KWON DAN MILITER

5.7K 273 4
                                    

Setelah melalui perdebatan hati yang panjang, maka kedua perempuan itu menaiki seekor kuda dengan perbekalan yang lengkap. Tentu saja mereka adalah Kwon dan Chun. Karena Kwon lebih terlatih menunggang kuda, maka ia yang pegang kemudi sementara Chun berada dibelakangnya. Ibu dan adiknya, Hwasang dan Chin melepas kepergian mereka berdua.

Perjalanan jauh akan mereka lewati. Perjalanan yang akan menguras tenaga dan pikiran. Bahkan awalnya Kwon sendiri ragu apakah Shang bisa diajak kompromi dengan perjalanan jauh yang belum pernah kuda itu lalui sebelumnya. Tapi jangan sebut mereka anak muda jika tidak penuh tekad dan keyakinan. Tentu saja apapun rintangannya, jika mereka ingin mereka akan melaluinya dengan kerja keras. Perjalanan jauh itu mereka hadapi dengan santai. Sesekali mereka berhenti untuk mengisi tenaga. Shang juga butuh makan, begitu pula mereka.

Di sela perjalanannnya mereka kerap berhenti untuk makan perbekalan yang ada. Hingga suatu hari perbekalan mereka habis yang memaksa mereka untuk berburu. Tapi apa yang mau diburu jika mereka tidak punya senjata. Untunglah di kantong perbekalan ada panah yang dibuat oleh mendiang ayah Kwon. Itu alat yang ia bawa kemana-mana untuk perlindungan diri. Digunakanlah panah itu untuk berburu. Terbidiklah sebuah rusa betina setelah beberapa jam mengamati. Kwon menyayatnya kemudian Chun membakarnya.

"Dari mana kau memiliki keahlian memanah begitu?", tanya Chun penasaran. "Dulu ayahku sering mengajakku berburu. Beliau juga mengajariku memanah. Ayah selalu mendidikku dengan didikan layaknya anak lelaki. Berkuda, memanah, berburu. Bukankah itu pantasnya untuk anak laki-laki saja?". "Tapi nampaknya kau memang beruntung. Dengan memiliki kecakapan begitu, paling tidak itu nilai baik untukmu. Bisa kau gunakan jika dibutuhkan". Kwon menghela napas panjang. "Ya, kau benar senior".

Perjalanan mereka lanjutkan. Perjalanan Fan ke Xing memang sangat jauh. Fan berada di sisi barat Xing. Tapi jarak keduanya sangat-sangat jauh karena provinsi Fan berada jauh hampir terdepan negri. Perjalanan normal saja bisa mencapai sembilan hari. Belum dihitung waktu berhenti seperti istirahat dan makan yang tentu saja mengulur lama perjalanan. Karena sadar waktunya semakin terpotong, Kwon memacu kudanya makin cepat. Waktu berhenti juga sebisa mungkin mereka kurangi agar semakin cepat pula mereka sampai.

Setelah berkelana beberapa hari, akhirnya mereka sampai juga di Xing, tempat tujuan mereka. Mereka langsung menuju ke istana agar cepat-cepat bisa mendapat pekerjaan. Beruntungnya mereka karena waktu itu juga ada perekrutan wanita persembahan dari seluruh provinsi untuk dipekerjakan di istana. Kwon memarkir Shang sembarangan, lalu bergegas turun. "Sebaiknya senior bergegaslah. Nampaknya barisan itu akan segera memasuki istana!", ucap Kwon sambil menarik Chun. Chun gelagapan dengan tarikan Kwon yang kencang. "Kwon, aku bukan kuda yang bisa kau tarik!". "Ah maafkan aku tapi jika tidak segera kau akan tertinggal senior". Kwon mendorong Chun masuk ke barisan. Karena dorongan Kwon terlalu kuat, maka menimbulkan 'gelombang' (baca: jatuh) pada barisan itu. "Hei! Baris yang benar!", ucap seorang kasir.

Kwon langsung bersembunyi, kemudian meringis melihat gelombang itu. Ia berbisik pada Chun sambil mengisyaratkan bibirnya, "Kau tidak apa-apa?". "Ya. Aku tidak apa-apa. Kau bargabunglah di barisan", ajak Chun. "Tidak, tidak, tidak", Kwon menggelengkan kepalanya mantap. "Kau yakin? Baiklah kalau begitu. Terima kasih!", Chun membungkuk sangat rendah padanya. "Jangan seperti itu! Belajarlah dan bawa uang yang banyak ke rumah!". "Baik!".

Kwon menghela napas lega. Satu tugasnya terselesaikan. Lama ia menunggu Chun masuk ke gerbang istana. Hatinya benar-benar lega melihat Chun masuk istana dengan selamat. Tanggung jawabnya sekaligus bebannya berkurang satu. Ia membaliklan badan. "Shang!". Ia teringat kudanya yang ia parkir sembarangan. Bergegaslah ia menuju tempat terakhir ia meninggalkan Shang. Sesampainya ia, Kwon begitu kaget mendapati kuda kesayangannya itu menghilang. "Shang! Shang!", teriaknya mencari-cari. Jangan sampai ia kehilangan kuda berharga itu. Habislah semua perbekalan yang baru ia isi dari pemberhentian terakhir di pintu masuk Xing tadi. Kwon mencari kesana kemari tapi tak kunjung ia mendapat tanda-tanda keberadaan Shang, bahkan ekornya sekalipun.

Empress KwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang