Aldi nggak bisa tidur.
Dia menyentuh bibirnya beberapa kali. Sungguh, dia sudah pernah ciuman. Sering. Ciuman dengan cewek sering, dengan cowok juga pernah. Tapi baru kali ini dia merasa ciuman itu begitu mengganggu. Jantungnya berdegup kencang hanya karena ciuman, padahal biasanya nggak. Aldi seperti sedang mendapat ciuman pertamanya.
Akhirnya Aldi harus rela jadi seseorang yang super canggung ketika berada di dekat Faris. Takdir masih bersedia mengantarkannya, membawanya pergi ke hadapan Faris. Mereka sering jadi partner in crime tanpa diduga. Meski mereka sudah damai, namun kejadian tempo hari juga membuat semuanya berubah.
"Akhir-akhir ini aku lihat kamu dan Faris banyak diem, ya!" Tio bersuara. Aldi menoleh spontan, bersiap melayangkan tuntutan.
"Ini juga salah kamu dan cowokmu itu, tau!" Aldi ngomel. Tio menaikkan alisnya, bersiap nanya balik.
"Kenapa jadi salahku?"
"Kalian sengaja bikin aku dan Faris deket!"
"Kamu baru sadar sekarang?"
"Kenapa?"
"Karena... Faris suka sama kamu."
Aldi melotot sempurna. Nggak mungkin, nggak mungkin! Faris nggak mungkin jatuh cinta padanya. Tiap kali melihatnya saja Faris sudah pasang wajah ogah. Belum lagi aura permusuhan yang selalu dia sebarkan. Juga.... Aldi jadi ingat kejadian kemarin.
Ciuman!
Itu sudah jadi salah satu bukti kalau Faris menyukainya. Faris juga sudah mengaku padanya kalau dia berbohong. Faris sudah membohongi Aldi dan Rean kalau dia naksir Tio. Padahal itu hanya ucapan sialannya waktu itu.
"Mana ada orang suka tapi omongannya pedes gitu!"
"Rean juga sama, sih! Jahil mulu, tapi dia sayang aku," ucap Tio bangga. Aldi melempar sesuatu pada Tio dengan ekspresi ingin muntah.
"Ada sesuatu yang terjadi, sih! Tapi aku nggak mau cerita sama kamu." Aldi menjulurkan lidahnya. Tio menaikkan alisnya.
"Nggak apa, aku tanya Rean aja. Nanti Faris kan pasti cerita sama Rean."
Setelah itu terdengar teriakan membahana dari bibir Aldi.
***
Kebersamaan yang akhirnya terjadi secara spontan antara Faris dan Aldi pun berlangsung begitu saja. Kecanggungan masih terasa. Setelah Faris mencium Aldi waktu itu, cowok plontos macho itu jadi lebih pendiam. Faris nggak menjelaskan apapun perihal ciuman itu, dan hanya memilih untuk diam.
Ketika Aldi ingin menghindar untuk sementara waktu, Faris pasti muncul lagi di depannya. Hari ini Faris ingin menjelaskan sesuatu soal ciuman waktu itu. Jadi dia mengunjugi Aldi di kosannya.
"Al...." Faris memanggil cowok manis itu. Aldi sedang mengunyah kerupuk sambil memperhatikan bukunya. Ketika mendengar namanya dipanggil, kepalanya mendongak spontan.
"Eh...? I.. Iya?" Aldi tergagap.
"Aku mau ngomong."
"Ap... Apa?"
"Soal... ciuman kemarin."
Keduanya bisu. Canggung seketika. Faris masuk ke dalam kamar Aldi, duduk di depan cowok manis itu.
"Maaf...."
Kali ini Aldi mendongak. Aldi bingung harus bereaksi seperti apa. Dia hanya menatap wajah Faris bingung, lalu menggaruk tengkuknya.
"Waktu itu aku spontan...." Faris berbisik. Lalu setelahnya Faris menyesali apa yang sudah dia katakan. Kenapa dia mencari alasan seperti itu? Kenapa nggak ngaku? Pada akhirnya, Aldi akan...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bus Biru
Novela JuvenilAda sebuah bus biru yang bertugas mengantar dan menjemput kami ke sekolah. Bus itu sudah tua, tipe bus milik pabrik swasta yang dihibahkan untuk transportasi anak sekolah. Aku harus terdampar di sekolah kumuh ini karena tawuran kolektifku. Kedua ora...