Matahari telah bersinar seperti biasanya, terdengar suara riuh para murid Madelyn School yang berjalan menuju kelasnya masing masing. Mereka berjalan sembari berbicara tentang informasi terbaru di Madelyn School. Salah satunya adalah berita tentang 'Sang Captain Basket Alle Jilian Brooklyn' seorang siswa yang memiliki paras yang menawan yang mampu memikat hati para gadis dan memiliki prestasi yang luar biasa di bidang akademik maupun non-akademik.
"Hei kau tahu, sekolah kita memenangkan sparing basket melawan Wolind School kemarin. Hebat bukan?" Ucap salah satu siswi.
"Kau benar itu luar biasa"
"Pastinya, kan ada Alle sang Captain ganteng dan cool itu. Huh, aku sangat menyukainya."
Ya, itulah beberapa pujian yang selalu didapat Alle. Ia selalu menjadi pusat perhatian dan sebagian siswi pun banyak yang menyukai Alle, tentu karena ia ganteng, cool, cerdas, captain basket dan ramah. Sifat yang satu ini membuat para siswi lainnya sangat senang berada di dekatnya.
Namun siapa sangka ternyata Alle ini memiliki teman yang dulunya satu sekolah dengannya. Stella Camila Izabella gadis yang cantik dan cerdas, hanya saja ia begitu pendiam dan tak banyak yang ingin berteman dengannya kecuali Talia Paola dan Brianna Samantha, mereka adalah sahabat baik Stella. Alle dan Stella yang pada waktu SMP bersekolah di Mckenzo School dan kini saat mereka SMA, mereka satu sekolah lagi di Madelyn School.
"Pagi Anna, pagi Lia." sapa stella kepada kedua sahabatnya. Stella memang memanggil mereka dengan sebutan Anna untuk Brianna dan Lia untuk Talia.
"Pagi stella." jawab mereka secara bersamaan.
"Stell, aku mempunyai berita baru untukmu." Ucap Brianna.
"Ouh, ya?" Jawab Stella.
"Ya, kemarin Alle kembali memenangkan sparing basketnya melawan Wolind School." Jelas Brianna.
"Wow, itu luar biasa. Bukankah pemain basket Wolind School termasuk pemain yang tangguh dan tak mudah untuk dikalahkan?" Sahut Talia.
"Iya, tapi mereka bukan tandingannya Alle, Talia. Bukan begitu, Stell?" Jawab Brianna.
"Uhm, iya" jawab Stella dengan singkat.
"Stella, apa kamu tidak ingin mengucapkan sesuatu untuk kemenangan Alle? Bukannya kamu menyukainya? Tapi mengapa sikapmu seperti acuh kepadanya?" Tanya Talia pada Stella yang dijawab senyuman manis darinya.
"Aku memang menyukainya tapi aku rasa tidak perlu untuk menemuinya. Karena aku selalu memanjatkan doa untuk Alle agar ia diberikan yang terbaik. Kurasa itu cukup dan itu adalah ucapan paling spesial menurutku." jelas Stella yang membuat kedua sahabatnya pun tercengang.
"Tapi kan Alle tidak pernah mengetahuinya kan, kalau kamu selalu mendoakannya. Kamu ini menyukainya tapi kamu tidak pernah berusaha untuk mendekatinya, bagaimana kamu bisa mendapatkan Alle jika cara mu seperti itu terus?" ucap Brianna panjang lebar. Stella pun hanya bisa menggeleng sambil tersenyum.
Bel berdering yang menandakan pelajaran telah usai, para murid segera berhamburan keluar sekolah. Begitu pun juga dengan Brianna dan Talia, mereka berpamitan kepada Stella yang dibalas anggukan olehnya. Stella pun masih sibuk merapikan dan memasukkan semua bukunya ke dalam tas sekolahnya setelah itu, ia pun langsung bergegas. Saat Stella berjalan di koridor, tak sengaja ia pun menabrak seorang siswa yang tak lain adalah Alle.
"Eh, maaf aku tak sengaja." Ucap Stella pada Alle dengan jantung yang berdetak kencang.
"Ouh iya, tak apa. Kenalkan aku Alle Jilian Brooklyn" jawab Alle sambil memperkenalkan dirinya pada Stella karena ia tau, ia tidak pernah bertemu dengan Stella sebelumnya . Stella pun hanya diam tak bergerak. Apa Alle tidak mengenal Stella selama ini?
"Uhm, iya aku sudah tahu. Permisi!" Tanpa membalas pertanyaan Alle, Stella pun pergi begitu saja. Yang membuat Alle bingung dengan sikapnya.
"Ouh, apa Alle benar benar tidak mengenalku? Huh, sudahlah lebih baik aku segera ke rumah sakit untuk check-up." Gumam Stella.
Hai Guys!! Ini cerita pertamaku loh, masih gabut banget ya.. aku minta kritik dan saran ya biar feelnya lebih dapet lagi.💞
Vote + Comment guys!! Hargai karya penulis ya.. 💞
KAMU SEDANG MEMBACA
60 Detik [TAMAT]
Teen Fiction60 detik yang dapat mengubah hidupku menjadi indah berwarna. Namun dapat juga sebaliknya. Hanya dengan waktu 60 detik, kata-katamu bisa membuatku jatuh ke dalam jurang yang paling dalam. Karena 60 detik yang mengubah segalanya.