Suasana di ruang kesenian seketika berubah dengan aura yang bisa dibilang sangat tidak enak. Semua kaget karena kejadian 'Alfian mendobrak pintu' tadi. Tubuh Alfian masih pada sebagian badan pintu, seakan jika ada seseorang yang keluar adalah sebuah kesalahan besar.
Alfian menunjukkan wajah yang dilapisi amarah. Tangannya mengepal geram. Peluh keringat mengalir di dahinya. Napasnya juga tidak teratur.
David tetap pada tempatnya. Tetap memegang tangan Azeela. Tetap memegang gagang pintu ruang kesenian. David melepas pegangannya dari pintu. Tetap terlihat sangat tenang, seakan ia sudah mengetahui peristiwa ini akan terjadi.
Apakah ia tidak mengerti situasi saat ini?
Merasa tidak mendapatkan jawaban, Alfian semakin menggeram kesal, "Gue tanya sekali lagi, lo mau ngapain narik Azee? Lo kira dia barang?!"
"Lo kenapa sih, Dek? Lagi PMS?" tanya--ejek kak David dengan sangat santai.
Alfian yang tidak terima jika diejek mulai mengambil ancang-ancang untuk memukul. Alfian sudah mengangkat sebelah tangannya. Tapi dengan sigap, Rifaldi menahan Alfian dan menenangkannya. Rifaldi membawa Alfian menjauh beberapa langkah dari kak David. Mencari posisi aman untuk mereka berdua.
Azeela melepaskan genggaman tangan kak David yang tadinya masih memegang tangannya. Entah kenapa jantung Azeela berdegub dua kali lipat dari biasanya, antara malu saat sadar masih berpegangan tangan dan juga khawatir mengenai situasi saat ini.
Tapi Azeela berusaha menghilangkan poin pertama. Saat ini, hal yang lebih gawat adalah poin kedua. Alfian masih beberapa kali berontak dari benteng yang telah dibuat oleh tubuh Rifaldi.
Azeela berjalan maju dua langkah, menjauh dari kak David. Berada di tengah-tengah antara kak David dan Alfian. Berusaha untuk tidak memihak siapapun.
"Plis jangan gini." ucap Azeela. "Alfian tenang, biar gue jelasin."
"Jelasin." perintah Alfian dengan nada dingin.
Azeela mengambil napas sejenak, "Lo tau kan kalo tadi gue telat? Gue dikasih hukuman sama pak Bam buat bersihin gudang deket lapangan basket." jelasnya. "Berhubung Kak David juga telat, jadi kita nyelesain hukumannya bareng." lanjut Azeela.
Alfian terdiam mendengar penuturan yang gue berikan.
"Lo yang salah kan? Jangan asal nyimpulin suatu hal yang nggak lo tau asal-usulnya." ujar David.
Entah kenapa, Azeela merasa jika hari ini David selalu memancing amarah Alfian. Atau mungkin Alfian sedang ulang tahun? Dikerjai? Sehabis ini akan datang kue diiringi nyanyian? Sorakan meriah dan tepuk tangan? Oh, lupakan. Tidak mungkin itu terjadi, karena situasi saat ini tampak sangat serius. Bahkan sedari tadi, Ana dan Mutiara masih setia membungkam suara.
"Kak, udah, jangan mancing emosi Alfian." ucap gue kepada kak David.
"Lo belain dia? Udah jelas dia yang salah."
Melihat tidak ada jawaban dari Azeela, David membuang muka sambil melipat tangannya di depan dada. Azeela melihat Alfian lagi, amarahnya sudah mulai mereda. Napasnya perlahan menjadi normal. Tangannya juga sudah lemas, tidak terkepal lagi.
"Gue bantuin lo ngerjain hukuman." ujar Alfian dengan suara yang sudah seperti biasa.
Baru saja ingin mengeluarkan suara, tiba-tiba David berkata, "Ini hukuman gue sama Azeela, lo gausah sok-sok bantuin." ucap David cepat.
"Gue mau bantuin Azeela, bukan lo."
"Tapi Azeela nggak butuh bantuan lo. Sori."
Sebelum Alfian dan David melanjutkan argumennya, Azeela dengan sigap berkata, "Gue gapapa kok. Yang dihukumkan gue, lo gausah repot-repot buat bantuin. Lo pulang aja."

KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In Love
Fiksi Remaja[DISCONTINUED] Pulang sekolah adalah saat yang dinantikan setiap murid, tapi tidak bagi Azeela. Penyebabnya adalah latihan band dan seniornya. Tapi saat latihan sudah tidak dilakukan lagi, ia malah ingin mengulangnya. Apa yang terjadi pada Azeela? A...