"Brianna, sebaiknya kau mengirim pesan saja ke Alle. Katakan kalo Stella akan pergi ke Singapura jam 4 pagi ini" ucap Talia.
"Tapi kalo Alle membacanya pukul 8 atau saat ia bangun, bagaimana?" tanya Hans.
"Itu sih masalahnya, kan kita sudah mencoba menelponnya berkali-kali tapi tak diangkat olehnya " jawab Talia dengan santai.
"Mungkin dia sangat lelah sampai tidak terbangun padahal kita sudah berkali-kali menelponnya" Ucap Hans membuat Talia kesal.
"Kalo gitu, kau saja yang pergi ke rumahnya katakan padanya kalau Stella akan pergi ke Singapura" ucap Talia yang sangat kesal dengan Hans yang membela Alle.
"Sudau sudah, sebaiknya kita bergegas ke rumah sakit untuk menemui Stella. Masalah Alle biar saja, yang penting kita sudah mencoba menghubunginya" Ucap Brianna membuat lainnya mengangguk.dan akhirnya mereka pun pergi menuju rumah sakit.
Setelah sampai di rumah sakit, mereka langsung menuju kamar Stella yang ternyata sudah kosong membuat semua terkejut.
"APA MEREKA SUDAH PERGI!?" Teriak Talia.
"Tidak mungkin.. Tidak.." Ucap Brianna.
"Kita tanya suster aja" sahut peter membuat semuanya mengangguk setuju.
Melihat ada beberapa suster yang kebetulan sedang berjalan ke arah mereka, langsung saja "Hans, tanya suster itu!" perintah Peter.
"Eh? Kenapa aku?" jawab Hans.
"Tak usah banyak bicara" ucap Peter sambil mendorong tubuh Hans.
Hans mendengus lalu mendekati suster tersebut, "permisi, boleh saya bertanya?"
"Iya, ada yang bisa saya bantu?" jawab salah satu suster tersebut.
"Pasien yang berada di kamar ini kemana ya? Kok kamarnya kosong?" ucap Hans.
"Ah, nona Stella sudah pergi. Baru saja-" ucap suster yang lainnya.
"Terima kasih,sus" potong Talia yang langsung berlari meninggalkan mereka.
"Eh? Nona Stella berada di ruangan Dr. Kelly, kalian bisa menemuinya disana " ucap suster tersebut.
"Terima kasih infonya, sus" jawab Hans.
Kemudian mereka langsung menuju ruangan Dr. Kelly untuk menemui Stella. Talia yang sudah meninggalkan mereka juga telah diberi pesan oleh Brianna kalau saat ini ia berada di ruangan Dr. Kelly.
"Stella..." ucap Brianna sambil bergetar saat melihat Stella sadar berada di ruangan Dr. Kelly yang sedang duduk di kursi roda.
Brianna langsung memeluk Stella sambil menangis, membuat Stella tersenyum kecil.
"Kalian.... Bagaimana bisa kalian berada disini?" tanya Tante Ella.
"Ini masih sangat pagi loh" lanjutnya.
"Kita mau ketemu Stella, tan. Yah.. Buat ngucapin salam perpisahan sebelum Stella pergi" ucap Hans yang membuat Talia yang baru saja tiba langsung menyahut perkataan Hans.
"Salam perpisahan apa!? Stella tidak akan pergi kemana-mana" celetuk Talia sambil memegang tangan Stella.
"Iya, tan. Apa tidak bisa Stella dirawat disini aja? Kenapa jauh-jauh ke Singapura?" Tanya Brianna.
"Peralatan dan obat disini kurang lengkap dan dokternya juga kualitasnya tidak begitu bagus. Jadi lebih baik Stella dibawa Ke singapura, aku yakin Stella bisa sembuh" jelas Dr. Kelly membuat semuanya paham.
Meski rasanya berat tapi jika ini untuk kebaikan Stella, apa boleh buat? Mereka akan selalu mendoakan yang terbaik untuk Stella.
"Kita bakal kangen banget sama kamu, Stell" ucap Peter membuat Talia menatapnya tajam.
"Kamu clbk?" sahut Talia.
"Ha!? Enggak, siapa yang clbk?" Jawab Peter.
"Heh, kalian bisa-bisanya saling cemburu dengan keadaan kayak gini" celetuk Hans membuat Peter dan Talia menatap Hans tajam.
"Al..alle.. Di-dimana?" ucap Stella dengan lirih membuat semuanya terdiam. Mereka sepertinya tidak ada yang mau jawab.
"Kita sudah menghubunginya, Stella. Tapi Alle tidak menjawab telepon kami, mungkin tidurnya terlalu nyenyak karena lelah" jawab Hans yang tau jika yang lain bingung harus menjawab apa. Wajah Stella terlihat sedih namun ia tutupi dengan senyumannya, tapi Brianna tau apa yang sebenarnya Stellaa rasakan.
"Kalo aku ketemu Alle, kuhabisi dia. Aku akan memutilasinya jika perlu" batin Brianna.
"Tapi aku sudah memberinya pesan, Stell. Jadi kemungkinan dia bakal baca saat ia terbangun atau saat ia mengecek hp-nya" Ucap Brianna.
"Dan saat itu juga, dia bakal menyesal karena tidur seperti orang mati" lanjut Brianna dengan nada sinisnya.
"Kau tidak boleh berkata seperti itu, aku yakin kalo Stella sehat mungkin sekarang kau akan dimutilasi olehnya. Lagian aku yang menelponnya kenapa jadi kau yang kesal?" sahut Peter.
Stella hanya tersenyum melihat kelakuan teman-temannya, ia senang karena bisa memiliki teman-teman yang begitu baik dan perhatian kepadanya.
"Stella, kini waktunya kita berangkat" ucap Dr. Kelly.
"Iya dok" jawab Stella sambil tersenyum kemudian Ia melihat Briannda dan Talia yang sudah meneteskan air matanya.
"Kamu harus sembuh, Stell. HARUS." ucap Brianna dengan tegas.
"Aku bakal kangen sama kamu, cepet sembuh ya biar kamu bisa cepet balik ke Indonesia" ucap Talia yang memeluk Stella erat.
"Aku akan berjuang teman-teman," ucap Stella.
"AKU PASTI SEMBUH" lanjutnya. Membuat Dr. Kelly tersenyum dan kagum melihat semangat Stella. "Ya dia pasti sembuh" batin Dr. Kelly.
"Kita juga boleh ikut mengantar kan?" Tanya Peter yang dijawab angguka oleh Tante Ella.
***
"STELLA" Teriak Alle yang terbangun dari tidurnya. Napasnya terengah-engah dan dadanya naik turun seperti habis lari dikejar anjing. Ia mengecek ponselnya untuk mengetahui jam berapa sekarang namun matanya melotot melihat banyak sekali missed call dari Peter dan 1 pesan dari Brianna.
Dengan segera ia pun membuka pesan tersebut tanpa memperdulikan missed call dari Peter, setelah membaca pesan dari Brianna. Alle rasanya hendak memukul apa saja yang ada didekatnya, ia terkejut bukan main. Alle melihat jam yang menunjukkan pukul 03.40 WIB, itu artinya kurang dari 20 menit lagi Stella akan pergi ke Singapura. Alle langsung mandi dan bergegas menuju ke rumah sakit sebelum Stella pergi, ia mengendarai mobil seperti orang kesetanan. Untung saja jalanan sepi karena masih sangat pagi.
"Mimpi itu?" ucap Alle dengan lirih.
"Apa mungkin yang dimaksud Stella adalah ini?" batin Alle.
Tiba-tiba Alle berubah pikiran, ia memutar stirnya menuju ke bandara. "Tidak mungkin Stella berada di rumah sakit sekarang, dia pasti juga sedang menuju bandara." Ucap Alle.
.
.
.
.
Aku sengaja bikin chapternya pendek-pendek biar greget sebelum tamat. Hehe.. Jangan lupa votenya yaa, commentnya juga😊-AULYA W.S
KAMU SEDANG MEMBACA
60 Detik [TAMAT]
Novela Juvenil60 detik yang dapat mengubah hidupku menjadi indah berwarna. Namun dapat juga sebaliknya. Hanya dengan waktu 60 detik, kata-katamu bisa membuatku jatuh ke dalam jurang yang paling dalam. Karena 60 detik yang mengubah segalanya.