AUTHOR POV
Rion menatap geram kearah Lily yang tak mau kalah memberikan tatapan membunuh kepadanya. Beberapa orang terlihat menghalangi mereka berdua, takut jikalau keduanya menghancurkan acara terakhir resepsi pernikahan si Sulung, Goldie.
“Kenapa hal kayak gini diributkan juga sih?! Kekanakkan sekali!” seru Lily membuat urat kekesalan Rion semakin berkedut.
“Lo mending mirror dulu sana, udah segede ini masih aja kek bocah!” seru Rion sama sekali tidak menujukkan tanda-tanda orang pernah berkaca.
“Kak Rion sana yang ngaca! Benar-benar deh …” Lily menghela nafas tak habis pikir.
“Pokoknya yang dapat bunga itu pasti gue!” Rion semakin keras kepala.
“Kita lihat saja nanti. Lily yakin kalo Kak Rion paling terakhir menikah!” seru Lily tak mau kalah.
“Pamali ngelangkahin kakak woy!” Rion mulai ketakutan, sepertinya dia bena-benar membayangkan menjadi yang menikah paling akhir.
“Gak bakalan kalo urusannya sama Kak Rion!” Lily semakin tidak mau kalah terus menjawabi argumen Rion.
“Gimana kalo kita berantem sekarang disini? Mumpung lagi sepi.” Rion yang mulai kalah mencoba berontak dan saat itu pula semakin banyak orang-orang yang menghalau mereka.
“Siapa takut? Lily ancurin tuh muka songong alay!”
Dan keributan semakin menjadi-jadi ketika Lily dan Rion terlepas dari halauan orang-orang. Akan tetapi, syukurlah adik dari Oliver, Erick, dengan segenap kekesalannya mencubit keras pipi dua bersaudara itu hingga mereka meringis meminta ampun. Goldie yang melihat kejadian tersebut menghela nafas lelah hingga dua saudaranya itu di seret Erick ke atas pelaminan. Tentu saja, sebelum sesi melempar bunga, mereka akan foto keluarga terlebih dahulu.
Semua berjalan lancar, bahkan Rion pun merasakan kebahagian berkali lipat karena dapat melihat sang Kakak kembali sedia kala. Tak ada lagi kesedihan dan kehancuran di balik mata sang Kakak seperti beberapa tahun yang lalu, dan tepat hari ini, Rion dan yang lainnya melihat kebahagiaan terpancar begitu jelas dibalik mata anak pertama dari keluarga Chakradinata tersebut.
Lalu, ini adalah sesi yang paling ditunggu semua para bujangan di lokasi. Bahkan sampai membuat Rion dan Lily berkelahi memperebutkannya jauh sebelum sesi ini dimulai.
“Apa kalian siap?” teriak Goldie dengan membelakangi orang-orang sambil mengambil ancang-ancang. “3 … 2 ... 1 ... Aku lempar sekarang!” dengan sekuat tenaga Goldie melempar bunga yang ada di tangannya sebelum berbalik untuk melihat siapa yang dapat.
“KEN?!” koor Rion dan Lily bersamaan. “Apa-apaan ini semua? Gak adil banget!” lanjut Lily mendengus sebal.
Ken baru saja tiba bersama dengan Aiko. Keduanya nampak serasi dengan Ken yang mengenakan kemeja abu-abu dan Aiko yang juga mengenakan dress berwarna serupa. Ken berbisik sejenak sebelum Aiko mengangguk dan berjalan meninggalkan Ken yang menaiki pelaminan.
“Hehehe, siap-siap dapat undangan dari Aiko dan Ken, ya!” seru Aiko kepada Rion dan Lily yang menatap dirinya garang.
“Ini semua tidak adil!” Lily melipat tangan di depan perutnya sembari membuang wajah.
“Iya, Lily bener tuh! Kalian baru datang kenapa bisa dapat gitu coba?” dukung Rion membuat Aiko tertawa. “Tidak ada yang perlu ditertawakan, Aiko.”
“Rion sama Lily tuh sampai sekarang aneh sekali, ya. Kadang berantem sudah kayak anak kucing sama anak anjing, dan kadang bisa jadi kompak banget kayak gini. Dasar tidak konsisten!” Aiko semakin tertawa saat Lily mendelik kesal kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PainFinder
Fiksi Remaja[15+] PAIN SERIES #3 Karna, sekali kamu menemukan sisi tergelap dari perasaanmu, percayalah, kamu tidak akan pernah mau merasakan perasaan itu lagi. . . . "Akhirnya, aku menemukanmu!" . . . ...Jadi, kamu tidak percaya kalau aku mencintaimu?