Selepas kepergian Kwon ke Hainan, Tan melalui hari-harinya dengan hampa. Terhitung sudah lima hari semenjak penjemputan itu terjadi. Ia merasa istana begitu kosong. Pekerjaannya memimpin sebuah negara makin membuat hatinya sunyi, mungkin orang menyebunya dengan hidup tapi mati. Hari-harinya tidak secerah ketika Kwon mendampingi dan melayaninya. Tidak ada teh penuh cinta yang biasa Kwon seduhkan untuknya.
Tidak ada lagi Kwon di hadapannya ketika ia sibuk memeriksa kertas-kertas di mejanya. Tidak ada lagi teman makan dan teman bicara lagi, apalagi Kasim Jang juga mengkhianatinya. Tan benar-benar sendirian dan kesepian. Tidak ada lagi yang menarik perhatiannya. Semua hidup dan kemampuannya ia curahkan pada kegiatan istana, murni untuk memimpin rakyat. Ia sudah mencoba untuk terus berjalan kedepan, tanpa menoleh ke masa lalunya. Ia mencoba fokus pada pekerjaanya melayani rakyat dan melanjutkan pemerintahan. Tapi sunyi sepi itu kian menghampiri. Senyuman Kwon yang terukir jelas diingatan selalu mengikutinya kemanapun ia pergi. Apapun yang ia lakukan bayangan Kwon tidak akan pernah pupus.
'Mungkin ya benar dulu aku menjadikanmu pelampiasan kerinduanku pada Chana. Ku kira kau sama dengan Chana. Tapi nyatanya kau berbeda, Kwon. Aku sangat tertarik padamu dan kini aku sangat mencintaimu. Aku sungguh merindukanmu. Sangat..'
Tan memang termakan ucapannya sendiri. Ia tidak bisa melawan kehendak hatinya itu. Ia sadar ia telah begitu jahat pada Chana bahkan hingga dia sudah tiada. Ia sadar ia tidak seharusnya begitu pada Chana. Itu hanya akan menyakiti Chana dan makin membuat Kwon membencinya. Chana memang pernah ada dalam hatinya tapi Kwon mengisi relung hatinya lebih kuat.
'Apa yang harus ku lakukan sekarang?'
"Akhir-akhir ini Kaisar memesan arak lebih banyak dari biasanya, bukankah begitu?"
"Ya benar. Kaisar memesan arak lebih banyak, sudah dua hari ini. Aku ingat karena aku yang mengantarkannya..."
"Benarkah?"
"Ya! Bahkan di pagi-pagi buta pun juga! Wajah Kaisar yang biasanya cemerlang sekarang menjadi suram karena terlalu banyak arak dalam tubuhnya.."
"Aku kasihan dengan Kaisar. Sekarang ia benar-benar sendiri. Tidak ada Dayang Kwon apalagi Kasim Jang yang biasa menemaninya. Itu sebabnya kenapa ia minta banyak arak. Karena ia merasa kesepian..."
Begitulah gunjingan para dayang yang akhir-akhir ini terdengar di istana. Bahkan kabar itu sudah mulai meluas ke luar istana. Ji An yang sebetulnya sangat anti dengan istana, ketika mendengar itu terenyuh juga jiwanya. Ia tahu kebiasaan-kebiasaan Kaisar dari Lang. Dari Lang pula ia tahu bahwa Kaisar sebetulnya sangat anti dengan arak. Orang yang anti dengan arak hingga memutuskan untuk menyentuhnya berarti ia sudah sangat tertekan dengan masalah hidup. Tidak ada jalan keluar lagi selain menuruti apa yang menjadi hal yang ia ingin tahu, meski sebetulnya dirinya sendiri sadar kalau tindakan itu tidak benar dan tidak membawa manfaat. Dari cerita yang berkembang, keadaan Kaisar tergambar jelas dibenak Ji An. Ia bisa merasakan perasaan Kaisar yang kesepian. Pasti begitu berat untuk orang nomer satu di negrinya itu.
Lang sendiri memutuskan untuk menetap sementara di Hainan untuk menemani Paman Hong dan Kwon. Ia sudah bebas tugas sementara ketika benteng di pesisir utara sudah berdiri, dan sekarang masa pembangunan sudah selesai. Awalnya Paman Hong meminta Lang kembali ke istana mengingat pangkatnya sebagai seorang panglima. Kendati ia tidak punya tugas untuk beberapa hari kedepan, tapi kehadirannya di istana untuk menemai Kaisar bukan hal yang buruk bukan? Tapi Lang menolaknya. Ia lebih senang jika menemani Kwon dan Paman Hong di Hainan daripada tinggal di istana. Itu hanya akan mengingatkannya pada bayang-bayang Chana. Hanya akan merobek hati saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Empress Kwon
Ficción históricaSepasang bayi kembar perempuan dipisahkan oleh takdir yang berbeda. Jika takdir itu diibaratkan tali yang panjang, ternyata tali itu saling berpotongan dan berhimpit di suatu bagian. Bagaimana dan apa yang terjadi setelah mereka saling berpotongan d...