Veneria Arriansar

62 16 9
                                        

Demi ribuan anaconda di luar sana!, saat ini aku benar - benar ingin membunuh siapa pun yang berani menghancur kan ruangan yang setiap hari nya ku bersihkan dengan hati dan segenap jiwa ku. Kursi yang berada di samping lemari yang sengaja ku letakkan di sana kini berada di tengah ruangan dengan kondisi mengenaskan. Ku buka selebar - lebarnya pintu ruangan musik, membiarkan udara pengap keluar dan membuka jendela. Hembusan angin menerpa wajah ku saat ini. Ku bersih kan ruangan kesayanganku ini tak lupa umpatan - umpatan. Tak lama, Yuliani sekretaris club musik datang dan terkejut melihat ku membersihkan ruangan layaknya OG(Office Girl).

"Kenapa gak nge Line aku?" tanya nya sambil membantu ku membersihkan ruangan ini.

"Tidak perlu, jika aku bisa membersihkan nya akan ku bersihkan!" ucapku membuat nya mendengus.

"Kamu itu ketua club Ven! Kan bisa anggota club!" ucapnya dengan nada jengkel.

"Tak masalah! Aku juga anggota di sini!" ucapku sambil duduk dilantai.

"Terserah lah! Yang jadi masalah ini ruangan kenapa bisa sampai hancur begini?" tanya Yuli dengan tampang bete nya.

"Kalau pun aku tau, orang itu tak akan selamat!" ucapku dengan emosi.

"Ya aku tau, masalahnya CCTV gak akan keliatan kalo jam murid pelajaran begini!" ketus Yuli membuatku menganguk setuju.

"Ah! Aku sampai lupa, aku ke sini niatnya mau kasih tau. Kamu di panggil ke ruang kepsek!" ucapnya sambil menepuk jidatnya membuatku mendengus.

"Yaudah aku tinggal gak papa? Kalo berat taruh saja dan Line Mario atau siapa gitu, untuk bantuin kamu!" ucapku membuat Yuli mengangguk setuju. Membuat ku menghela napas dan keluar ruang musik.

***

Demi Tuhan, Kenapa aku harus bertemu kedua orang tua ku di sini!. Dengan gaya sok sopan aku duduk di sebrang kedua orang tua ku dan tersenyum sopan.

"Maaf Pak! Kata Yuli, bapak memanggil saya?" tanya ku sok sopan karena biasa nya aku tidak seperti ini.

"Tumben kamu belagak sopan seperti ini!" Ketus Pak Sam sambil menatap biodata kelas dua belas di tangannya.

"Kamu pasti kenal Gerry Surya?" tanya Pak Sam membuatku menganguk malas.

"Ah iya! Maaf ya Pak Ari dan ibu Sari" ucap Pak Sam dengan senyum sopannya.

"Tidak apa - apa Pak Samuel, lanjutkan saja dulu!" ucap Abahku dengan tatapan mata tajam padaku membuatku mendengus.

"Kemarin saya dengar, Gerry sama kamu?" tanya Pak Sam, hal seperti ini pasti akan terjadi. Bukan cuma Yogi, pasti anak basket lainnya juga!.

"Gerry sama saya dan anak anak basket inti, kita main basket sampai sekitar setengah enam sore. Tapi, saya pulang duluan" ucapku dengan senyum manis.

"Oh begitu, Kepala Yayasan meminta saya menyampaikan ini pada mu!" ucapnya dan menarik napas panjang "Sehubung anggota tim olimpiade matematika tingkat SMA juga menghilang, dan satu - satu nya yang bisa membantu saat ini hanya kamu, Kepala Yayasan ingin kamu mengikuti Olimpiade Matematika minggu depan!" ucap Pak Sam dengan ragu terlihat dari cara dia yang berbelit - belit dan pandangan meremehkan padaku. Eittss, tunggu dulu tadi apa dia bilang?. Olimpiade Matematika?. APA?.

"WHAT THE HELL!! ARE YOU KIDDING TO ME?" teriakku dengan heboh membuat semua pasang mata menatapku. Bahkan, Abahku menatap tajam padaku.

Aku berdeham dan berusaha menghilangkan salah tingkah ku. Namun nihil, emosi ku sudah berada di titik penghabisan.

"Maaf! Tapi saya SMK bukan SMA" ya itu alasan yang logis yang ku katakan agar aku tidak mengikuti hal seperti itu. Bukan nya aku tidak bisa, tapi aku benci dengan persaingan otak. Lebih baik menggunakan kekerasan dari pada duduk manis dan menunggu pengumuman. Aku bukan orang yang sabaran. apalagi ini MATEMATIKA.

"Saya juga sudah mengatakan hal itu. Tapi, Kepala Yayasan tidak menerima penolakan. Beliau akan mencabut beasiswa milikmu, jika tidak bisa membuat SMA Bina Karya menang!" bagai tersambar petir yang sangat dahsyat di siang hari bolong yang mampu merobohkan pohon beringin yang besar sekalipun. Ya, aku salah satu murid terbandel dengan gelar beasiswa sejak pertama kali masuk disini. Bukan hal yang mudah untuk mempertahankan beasiswa ku saat ini. Pihak sekolah mampu menutupi semua kenakalan ku, dengan kecerdasan dan juga beberapa perlombaan yang selalu menang.

"Baiklah Pak, kalau tidak ada lagi bisa kah saya keluar untuk menyiapkan materi olimpiade!" ucapku dengan pelan. Dapat kurasakan mata umi ku berkaca - kaca menatapku. Ya, begini lah cara ku bertahan di sekolah. Tanpa bantuan keluarga ku, aku harus menyelesaikan semua nya sendiri.

"Temui Zenderith Varghan di SMA Bina Karya, Dia seangkatan dengan mu, IPA 1 katakan saja pada nya bahwa kamu pengganti Ferana" ucap Pak Sam dengan tepukan pelan di pundakku. Tak lupa aku berpamitan pada nya dan juga tamu beliau atau yang lebih lengkapnya kedua orang tuaku. Kemungkinan Abah dan Umi datang karena ulah Vaskan yang bodoh.

***

Sepulang sekolah, aku harus meninggalkan Yogi yang mencari keberadaan Gerry saat ini. Tapi aku sudah berjanji, setelah urusan ku saat ini selesai, aku akan bergegas membantu nya. Ku tatap satu persatu penghuni sekolah ini yang menatapku sinis. Tidak heran, penampilanku memang seperti pereman. Seragam sekolah yang penuh coretan pulpen yang tidak bisa hilang dan kucel tertutup jaket kulit dan celana kotak - kotak asli SMK Bina Karya yang ku gunakan. Aku tidak memakai rok kecuali saat upacara sekolah.

Dengan malas aku menghampiri gerombolan cowok yang berjalan mendekati ku eeh maksud ku gerbang sekolah. Geer!

"Permisi!" ucapku dengan santai membuat mereka menatapku dengan kening berkerut.

"Zenderith Varghan kelas dua belas IPA 1 yang mana?" tanya ku se sopan mungkin sambil menatap mereka dan mereka menatap ku dengan pandangan tidak bersahabat.

"Mau menyatakan cinta heh?" tanya cowok yang lebih tinggi sedikit dari ku. sebenarnya lumayan tinggi.

"Tidak, aku ada urusan dengannya di luar kata CINTA" ucapku dingin membuat mereka menyipit.

"Kamu Veneria? Premannya SMK Binkar?" tanya cowok yang lebih pendek dari ku dengan mata melotot. Aku mengangukkan kepalaku malas. Mereka semua tampak terkejut tapi secepat kilat menutupi ke terkejutan mereka.

"Itu, cowok yang pake Mp3" ucapnya lalu pergi dari hadapanku. Di depan sana, cowok bertubuh tinggi dengan badan berisi berjalan dengan langkah nya yang terlihat biasa saja. Tapi, aura dan kharisma nya terasa hingga beberapa langkah lagi mendekati ku. Aku melangkah menuju dia, hingga aku tepat berada di hadapannya. Tinggi? pasti karena tubuhku termasuk kecil.

"Permisi anda menghalangi jalan saya!" ucapnya sambil menatapku dingin. Ku abaikan aura tidak bersahabat yang keluar dan dapat kurasakan itu.

"Zenderith Varghan?" tanya ku tak kalah dingin dan menantangnya. Dia menatapku dan tersenyum tipis.

"Maaf saya tidak mengenal anda" ucap nya dengan penekanan. Yang bilang aku kenal dia siapa?. Pekikku dalam hati.

"Aku hanya ingin meminta materi untuk olimpiade matematika minggu depan!" ucapku malas sambil menghadang jalannya yang ingin pergi dari hadapanku. Enak saja! Aku cape - cape nungguin malah mau kabur.

"Seperti nya kamu salah alamat! Ini SMA bukan sekolah kejuruan!" ucapnya dengan suara yang lumayan nyaring membuat beberapa murid stop dan memperhatikan kami.

"Kenalkan aku Veneria Arriansar!" ucapku penuh penekanan membuat dia menatapku dan beberapa menit kemudian dia terkejut.

"Yang akan ikut olimpiade bersama ku?" ejeknya membuat emosi yang ku tahan hampir meledak, karena waktuku sudah terbuang lebih dari sejam dan begini cara dia memperlakukan seseorang?. Ha! Yang bener aja!.

"Maaf, aku tidak punya banyak waktu saat ini. Cepat berikan saja, materi nya?" ucapku dengan menekan setiap kalimatnya.

Dia membuka tas ranselnya dan mengeluarkan map biru dengan banyak sekali kertas di dalamnya membuatku ingin muntah melihatnya.

"Ini! Kalau kamu tidak sanggup mundur saja!" ketusnya dan pergi meninggalkan tumpukan kertas berangka di tanganku.

"Dasar laki - laki jahannam! setelah ini akan ku buat kau menjerit-jerit" umpatku di dalam hati.

DEATH LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang