Veneria Arriansar

83 16 5
                                    

Untuk pertama kali nya dalam kehidupan yang ku jalani saat ini. Rumah ku seperti kuburan. Dan, ini baru saja terjadi saat ini. Biasa nya, rumah ku seperti lapangan yang ramai namun, penuh tawa. Kali ini, rumah ku kalah ramai dengan rumah tetangga di sebelah. Aku duduk di kursi di ruang makan yang hanya ada dua orang yang duduk. Abang serta adikku. Vandi dan Vaskan, Bang Vandi dengan seragam kerja nya sedangkan Vaskan dengan baju rumahnya. What?! Kemana seragam sekolah milik Vaskan.

"Kamu gak sekolah Ka?" tanya ku dengan mata menyipit dan Bang Vandi pun menoleh pada Aska seperti nya dia baru sadar dengan penampilan Aska.

"Kamu gak sekolah?" tanya Bang Vandi dengan mata tajamnya. Mengulang pertanyaanku yang tidak dijawab oleh Vaskan, justru dia hanya menunduk.

"Vaskan di skors" ucap Vaskan lemah sarat akan ketakutan. Akan tatapan Bang Vandi. Bang Vandi adalah anak tertua di keluargaku wajar kami segan padanya. Bahkan sifatnya copy-an Abah ku. Tegas, Jujur dan Berwibawa.

"Abah sama Umi keluar kemana?" tanya ku mencoba membatu Aska yang terlihat semakin pucat. Aura dingin dari Bang Vandi memancar jelas.

"Ke... Ke sekolah kaven" cicit Aska.

"Bang Van, jangan terlalu menakutkan gitu. Ntar Aska pipis di celana gimana?" tanya ku mencoba memecah kan suasana jelek saat ini. Dapat ku rasakan Aska melotot padaku. Dan dengusan Bang Vandi terdengar.

"Ku rasa dia memang mau ke kamar mandi!" ucapan Bang Vandi membuat Aska melotot tidak suka.

"Siapa yang mau pipis!" bentak Aska tidak terima membuat ku dan Bang Vandi tertawa sambil menyantap sarapan kami.

"Tapi wajah mu seperti orang menahan pipis Ka!" ucap Bang Vandi sambil meneguk kopi nya.

"Oh iya! Kenapa bisa sampe di skors?" tanya ku lagi membuat Aska nyengir kuda sambil menggaruk belakang kepala nya bukti kalau dia sedang salah tingkah.

"Itu Vaskan ngerusak properti sekolah" ucap Vaskan sambil nyegir kuda gak jelas.

"Oalah baru properti sekolah belum mecahin kaca ruang osisi" ucapku terkekeh. Ups! Seperti nya aku salah bicara saat ini. Ku gigit bibir bawah ku salah tingkah.

"Tapi kok kakak gak di skors! Kan kakak lebih parah! Belum lagi itu ruang osis. Sedangkan Aska, ngerusak tembok kelas malah sedikit doang pula!" ucap Aska tidak terima. Sedangkan, Bang Vandi hanya menggeleng saja.

"Makanya kalo mau ngerusak tuh pake otak! Ngerusak pas jam cctv nyala sama aja nyari perkara!" ucapku sambil meneguk susu coklat panas kesukaan ku.

"Curang! Abah sama Umi, ke sekolah biar Aska dapat keringanan. Sedangkan kaven, malah bebas!" cibir Aska membuat aku dan Bang Vandi terkekeh.

"Kalo mau nakal liat situasi dek! Belajar tuh sama Ven. Biar gak dapat musibah kek gini!" ucap Bang Vandi sambil membenarkan seragam kerja nya.

"Ntar Aska aduin ke kepsek!" ucap Aska membuat Ven tertawa sinis.

"Kamu laki atau perempuan?" tanya Ven lalu berdiri dan menyampirkan tas sekolah nya sambil mengambil kunci motor yang tergeletak mengenaskan di meja makan.

***

Veneria. Siapa yang tidak mengenalku. Bukan nya mau sombong tapi, aku adalah salah satu murid paling di takuti di sekolahku. Bukan hanya itu, aku juga murid kebanggaan sekolah ini. SMK Bina Karya. Satu - satu nya sekolah kejuruan di kotaku. Aku murid dari jurusan Akuntansi. Berbeda dengan adikku Vaskan Arriansar, dia mengambil jurusan TKJ. Tidak ada yang tau jika aku kakak dari adik kelas yang di agung - agung kan kaum hawa di sekolahku. Aku tidak ingin mengakui nya karena, aku tidak suka jika ada yang mengganggu wilayah ku.

Aku memasuki ruang kelasku dengan wajah datar. Kelas ku termasuk kelas terpintar dari jurusan akuntansi. Tidak jarang banyak siswa jurusan yang sama mengejek kelasku. Dengan ke angkuhan yang tinggi aku melempar tas ku dan keluar kelas. Naik ke atas menuju gedung yang baru saja selesai di bangun dan menghadap tepat di SMA Bina Karya. Sekolah yang sama dengan ku namun, berbeda tata cara mengajarnya. So dari gelar sekolah aja udah keliatan kan? Sama - sama Bina Karya. Tepat di arah tatapan mataku, aku melihat laki - laki dengan wajah datar nya yang menatap langit cerah hari ini. Aku mendengus, seperti nya dia menyukai alam. Angin berhambur seolah - olah menunjukkan betapa besar nya kekuasaan sang pencipta. Rambut sebahu yang belum sempat ku potong menebar kan rambut ku. Ku nikmati setiap terpaan angin yang mengenai wajah ku. Sampai suara seseorang membuatku menoleh. Di sana, kapten tim basket sekolah ku berdiri di hadapan ku dengan tampang sok gantengnya. Ku tatap dia yang juga menatap ku.

"Gerry menghilang...." ucap nya membuatku langsung melotot.

"Maksudnya menghilang?" tanya ku berusaha menyembunyikan rasa kepo dan kagetku.

"Sehabis latihan dia gak pulang, Orang tua nya sudah ngelapor ke kepsek dan ke kantor kepolisian terdekat. Tapi, polisi belum bisa mencari kalau belum 2 x 24 jam!" ucap Yogi dengan tampang kusutnya.

"Kita bantu mencari setelah pulang sekolah atau mau bolos?" tanyaku sambil mengangkat kedua alis ku berusaha menghiburnya.

"Sepulang sekolah aja, aku gak punya otak cerdas kaya kamu!" ucapnya membuatku terkekeh. Dan dia, mengalungkan lengannya di leher ku melangkah menuju kelas karena bel masukan sudah berbunyi nyaring dan cempreng.

DEATH LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang