Chapter 18

573 21 0
                                    

Setelah pesta yang tak disangka-sangka kemarin, aku sekarang sedang berbaring di kasur dan merenungkan diri.

"Bagaimana kalau aku akan pergi sebelum pesta pernikahanku? Bagaimana kalau aku setelah menikah akan meninggal? Bagaimana kalau aku tidak akan bisa melihat mom,dad,Layne dan Nathan lagi? Bagaimana?"

Ucapku pelan agar tidak ada yang mendengarku. Tak terasa air mataku jatuh.

Aku memandang ke arah cincin yang di berikan Nathan kemarin. Rasanya aku lelah sekali dari semua penyakit ini.

Tapi, apa boleh buat? Ini takdirku. Takdirku memiliki penyakit ini.

"Aku harus bagaimana?" ucapku lirih

---

Aku terbangun. Aku rasa mataku lembam, karena semalaman tadi aku menangis memikirkan yang seharusnya aku tidak perlu pikirkan.

Tidak, aku salah. Aku seharusnya memang memikirkannya.

Pintu kamarku terbuka. Ternyata Layne.

"Ada apa Layne?"

Dia perlahan berjalan masuk ke kamarku, dan duduk di kasur.

"Aku boleh menanyakan sesuatu?"

"Boleh saja.."

"Apa penyakitmu itu belum sembuh?"

Aku menggeleng pelan.

"Apa ada obatnya?"

"I don't know"

Aku melihat Layne agak tegang.

"Memangnya sudah di tanyakan ke semua dokter?"

"Aku belum menanyakan hal itu ke mom" kataku

Dia memegang pipiku, dan mengelusnya pelan.

"Grab, aku yakin kau akan sembuh"

Aku hanya tersenyum, dan mengangguk pelan.

"Yasudah, sekarang ayo turun. Kita sarapan pagi dulu"

"Kau duluan saja, aku nanti menyusul"

Layne pun meninggalkanku dikamar.

Skip

"Mom, apa aku boleh menanyakan sesuatu?" kataku sambil membersihkan bekas piring kotor

"Apa itu?"

"Apa sudah ada obat untuk penyakitku ini mom?"

Mom pun diam.

"Mom juga tidak tau Grab. Tapi mom berharap sudah ada"

Aku berharap juga begitu mom. Ucapku dalam benak.

Tok,tok,tok

Ada tamu. Aku pun membuka pintunya. Ternyata Mom,Dad Nathan dan Nathan.

"Morning,, silahkan masuk.." ucapku

Dad dan mom Nathan pun masuk, Nathan langsung mendekatiku.

"Morning my wife" ucapnya sambil tertawa kecil

"Belum Nath," kataku sambil tertawa, dan mencubit puncak hidungnya

Dia memelukku, dan menuntunku masuk.

"Baik, kapan kita akan mempersiapkan pesta pernikahannya?" tanya mom Nathan

"Minggu depan?" ucap dad ku

"Catering, sudah ada tinggal menelfon. Undangan akan kita buat, ohiya tempatnya akan dimana?" tanya dad Nathan

Mereka semua sedang merencanakan pernikahanku dan Nathan. Aku dan Nathan hanya mendengarkan sambil duduk di anak tangga.

"Grab, aku sudah memesan gaunnya. Sangat bagus sekali, kalau kau memakainya akan terlihat sangat cantik" ucap Nathan

"Kau bisa saja, Nath.." kataku sambil tertawa kecil

Deg,deg,deg,deg,deg

Please help me, jangan sekarang. Tolong jangan kambuh lagi.

Aku memegang dadaku yang sakit, detak jantungku sekarang seperti sudah berlari mengelilingi stadiun bola sebanyak 10 kali.

Aku pingsan.

______________________________

Ohiya, sorry ceritanya pendek lagi,

Dan ceritanya mereka itu udah ga kuliah lagi ya. Soalnya kan pindah ceritanya, wkwkwk

Keep reading ya..

Maafkan jika alay):

I'm strongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang