KAISAR JATUH CINTA

4.4K 223 9
                                    

Chana membawa buku pesanan aneh yang telah selesai ia salin ke juru sandi. Ia menyalin buku itu sebanyak tiga buah. Jadi total buku itu ada empat beserta yang asli. "Secara harfiah sepertinya aku pernah membaca sandi ini sebelumnya. Tapi… aku tidak yakin", ucap sang juru sandi. "Begini saja. Tinggalkan buku ini, aku akan mempelajari dan menyocokkan dengan sandinya. Aku butuh perhitungan". "Baiklah, aku akan meninggalkan buku itu. Aku sangat membutuhkan bantuanmu…".

"Sebelum ke tahap pembelajaran dayang, aku harus memeriksa ada atau tidaknya bekas luka di tubuhmu", ucap Kasim Yu. Kwon yang dididik secara tunggal menuruti perintah itu. Ia membuka semacam rompi yang ada di bagian atas tubuhnya. Terlihat jelas bekas-bekas luka di lengan, punggung dan bagian rusuk bawah Kwon. Awalnya Kasim Yu terkejut dengan banyaknya luka yang ada di tubuh Kwon. Kemudian ia berdehem sambil berkata, "Ah benar. Banyaknya luka mencerminkan ketangguhan prajurit kan?". Kwon tersenyum tipis mendengarnya sembari memasang kembali pakaiannya. "Aku masih jauh dari rekan-rekanku di padepokan". "Maksudmu yang lelaki tulen?". Kwon dan Kasim Yu tertawa bersama kemudian. Kaisar yang melihat mereka dari jauh juga ikut tersenyum tipis. "Awasi dia terus…", ucapnya lalu berlalu.

"Kali ini kau akan belajar tentang etika membawa dan menata cawan. Aturan inu berlaku untuk semua atasan istana. Tidak peduli itu Ibu Suri, atau Kaisar, pembawaannya tetap sama". Kwon lalu latihan mengangkat nampan yang berisi beberapa piring, cawan dan teko. Karna untuk latihan jadi semua barang itu tidak berisi apapun. Kasim Yu beberapa kali membenarkan letak tangan Kwon dan letak piring dan cawan yang ia tata. "Ulangi…". Kwon menurutinya dan mengulangi dari awal karna letak piring yang masih salah. "Ulangi". Kembali Kwon mengulangi itu. Dipercobaan ke tiga itu Kwon tak sengaja menjatuhkan piring ke pangkuan Kasim Yu. "Hehehe", cengir Kwon. "Ulangi". "Ulangi". "Tadi aku sudah memberimu contoh disini kan? Disini". "Salah". "Ulangi". "Ulangi". "Ulangi!". "Kwon!". "Hey!".

"Ya ampun aku bisa gila", ucap Kwon yang kabur dari ruangan pelatihannya. "Kwon! Hey! Kwon!". Kwon pun berlari melihat Kasim Yu yang berlarian ke arahnya. "Semua orang memburuku. Bagaimana ini?". Kwon berlari tanpa tujuan. Mengingat malam semakin gelap, susah baginya untuk bisa melihat tempat yang baik baginya untuk bersembunyi. Ketika ia berada di pertigaan lorong istana, ia sempat bingung mau ambil jalan yang mana. Tapi segera ia putuskan untuk berbelok ke kanan. Tiba-tiba kepalanya terpatuk sesuatu. "Yang Mulia!", kaget Kwon. "Itu dia! Hei Kwon!", ucap Kasim Yu. "Oh, Yang Mulia…". "Apa kau melarikan diri?", tanya Kaisar pada Kwon. Kwon tidak menjawab dan sedikit gemetar. "Hamba tadi memberi pelajaran tata suguh makanan kepada…". "Diam. Aku tidak bertanya padamu". Kwon semakin terhimpit. Ia sudah tertangkap basah sekarang. "Dengar. Jika kau tidak menyukai sesuatu, kau bisa mengatakannya padaku. Tidak perlu lari dan menyakiti dirimu sendiri. Selama aku bisa mengatasinya, aku akan lakukan". Kwon menatap Kaisar lekat-lekat. "Jika hatiku yang tidak berkenan. Apa Yang Mulia bisa mengatasinya?", ucap Kwon dalam hati. Dan malam itu Kwon kembali ke ruangannya untuk belajar, meneruskan apa yang tadi ia tinggalkan.

Keesokan harinya, Kwon kembali harus berkutat dengan pelajaran etiketnya. "Aku tidak masalah dengan kejadian semalam. Tapi ku rasa apa yang diucapkan Yang Mulia Kaisar itu benar. Kau tidak perlu lari dari ketidaksukaanmu. Kau hanya perlu bilang atau membiasakan diri untuk menerimanya". Kwon tak bergeming mendengar ucapan Kasim Yu. Ia sepenuhnya sadar jika itu adalah kesalahannya. Untuk kesekian kali ia berhasil membuat dirinya sendiri malu di hadapan Yang Mulia Kaisar. "Oh ya. Tadi malam Paduka Kaisar memintaku untuk memberimu praktek langsung untuk melihat seberapa jauh kemajuanmu. Untuk itu antarkan sarapan ini ke ruangan Ibu Suri…". "Ibu Suri?!". Kasim Yu mengangguk mantap. Kekhawatiran menyeruak di batinnya. Bagaimana jika Ibu Suri mengenalnya yang memiliki wajah mirip dengan Putri Agung? Bagaimana jika nanti ia berbuat kesalahan? "Ah tidak, justru ini kesempatanku untuk membuat orang lain menyalahkanku agar aku diusir dari istana. Ya, jika aku menggagalkan ini, aku bisa keluar dari istana. Aku tidak peduli bagaimana caraku keluar, yang penting aku bisa keluar", begitu batinnya. Bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan semalam, Kwon menerima tugas itu dan menjalankan rencananya.

Empress KwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang