Vano Arriansar pov
Banyak hal di dunia ini namun kenapa harus kembali ke masa lalu. Dan banyak hal yang ingin ku lupakan namun mengapa harus terulang kembali. Tragedi 09 Maret di saat aku masih menjadi seorang siswa di sekolah SMA Bina Karya. Dan ketika dua saudaraku sudah berpindah sekolah aku masih tetap bersekolah di tempat itu. Kenapa? Karena aku memiliki sebuah janji yang hingga kini belum ku tepati. Janji yang membuatku gagal meraih cita-citaku. Janji yang membuatku harus merelakan seseorang yang benar-benar ku cintai dan janji karena belum menyelesaikan permasalahan antara aku dan sahabatku.
Ada banyak hal yang ingin ku ceritakan pada mereka semua yang berada di sini, namun aku harus kembali menelan semuanya. Bukan, maksudku ingin menutupi permasalahan 09 Maret dengan alasan hilang ingatan. Namun itu adalah satu-satunya agar orang yang cintai sampai saat ini selamat. Tapi ketika mendengar nama itu terulang kembali. Hati ini serasa hancur. Apa dia ingin mengembalikan masa lalu yang belum selesai itu?. Atau dia ingin membuat semua orang-orang yang tak berdosa menjalani apa yang dia jalani? Sungguh aku ingin mengatakan semua yang ku pikirkan saat ini namun sangat sulit. Pelukan Ven menyadarkanku bahwa aku masih mempunyai semua orang yang mampu membuatku kuat hingga saat ini. Zen menatapku dengan tampang ingin mengajakku duel. Bukannya aku tidak tahu anak itu memiliki kemampuan khusus dalam hal pikiran bukan hal tidak mungkin jika sedari tadi dia membaca pikiranku. Ya aku tidak tahu dia benar-benar memiliki indera keenam itu atau tidak. Dengan malas aku berdeham dan menatap mereka semua yang menatapku.
"Adeayu Ranisaa, gadis cantik dan satu-satunya murid populer di SMA Bina Karya. Dia memiliki seorang kekasih bernama Samuel Ezam anak SMK Bina Karya dan murid populer juga. Ezam dan aku adalah sahabat seperjuangan dari SD hingga kami memutuskan kejuruan yang berbeda" ucapku dan enggan untuk melanjutkan namun lagi-lagi aku harus melakukannya. "Ezam sangat menyukai Anisa, hanya saja Anisa terkesan cuek pada Ezam, dan karena aku dan Anisa cukup dekat, akhirnya aku membantu Ezam dekat dengan Anisa tanpa memikirkan resiko serta sebab akibatnya" ucapku melanjutkan ceritaku.
"Setelah mereka saling kenal mereka jadi semakin dekat dan membuat sebuah drama, namun sebelum tanggal 09 Maret tepat saat drama itu akan di selenggarakan. Sebuah kecelakaan terjadi, Anisa di perkosa oleh beberapa murid SMA Bina Karya, dan beberapa murid popular lainnya yang mencela Anisa. Ezam tidak terima dan membubarkan pentas drama" ucapku dan tersenyum pahit "Dan saat itu terjadi, Anisa terjatuh dari gedung kelas yang kaca jendelanya pecah. Saat itu kelasku sedang dalam pelajaran Kimia yang otomatis semua murid berada di lab, semua kecuali beberapa murid laki-laki yang menghilang dan aku tidak menyadari hilangnya Anisaa. Dan ketika aku sudah berada di depan ruang kelas bersamaan dengan Ezam yang berlari dari gedung sebelah ke gedung kami. Kami melihat sendiri betapa tertekannya Anisaa saat itu, dia... dia perkosa oleh beberapa murid cowok yang popular dari senior kami dan murid cewek populernya merekam semua itu. Ketika aku baru saja ingin memasuki kelas dan meluapkan semua emosi yang kurasakan terhadap seseorang yang sebenarnya ku cintai itu semua terlambat. Aku dan Ezam terlambat karena lamunan kita, Anisaa menabrakkan dirinya ke jendela ruang kelas dan jatuh kebawah. Membuat semua murid yang ada di sana ketakutan. Dan Ezam saat itu hanya tersenyum sinis" ucapku dalam diam.
"Dan hingga saat itu Ezam tidak pernah hadir ke sekolah. Namun, namanya tetap berada di list murid bahkan nama Anisaa. Hanya tinggal aku saat itu. Dan semua itu bagai sebuah pembalasan dendam satu-persatu murid setiap sekolah Bina Karya menghilang ketika mendekati tanggal 09 Maret. Korban pertama yang aku ingat adalah murid paling popular di eskul basket dan model pintar yang melakukan pelecahan terhadap Anisaa. Dan intinya murid yang menghilang saat itu adalah murid-murid yang melakukan hal itu pada Anisa" Ven gadis manja satu ini pasti akan menanyakan hal tak ingin ku jawab.
"Ka Anisaa masih hidup?" nah! Pertanyaan yang membuatku sangat merasa bersalah pada Ezam sampai saat ini. Namun, aku tak pernah bisa berbohong pada wanita yang duduk di pangkuanku saat ini.
"Ya Anisaa masih hidup, hanya saja dia kehilangan kakinya dan dia menjalani operasi pemotongan payudara akibat terhantam cukup keras di aspal" ucapku dengan ringisan saat Ven memelukku sangat erat.
"Abang gak ngomong ke Bang Ejam?" Tanya Ven sambil terus memelukku, anak satu ini memang tidak memikirkan keseriusan seseorang . Apa tadi dia bilang Ejam? Astaga.
"Ezam sayang bukan Ejam. Tapi sampai saat ini aku belum bertemu dengan Ezam, yang aku dengar dia sekarang bekerja sebagai seseorang yang menggunakan internet" ucapku dengan menghelus rambut pendek Ven.
"Tadi namanya siapa?" Tanya Cier yang sedari tadi menjadi pendengar dengan mata yang tak lepas dari laptop dan pc nya.
"Samuel Ezam"ucapku dengan kening berkerut namun tiba-tiba Ven berdiri dan mengambil tab milik Vandi secara paksa. Dia mulai menggerakkan tangannya kesana dan kemari menggambar sesuatu yang ku tahu pasti itu adalah Samuel Ezam versi ingatannya.
"Yang ini?" Tanya Ven sambil memberikan tab itu pada ku dan membuat semua orang berdiri di sampingku.
"Pak Kepala Sekolah?" pekik Vaskan dan Cier bersamaan yang di hadiahi anggukan oleh Ven.
"Samuel Artaezam, Kepala Sekolah kita dan memiliki seorang putri bernama..." ucapan itu terhenti dan membuat Ven diam membeku.
"Ade Ranisaa" ucap Ven dengan lirih.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH LOVE
Teen FictionDua anak manusia yang memiliki kecerdasan diatas rata - rata dan memiliki karakter berbeda. Seperti, Air dan Api yang tak bisa bersatu. Zen dengan ketenangan dan kecerdasannya. Sedangkan, Ven dengan emosinya yang tak dapat di tahan dan daya ingat ya...