9 dan 12 tahun
"Apa yang kamu mau dari hidup?", suara pria di sebelahku memecah keheningan di antara kami. Aku dan dia, sepasang sahabat karena rumah kami yang berdekatan. Umur kami terpaut 3 tahun, dia sudah 12 tahun dan aku 9 tahun.
"Aku? Sukses yang penting. Hm, apalagi ya? Aku mau punya suami kaya raya nanti, biar hidupnya ga susah kaya mami. Apalagi ya? Ahh, aku pengen punya kakak kaya kamu", kataku gamblang. Hanya sedikit sosok laki laki yang aku kenal selama 8 tahun ini. Ray, pria di sebelahku, dan Papi Edgar, papanya. Aku memang memanggil papa Ray dengan sebutan Papi Edgar. Dan aku mengagumi keduanya. Mereka berdua menjadi panutan bagiku, dan mereka juga baik pada mami. Padahal selama ini, hanya sedikit orang yang peduli pada keluargaku –aku dan mami-.
"Jadi kakak? Gamau jadi suami aja?", tanyanya menggodaku. Wajahku memerah. Astaga, ini hanya rasa suka anak kecil, tidak lebih.
"Hmm.. boleh juga sih", kataku malu malu. Dia tertawa pelan dan mengacak rambutku dengan sayang, seperti yang sering dia lakukan. Membuatku semakin tersipu oleh perbuatannya.
***
15 dan 18 tahun
"Rayyyy bangun!!!", aku berteriak tepat di telinganya dan mengguncangkan tubuhnya. Ray ini, sangat susah bangun pagi. Mungkin gempa pun tidak bisa membangunkan pria ini. Ah, aku memang terbiasa menjadi alarm nya di hari sabtu dan minggu. Jika tidak, mungkin dia akan terus tertidur hingga hari berganti menjadi senin.
Wajahnya terlihat terganggu dengan teriakanku, namun dia tidak bergeming. Masih tidur, hanya merubah posisi tidurnya. Aku tidak kehilangan akal. Aku mengambil kemoceng di dekat tempat tidurnya, dan mencopot bulu kemoceng tersebut. Kemudian aku mengarahkan bulu tersebut ke telinganya.
Ray meraung kesal, namun tetap tidur. Astagaaaaa, bagaimana bisa aku bersahabat dengannya selama 14 tahun?!!
Aku berdiri dan berjalan mondar mandir, seraya memikirkan cara untuk membangunkan pria ini. Entah di menit ke berapa, aku mendapatkan ilham tersebut. Aku pergi ke kamar mandinya dan mengisi setengah gayung dengan air, kemudian aku campur dengan es batu. Aku yakin, dia pasti terbangun. Dengan cekikik yang tak dapat ku tahan, aku mulai memiringkan gayung tersebut perlahan diatas kepalanya. Namun sebelum air sempat tumpah dari gayung tersebut, sebuah tangan menahan tanganku pada gagang gayung tersebut. Membuatku memekik kaget. Astaga! Kapan dia bangun?!
Memanfaatkan kekagetanku, dia mengambil gayung dari tanganku dan menaruhnya di lantai perlahan. Kemudian kembali menarik tanganku, menyebabkan aku terjatuh ke atas tubuhnya. Seperti biasa, jantungku berdegup. Wajahku memerah.
"What are you going to do, adik kecil?", tanyanya. Mendekapku ke dalam pelukan hangatnya dengan mata yang masih terpejam. Sejak saat itu, 6 tahun lalu, sejak aku bilang mau memiliki kakak seperti dia, dia memperlakukanku seperti adiknya sendiri. Memanjakanku layaknya aku memiliki hubungan darah dengannya.
"Hmm.. Cuma membangunkan kerbau tidur", jawabku. Menikmati detak jantungnya yang teratur.
"Do we have any schedule or what?", tanyanya.
"No. Tapi ini udah jam 10 Ray. Malu sama ayam.", kataku kesal.
"Ah, kenapa harus malu? Nah, bukankah hari Senin kamu ujian nasional? Bagaimana jika hari ini kita belajar?", tanyanya, masih memejamkan matanya. Aku memutar bola mataku. Pria pintar ini, tidak lepas dari kata belajar. Untung saja sekolahnya sudah selesai, jadi dia pengangguran sekarang, menunggu beberapa bulan untuk berada di bangku universitas.
"Do I have to? Aku sudah belajar terus menerus di sekolah. Apakah aku juga harus belajar di rumah?", tanyaku cemberut.
"Sure. Mau kamu lulus dengan nilai jelek dan ga masuk SMA negeri yang kamu mau? Then kamu gabisa masuk univ yang sama denganku? Hm?", tanyanya. Ah, ini senjatanya. Aku memiliki cita cita memasuki universitas negeri yang sama dengan Ray. Baginya pasti mudah. Aku? Perlu usaha berkali kali lipat darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu, Kita
Kısa Hikayecinta banyak bentuknya bukan? mencintai diam diam. mencintai sepenuh hati. mencintai hingga terluka cinta bertepuk sebelah tangan. cinta yang terlambat terucap. (hanya kumpulan cerita pendek)