AUTHOR POV
“Sudah lebih dari 2 minggu Rion dan Nata semakin dekat. Lalu, disini seorang gadis yang tersakiti melampiaskan kekesalannya.” Ken tertawa kecil saat Aiko menghentikan aktfitas memetik gitar dengan asal-asalannya.
“Apa yang Ken lakukan disini?” tanya Aiko dengan ekspresi terganggu yang semakin membuat Ken ingin terus mengusiknya.
“Kalau lo cuma diam disini saja, Rion sama Nata bisa-bisa jadian beneran loh~” goda Ken sembari berjalan mendekat kearah gadis yang kini semakin ganas memetik gitarnya.
“Toh itu bukan urusan Aiko, ‘kan?! Kalau mereka jadian, yasudah jadian saja!” Aiko kembali memetik gitarnya dengan kuat dan hal itu membuat beberapa kukunya─yang sudah ia rawat dan beri kuteks dengan indahnya─patah.
Ken merebut gitar itu lalu menjauhkannya dari Aiko. Aiko sendiri hanya diam tanpa mengelak sembari menatap hampir semua kukunya yang patah akibat ulahnya sendiri.
“Self-harming is the worst, Aiko.” Ken berlutut untuk menyamakan diri dengan Aiko yang duduk dengan kepala tertunduk. Ken menangkup wajah Aiko agar gadis itu mendongak dan menatapnya. “Lo masih punya hak untuk memperjuangkan sesuatu yang lo suka. Tidak ada yang melarang selama Rion dan Nata belum menjadi pasangan yang sah dimata hukum dan agama.”
“Rion terlihat nyaman dengan Nata. Mereka berdua selalu menghabiskan waktu bersama, dan Aiko juga mulai sulit untuk …. Bahkan untuk berselisihan saja itu tidak mudah sekarang!” Aiko menggenggam kedua tangan Ken yang menangkup wajahnya dengan air mata yang satu persatu membasahi wajanya. “Aiko tidak mau kehilangan Rion, Ken! Ditinggalkan Goldie saja rasanya sangat berat buat Aiko.”
Ken menggerakkan tangannya perlahan untuk menghapus air mata dari wajah Aiko. Senyum tipis terukir dibibir Ken saat Aiko tiba-tiba saja menjatuhkan diri kedalam pelukannya. Ken mengusap punggung mungil gadis didalam pelukannya tersebut dengan lembut.
“Jatuh cinta dengan sahabat memang hal paling merepotkan. Kita berdua sangat tahu hal itu, ‘kan? Tapi, untuk mengelak juga rasanya mustahil. Karna perasaan tidak pernah memberikan aba-aba ketika jatuh.” Ken tertawa dengan suara yang parau. “Ah, orang yang jatuh cinta dan sakit hati itu sama saja, ya? Jadi punya bakat mendadak untuk merangkai kalimat menggelikan seperti tadi.”
Aiko melepaskan diri dari pelukan Ken dengan tawa kecil yang keluar dari bibirnya. “Tapi, itu tadi cukup bagus, Ken!” Aiko menghapus bekas air mata di wajahnya dengan kasar. “Terlebih, Ken sudah berhasil membuat Aiko sedikit baikan. Arigatou!”
“Ini di Indonesia, Aiko. Jangan memakai bahasa dari kampung halaman lo, oke?” Ken bangkit dari posisinya saat itu sebelum mengulurkan tangannya kepada Aiko. Dan uluran itu diterima Aiko tanpa ragu.
“Oh iya, ngomong-ngomong soal kampung halaman, Aiko baru ingat kalau Onee-chan nyuruh Aiko pulang cepat hari ini!” Aiko meraih tasnya yang terletak tak jauh dari tempatnya itu dengan cepat.
“Tumben banget Kak Sakura nyuruh lo pulang cepet.”
“Tidak tahu. Belakangan ini Onee-chan uring-uringan, gak bisa ditinggal sebentar saja, dan kadang terlihat melamun lalu menangis tidak jelas. Kelakuannya itu gak jarang membuat Aiko takut,” jelas Aiko dengan kening berkerut tipis.
“Jadi, kamu punya Kakak, Aiko?” ucap seseorang yang lantas membuat Aiko dan Ken berbalik. Tak jauh dari mereka, terlihat Gilang dengan wajah kagetnya. Gilang berjalan mendekat kearah Aiko dengan wajah penasaran bercampur takut. “Apa benar kalau nama Kakakmu itu Sakura? Fujita Sakura?!!!”
“Kak Gilang kenal dengan Onee-chan? Bagaimana bisa?!” Aiko balik bertanya dengan ekspresi yang terlihat lebih penasaran daripada Gilang.

KAMU SEDANG MEMBACA
PainFinder
Novela Juvenil[15+] PAIN SERIES #3 Karna, sekali kamu menemukan sisi tergelap dari perasaanmu, percayalah, kamu tidak akan pernah mau merasakan perasaan itu lagi. . . . "Akhirnya, aku menemukanmu!" . . . ...Jadi, kamu tidak percaya kalau aku mencintaimu?