BULAN BARU

2.2K 173 0
                                        

Chana dan Lang telah sampai di tempat penerjemah itu. Perjalanan cukup jauh memang telah mereka arungi. Namun Lang berpikir bahwa perjalanan itu tidak ada apa-apanya jika dapat melaluinya dengan Chana. Ya, gadis yang ia sukai itu. Dengan menerima tawaran Chana untuk menetap beberapa waktu ditempatnya, sejujurnya semakin menumbuhkan perasaannya pada Chana. Ternyata benar kata orang jika cinta itu buta dan tidak tahu diri.

"Kau yakin ini tempatnya?".

Lang bertanya demikian karena tempat yang mereka tuju hanyalah sebuah gubuk reot di bawah pohon besar yang terlihat tidak ada siapa-siapa didalamnya. Sementara itu semak-semak belukar dan rumput-rumput liar juga tumbuh meninggi di sekitar rumah itu. Rumah itu persis seperti rumah yang tak berpenghuni."Ya. Penulis buku tempat aku menggandakan buku itu mengalihkan proses penerjemahan ke pemilik rumah ini". "Jangan mengada-ada!". "Tidak. Aku tidak sebercanda itu!", ucap Chana sedikit meninggi karena Lang sepertinya menganggap semua ini guyonan.

"Baiklah baik. Jadi kita sudah sampai disini kenapa kita tidak sekalian masuk saja?". Chana tidak membalas ucapan Lang melainkan langsung ngloyor mendekat ke rumah tua itu. Chana berulang kali mengetuk-ngetuk pintu rumah itu. Namun tidak ada yang menjawab. Rumah itu juga seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan didalamnya. Chana bolak-balik pintu ke jendela untuk mengintip apakah ada orang. Jikapun tidak ada apakah setidaknya ada informasi yang ia dapat. Entah sudah berapa kali Chana mengintip jendela sambil mengetuk pintu, sementara jarak jendela dan pintu membutuhkan lima langkah. Entah model rumah apa itu. Lang membuntutinya dibelakang. "Hei hei. Aku minta maaf". Namun Chana tetap diam, tapi tiba-tiba berlari kencang menuju jendela rumah. Lang mengikutinya sambil terus bertanya-tanya ada apa.

"Ku mohon buka pintunya cepat!", teriak Chana. "Aku orang pemilik buku yang kau terjemahkan itu. Tolong segera buka pintunya!".
"Hei tenanglah...", kata Lang. "Aku melihat ada sepasang mata yang mengintip kita dari jendela. Aku yakin itu pasti dari pemilik rumah ini". "Mungkin kau yang salah lihat". "Tidak!".

Chana dan Lang berdebat kecil di depan rumah itu, hingga akhirnya pintu itu terbuka dan menampakkan pemiliknya. Seorang laki-laki tua, berpawakan kurus dan pendek. Mengenakan pakaian yang lusuh seperti budak. Rambut acak-acakan dan ada beberapa kotoran di wajahnya. Persis seperti orang yang tidak merawat dirinya. Laki-laki itu menatap Chana dan Lang dengan sendu sekan-akan berkata kalian menakutiku dengan teriakan dan gedoran pintu! "Ma ma maafkan aku..", lirih Chana. Lang yang melihat penampilan orang itu langsung pasang badan untuk melindungi Chana. Pria tua itu semakin menyendukan tatapan matanya. Lang semakin bingung, ia harus tetap berhati-hati, namun disisi lain ia merasa pria tua didepannya ini ketakutan dengan respon yang ia berikan. Jelas pria tua itu merasa tersinggung. Namun ada sesuatu yang pria itu sembunyikan pada Chana dan Lang.

"Lang, kau terlalu berlebihan..", ucap Chana lalu memajukan dirinya. Ia mendekat pada pria tua itu pelan-pelan. "Paman, aku pemilik buku bersandi itu... Aku kemari untuk mengambil hasil terjemahan buku itu, apakah sudah selesai?". Chana mencoba untuk selembut mungkin bicara pada pria tua itu agar ia tidak makin merasa tidak nyaman. Pria tua itu terdiam untuk beberapa saat sambil memandang Chana lekat-lekat. Tapi tiba-tiba pria tua itu mendorong Chana keras sampai tersungkur. Setelah Chana terkapar di tanah pria tua itu menunjuk-nunjuk gerbang rumahnya, bermaksud mengusir mereka berdua. Lang tidak bisa diam saja melihat itu semua. Segera ia mendorong pria tua itu ke dinding sebelah pintu kayu rumahnya itu. "Cukup!". Chana berteriak kencang. Ia tidak bisa membiarkan ada kekerasan di depan matanya. "Hentikan!", ucapnya sambil bangkit berdiri. "Paman, aku tidak mau menyusahkanmu. Ku harap paman juga demikian. Aku minta maaf jika kedatanganku kemari sangat lancang dan tidak sopan..". "Chana!". "Ya. Benar kata pemuda itu, namaku Chana. Aku adalah putri dari seorang pengkhianat bangsa ini. Aku putri Selir Agung yang dituduh melakukan pemberontakan...". Lang membuang mukanya sedih mendengar Chana yang membuka identitas aslinya pada orang lain demi mendapatkan sesuatu yang belum jelas berguna atau tidak. Padahal selama ini Chana mati-matian menyembunyikan identitas aslinya agar bisa menata hidup baru agar tidak dihantui duka masa lalu lagi. Menyakitkan bagi Chana mengkalungi predikat putri pekhianat serta putri yang bebas karena upah kasihan raja. Itu sungguh menyakitkan bagi Chana. Maka untuk itu, ia berjuang keras untuk menemukan informasi dari istana, barang kali informasi itu bisa membersihkan nama ibunya.

Empress KwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang