Gaun kemahabesaran wanita itu menyapu lantai kayu seiring gerak langkahnya memasuki sebuah gudang sepi yang jauh dari lalu lalang manusia. Memang, karna gudang penyimpanan arsip itu terletak di tengah hutan rimba yang penuh rindang ditanami pinus menjulang tinggi. Gaun yang mahabesar itu Nampak kontras dengan wajahnya yang dingin dan mematikan, khas para penguasa licik yang mempimpin sebuah Negara besar. Namun wanita itu juga misterius secara bersamaan, terlihat dari pelayan yang menemaninya yang tak semahagagah status yang disandangnya.
Ia kemudian menatap seorang wanita yang sedang ngangkang di lantai kayu itu. Dari arah selangkangannya tergenang darah ketuban yang masih hangat. Tak peduli berapa dingin udara malam itu.
"Ambil salah satu bayinya", ucap wanita itu dengan dinginnya. Dengan segera ia membalikkan diri seolah jijik melihat pemandangan itu.
"Bolehkah aku berpesan sesuatu sebelum kau mengambil salah satu putriku?"
Wanita dingin itu menolehkan kepalanya sedikit tanda mempersilahkan lawan bicaranya mengutarakan maksud.
"Tolong siapapun yang kau ambil,... beri nama dia Chana". "Itu saja?"
Dengan nafas tersendak dan terisak, ia melanjutkan "Tolong rawat dia dengan baik". Salah seorang dayang istana wanita itu mengambil salah satu dari dua bayi yang telah dilahirkan bersamaan. Salju turun makin lebat ketika wanita yang dingin itu keluar dari tempat itu."Bunuh dia! Dan pastikan bayi yang satunya mati", ucap wanita itu dengan sedikit mendesis dilanjutkan oleh masuknya dia ke andhong orang yang ia bawa.
Dan proses pembunuhan itu dilakukan. Wanita yang habis melahirkan tadi disiksa habis-habisan. Dirotan punggungnya dan kedua pahanya. Suara teriakan merintih tak membuat pesuruh itu berhenti menyiksanya, malah semakin kejam.Dalam keadaan lemah sehabis dihajar rotan, wanita itu berhasil kabur dari ruang arsip itu. Ia berhasil mengelabuhi pesuruh-pesuruh itu dengan berpura-pura pingsan. Berkat pingsannya para pesuruh itu pergi mengira dirinya sudah mati. Di tengah badai yang mengamuk ia dekap bayinya dengan sisa baju yang telah kotor dan penuh darah yang ia kenakan. Ia terhuyung-huyung berjalan menuju sebuah pedesaan terdekat yang ada. Di sebuah rumah pertama yang ia datangi, tenaganya hampir habis. Namun ia paksakan untuk membuat gaduh seramai mungkin untuk menarik pehatian sipunya rumah agar keluar menemuinya. Lama tak kunjung pintu terbuka, wanita itu telah kelelahan. Ia pun terlentang di teras rumah itu sambil mendekap bayinya. Wanita itu mati.
"Apakan Yang Mulia akan menamainya Chana?"
"Tentu, nama itu tidak buruk"
KAMU SEDANG MEMBACA
Empress Kwon
Historical FictionSepasang bayi kembar perempuan dipisahkan oleh takdir yang berbeda. Jika takdir itu diibaratkan tali yang panjang, ternyata tali itu saling berpotongan dan berhimpit di suatu bagian. Bagaimana dan apa yang terjadi setelah mereka saling berpotongan d...