7. Happiness

11.9K 947 211
                                    

Faris mengecup kening itu untuk yang ke sekian kalinya. Cowok dalam pelukannya itu tertidur dengan damai. Jejak air mata masih terlihat di pipinya. Faris mengusap air mata itu sayang. Dia sudah mendapatkan apa yang dia inginkan sejak lama. Aldi memeluknya makin erat. Wajahnya menempel di dada Faris. Faris tersenyum. Detak jantungnya berdegup makin kencang.

Lalu perlahan kedua mata itu terbuka lagi.

"Faris....?" Aldi bersuara. Mencicit pelan. Faris tersenyum lembut. Senyum yang baru saat itu dia persembahkan untuk seseorang yang sangat dia cintai.

"Udah bangun?"

Aldi mengangguk imut.

"Aku mau bilang sesuatu."

Aldi mengerjap.

"Apa?" Dia harap-harap cemas.

"Aku sayang kamu. Mau jadi milikku?" Faris mengecup ujung hidung Aldi. Aldi bengong. Lalu semburat merah perlahan menyebar di pipinya. Aldi tersenyum setelah itu dan balas mengecup pipi Faris sayang.

"Yes."

Setelah itu keduanya menghancurkan jarak antara bibir mereka. Faris mencium bibir Aldi, menggigitnya, melesakkan lidahnya. Kini Aldi sudah jadi miliknya. Nggak boleh dibagi dengan orang lain. Tio dan Riko juga nggak boleh memonopoli Aldi darinya. Diam-diam Faris menyusun rencana jahat. Bibir cowok itu kembali menyusuri pipi Aldi, menjilatnya seduktif. Begitu sampai di leher Aldi, dia melakukan sesuatu di sana.

Faris punya niat jahat.

Dia akan menandai Aldi setiap hari, agar semua orang tahu kalau Aldi sudah ada yang punya! Rencana nista karena rasa posesifnya. Sementara Aldi yang nggak pernah dikhawatirkan dan dijaga sampai seperti ini merasa bahagia. Ini pertama kalinya dia disayangi hingga seperti ini.

Aldi nggak akan pernah melepaskan Faris apapun yang terjadi.

***

"Aku mau pulang." Aldi bersuara. Curhat pada Tio lewat telepon. Dia naik ke atas pohon hanya untuk mencari sinyal. Tio juga sama, terdampar di dekat kamar mandi.

"Faris udah tahu?"

"Belum. Aku nggak berani bilang. Aku mau pulang sebentar, Tio! Aku mau ngunjungi mama. Mama sakit."

"Lalu Felix?"

"Aku butuh mamaku, bukan Felix. Lagian aku juga udah punya Faris sekarang. Aku sayang Faris, sementara Felix itu cuma cowok di masa laluku. Kesalahanku."

"Mau aku temenin?"

"Rean pasti bakalan ikutan. Aku maunya jenguk mama, bukannya mau liburan. Jadi nggak mungkin ajak rombongan banyak."

"Minta tolong Faris, gih!"

"Masalahnya.... aku bingung gimana jelasinnya. Kalau Faris lihat Felix dan nanya macem-macem gimana? Aku hanya takut Faris kecewa."

"Dia akan menerima kamu, kok Al! Apapun masa lalu kamu."

Obrolan itu terus berlanjut. Hari ini Faris mengantarkan adiknya pergi beli baju, jadi cowok plontos itu belum mengunjunginya seharian. Liburan menjelang semester akan dimulai. Aldi mau pulang kampung sebentar. Sementara Tio nggak mau balik. Dia kan punya pacar di sini, juga di rumahnya dia nggak punya kegiatan.

"Al!" Sebuah suara terdengar dari bawah pohon. Aldi menunduk, menatap Faris berdiri di bawah pohon yang sedang dia naiki.

"Mas Aldiiii....!"

"Riko?" Aldi dan Faris kompakan, menoleh ke arah sumber suara. Bocah kecil adik Faris itu sedang melambai riang.

"Kok kamu di sini?" Faris melotot galak.

Bus BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang