Waktunya Melindungi!

3.7K 187 19
                                    

AUTHOR POV

TOK TOK TOK TOK TOK TOK !!!

Febby tergopoh-gopoh menghampiri pintu yang diketok brutal oleh seseorang. Dengan asal ia mengucir rambutnya lalu membuka pintu rumahnya dan bersiap memarahi tamu tidak sopannya itu.

“Bisa gak ngetoknya─” ucapan Febby terputus begitu tubuhnya langsung direngkuh erat oleh tamu tersebut, Rion. Febby meneguk salivanya dengan susah payah ketika ia rasakan tubuh Rion bergetar dengan keadaan yang cukup kacau.

Febby berusaha melepaskan diri dari pelukan tersebut, namun Rion semakin mempereratnya bahkan menenggelamkan kepalanya di lekukan leher Febby.

Mendesah berat, Febby mengelus punggung lebar Rion dengan lembut. “Lo kenapa sih? Semenjak ketemu cewek itu, lo jadi aneh banget. Dan sekarang lo kesini dan bertingkah makin aneh tau.” kedua tangan Febby berpindah mencengkram kedua bahu Rion lalu memaksa lelaki itu menatapnya. “Jangan bikin gue marah dengan kelakuan lo lagi. Kita baru aja baikan, walaupun Juni belum sepenuhnya maafin lo.”

Rion memijit keningnya saat ia rasakan kepalanya seperti mau meledak. Terlalu banyak yang terjadi dalam satu hari dan itu cukup melelahkan untuknya.

“Mulai sekarang kalau lo ketemu cewek itu, lo harus pergi sejauh mungkin. Jangan sampai ketemu dengan cewek itu atau orang-orang mencurigakan lainnya. Asal lo tahu, cewek itu psikopat! Sakit jiwa!” ucap Rion terdengar sangat lelah. Rion tersenyum lemah lalu sebelah tangannya bergerak menyisipkan anak rambut Febby yang jatuh disisi wajah cantik perempuan tersebut. “Maaf sudah melibatkan lo di masalah-masalah gue.”

“Kalau sakit jiwa, kenapa cewek itu bisa bebas kesana kemari?” tanya Febby dengan sebelah alis terangkat. “Apa masalah lo sama cewek itu? Kenapa keliatannya kalian berdua gak baik-baik saja dengan keadaan kalian? Dan jangan larang gue! Gue sudah ikut campur dan gue gak suka setengah-setengah!”

“Gue bakal cerita kalau waktunya sudah tepat. Untuk sekarang, lo dengerin apa kata gue aja, ya? Gue mohon banget.” Rion menatap Febby dengan sangat putus asa.

Febby menatap Rion dengan sorot mencari tahu apa yang disembunyikan Rion. Namun, Febby merasa seperti terjebak dalam kabut tebal, ia tidak bisa menerka apa yang sebenarnya disembunyikan Rion darinya. Serumit apa masalah Rion dengan perempuan itu, Febby sama sekali tidak bisa menebaknya.

"Gue bukan maksud sok tau, tapi lebih baik lo cepet-cepet deh selesaikan masalah lo sama cewek itu. Sebelum lo dan cewek itu menyesal kedepannya.” Febby memberikan nasehat yang semakin membuat kepala Rion mau pecah.

“Kayaknya gue butuh cerita sedikit sama lo deh,” ucap Rion lirih.

“Yaudah, masuk aja dulu. Mau cerita banyak juga gak papa kok.” Febby mempersilahkan Rion masuk kedalam rumahnya dengan senyum simpul.

***

Rey tersentak ketika ia dapati Nata tengah duduk manis di sofa ruang tamunya dengan beberapa Maid menemaninya. Menyadari kedatangan Sang Tuan Muda, para Maid tersebut pun berangsur pergi meninggalkan tempat.

“Ta, lo ngapain disini? Bukannya lo ngambek sama gue, ya?” Rey meringis lalu dengan awkward duduk disebelah Nata yang kepalanya semakin merunduk.

Tak ada jawaban dari Nata, namun Rey tidak menuntut perempuan itu untuk segera mengeluarkan suara. Dengan sabar Rey menunggu sembari memperhatikan sahabat perempuan yang diam-diam ia sayangi itu. Semakin lama Rey memperhatikan Nata, semakin sadar juga ia dengan ketakutan yang menghampirinya.

Rey mendekatkan posisi duduknya dengan Nata, mengelus pelan kepala bersurai hitam pekat sahabatnya itu. “Gue gak peduli lagi apa yang sebenarnya lo mau, Ta. Terpenting sekarang adalah gue senang akhirnya lo mau ketemu sama gue lagi. Itu doang.”

PainFinderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang