulai mengganggu Aldi. Aldi melongo. Bengong dengan wajah bodohnya. Aldi nggak tahu kenapa dia jadi terganggu dengan ungkapan Tio tadi.
"Kenapa emangnya?"
"Nggak apa, cuma kepo." Tio jelas menyembunyikan sesuatu kali ini. Aldi mencoba mengulik pertanyaan yang Tio ajukan.
"Kamu naksir siapa?"
"Aku mau cerita."
Aldi melongo, bersiap mendengarkan apapun yang ingin Tio ceritakan. Saat ini dia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Tio dan Faris.
"Oke!" Aldi menegakkan tubuhnya, bersandar pada tembok berlumutnya.
"Aku ditembak."
"Hah?!" Aldi bengong. Jangan-jangan Faris melakukan itu! Nggak, nggak! Kan Aldi sudah bilang kalau dia nggak akan membiarkan Faris menyentuh Tio. Lagipula kenapa Aldi harus bingung dan juga terusik dengan pernyataan Tio? Kenapa memangnya kalau Faris naksir pada Tio? Bukannya Aldi juga pernah berbuat nista dengan cowok, meskipun nggak sampai ditusuk?
"Dia nembak aku tadi, di UKS. Cowok."
Aldi tahu kalau Tio nggak lurus sepenuhnya. Dia juga sama. Aldi bedehem sekilas. Jadi benar kalau Faris sudah menyatakan cinta pada Tio?
"Lalu kamu jawab apa?"
"Aku minta waktu. Ini terlalu cepat, tau nggak?"
"Perasaan kamu gimana? Cinta sama dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bus Biru
Teen FictionAda sebuah bus biru yang bertugas mengantar dan menjemput kami ke sekolah. Bus itu sudah tua, tipe bus milik pabrik swasta yang dihibahkan untuk transportasi anak sekolah. Aku harus terdampar di sekolah kumuh ini karena tawuran kolektifku. Kedua ora...