CHANA BERGURU

3.4K 225 2
                                    

Berminggu-minggu setelah kerusuhan negri berakhir, negri masih saja dirundung duka. Untuk mengisi kekosongan kekuasaan, maka sementara Permaisurilah yang menggantikan kedudukan Kaisar memimpin negri. Pasti kalian bertanya-tanya, mengapa Putra Mahkota tidak langsung saja naik tahta?

Faktanya, aturan yang berlaku disetiap negri kerajaan adalah, jika Kaisar turun tahta disebabkan oleh segala sesuatu apapun itu, maka Putra Mahkota tidak bisa langsung begitu saja naik tahta. Dewan Gubernur selaku perwakilan seluruh negrilah yang harus menentukan siapa pemimpin selanjutnya. Penentuan itu diputuskan melalui rapat atau sidang untuk memutuskan apakah layak atau tidak keturunan Permaisuri bisa naik tahta, atau justru Pangeran dari putra Selir lah yang akan maju, terkecuali Kaisar sebelumnya sudah mewasiatkan.

Akan tetapi kita tahu bahwa Kaisar sebelumnya turun tahta karna tugas negara, yaitu berperang. Sudah barang pasti wasiat apapun belum ditulisnya. Hal itulah yang mengakibatkan Dewan Gubernur harus menggelar rapat untuk memutuskan pemimpin selanjutnya. Dan selagi Dewan Gubernur mengkaji calon-calon yang akan datang, disitulah peran Permaisuri digunakan. Yaitu untuk mengisi kekosongan kepemimpinan.

Dan disinilah titik peran Permaisuri dimulai. Dengan kekuasaan pendek itu, ia memenuhi hutangnya kepada Serikat Dagang Hitam untuk menyerahkan sepenuhnya provinsi Hainan dengan alasan ada semacam investor dari negri sebrang yang akan mengelolah ladang emas Hainan, tentunya dengan memalsukan dokumen sebagai bukti kerja sama jika sewaktu-waktu itu ditagih oleh Dewan Gubernur. Pastinya dengan berkedok begitu, rakyat tidak tahu bahwa sebetulnya negri mereka tidak bisa ikut campur bahkan tidak mendapatkan hasil dalam penjarahan terselubung ini. Namun entah siapa yang memulai menebar isu bahwa sebenarnya Permaisuri menyerahkan Hainan secara cuma-cuma pada sekelompok orang. Warga Hainan yang tinggal di ibu kota, begitu mendengar cerita ini tentu tidak setuju dan sangat menyayangkan keputusan konyol Permaisuri ini. Sebab mereka beranggapan bahwa kekayaan negri haruslah diolah oleh anak-anak negri sendiri, bukan orang asing dengan apapun alasannya. Kaisar terdahulu sudah susah payah membuat program agar anak-anak Hainan bisa jadi pelopor pendidikan dan menghasilkan cendekiawan. Tapi mengapa justru Permaisuri memasrahkan pengolahan ini kepada orang asing yang tidak jelas tujuannya apa. Alhasil mereka membuat aliansi atau organisasi dan sejenisnya untuk menyerukan suara mereka.

Mereka mulai memboikot istana dan mulai tidak mau membayar pajak. Itu cukup untuk membuat setengah penduduk istana mati kelaparan. Meski tidak sampai melakukan teror yang serius, tapi hal ini cukup menjadi perhatian Dewan Gubernur. Namun, hutang tetaplah hutang. Bagaimanapun sulitnya tetap harus dibayar bukan? Permaisuri memang tidak cukup cerdas untuk urusan begini. Ia hanya berfokus ke bagaimana caranya usahanya berhasil, tidak sampai ke pemikirannya bagaimana caranya berhasil tanpa mengurangi simpati rakyat sedikitpun. Karna sudah menjadi asumsi publik dan sudah sampai ke telinga Dewan Gubernur, maka isu ini menjadi topik utama pada pembahasan pra-penunjukan Kaisar yang baru. Rapat yang seharusnya berfokus kepada calon Kaisar terbaru, malah harus ternodai dengan fakta yang seharusnya tidak perlu terjadi.

"Aku tidak bisa menariknya kembali. Aku tidak mau dianggap plin-plan oleh orang asing. Kita percayakan saja kepada orang-orang itu. Aku yakin emas yang dihasilkan lebih bermutu daripada diolah bangsa sendiri", begitu ucap Permaisuri ketika Dewan Gubernur memintanya membatalkan perjanjian yang sebetulnya palsu itu.
"Yang mulia, apakah anda punya jaminan jika pengolahan mereka lebih bagus daripada pengolahan kita? Lagipula kenapa Yang Mulia Permaisuri tidak mendiskusikan terlebih dahulu masalah ini dengan kami? Bahkan kami dengar Anda juga tidak meminta pendapat Guru Penasihat. Ada apa dengan Anda Yang Mulia?". "Ya, itu benar…". "Ya, kenapa mesti begitu?". Suasana rapat jadi riuh ramai.

"Diam kalian! Aku bukanlah boneka yang tidak punya pendirian. Guru Penasihat akan bekerja jika ia dibutuhkan. Itu bukan berarti setiap masalah barus dirundingkan kan?".
"Tapi Yang Mulia… lihatlah akibat keputusan yang Anda ambil. Setengah manusia di istana ini akan mati kelaparan. Apakah anda mau para dayang dan kasim mati sia-sia?". "Benar Yang Mulia… Mohon tarik keputusan Anda! Mohon tarik keputusan Anda!".

Empress KwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang