AIKO POV
Aku terus berlari diiringi perasaan sakit saat melihat Rion yang terlihat sangat dekat dengan Nata. Iya, sampai di ajak dinner berduaan gitu! Aku seumur hidup tidak pernah diajak malam minggu berduaan dengan Rion!
BRUK!
Argh! Ada saja yang menabrakku disaat seperti ini. Tidak ada niat untuk berdiri, aku hanya diam sambil mengelus bahu kananku yang terasa nyeri akibat tubrukan barusan. Hari sial macam apa sih ini? Aku jadi ingin nangis sekencang-kencangnya.
“Aiko, maaf, Kak Gilang gak sengaja.” Aku hanya diam, tidak menanggapi sekalipun kurasakan sebuah tangan mengelus lembut pundakku. Tangan yang kuyakini milik Kak Gilang. “Aiko, kamu gak apa-apa, kan? Apa kamu terluka?”
Aku masih tidak bergeming. Dapat kulihat isi dari paper bag yang kubawa jatuh terbalik di tanah. Kak Gilang berbalik dan mengikuti arah perhatianku. Aku hanya menatap datar saat Kak Gilang gelagapan mengambil paper bag tersebut lalu dengan wajah bersalah memberikannya padaku.
“Aiko, Kak Gilang benar-benar minta maaf.” wajah Kak Gilang semakin terlihat bersalah. “K-kuenya jadi agak hancur sekarang.”
Aku menghembuskan nafas dengan berat lalu menyerahkan paper bag tersebut kepada Kak Gilang dengan paksa. Perasaan hatiku buruk sekali hari ini. “Buat Kak Gilang saja. Aiko sudah tidak butuh lagi.” Aku pun bangkit sembari membersihkan pakaianku yang kotor. "Terserah mau diapakan. Aiko tidak peduli."
“L-loh?” Kak Gilang ikut bangkit lalu dengan cepat menahan pergelangan tanganku. Astaga, apa lagi sih?! Tidak bisakah aku menggalau sendirian? “Aiko, kamu marah dengan Kak Gilang, ya?”
“Kak Gilang, suasana hati Aiko sedang tidak enak. Tolong biarkan Aiko pergi.” Aku berusaha melepaskan cengkraman Kak Gilang. Namun, bukannya lepas, malahan menjadi lebih kuat dan membuat tubuhku berbalik menghadapnya.
“Ini ada kaitannya dengan Rion dan Nata, ya? Tadi Kak Gilang lihat mereka bergandengan tangan.” Kak Gilang menatapku dengan serius, membuatku ingin sekali menangis sekarang juga. “Apa yang kamu harapkan dari cowok seperti itu, Aiko?”
Dan pertanyaan itu berhasil membuat air mata yang kutahan sedari tadi akhirnya mengalir juga. Ugh, ini memalukan sekali!
Aku tidak mengeluarkan kata, dan Kak Gilang pun juga begitu. Kak Gilang hanya mengusap kepalaku lembut lalu menarik tubuhku kedalam pelukannya. Isakanku malah semakin kencang ketika Kak Gilang membisikkan kalimat-kalimat penghibur untukku. Ah, kenapa aku terlihat menyedihkan sekali didepan kak Gilang? Ini gak banget!
Membutuhkan waktu lima menit atau mungkin lebih untukku benar-benar menghentikan isak tangis. Aku tersenyum tipis sembari melepaskan diri dari pelukan Kak Gilang. “Makasih dan maaf, ya, Kak Gilang.”
“It’s okay, Aiko.” Kak Gilang mengusap kepalaku sekali lagi. “Kak Gilang antarkan pulang, ya? Harus mau. Kak Gilang gak nerima penolakan, oke?”
Aku mengangguk menjawab pertanyaan itu. Dalam diam, aku dan Kak Gilang berjalan kearah parkiran.
***
NATA POV
“BANG DANIEELLLLLL!!!” Aku berseru semangat sembari membuka pintu kamar Bang Daniel yang memang jarang sekali dikunci. Senyumku semakin berkembang saat kudapati Bang Daniel sedang sibuk berkutat dengan laptopnya diatas kasur. “ABAAAANGGGGG!!!”
“Woah!” seru Bang Daniel saat aku melompat ke atas kasurnya dan memeluk tubuhnya dari samping. Aku sangat senang hari ini! “Kenapa sih, Ta? Habis menang togel, ya?” tanya Bang Daniel sambil merangkulku dan mengacak rambutku. Ah, kapan aku terakhir manja begini sama Bang Daniel? Kebahagiaanku semakin berlipat saja!
KAMU SEDANG MEMBACA
PainFinder
Teen Fiction[15+] PAIN SERIES #3 Karna, sekali kamu menemukan sisi tergelap dari perasaanmu, percayalah, kamu tidak akan pernah mau merasakan perasaan itu lagi. . . . "Akhirnya, aku menemukanmu!" . . . ...Jadi, kamu tidak percaya kalau aku mencintaimu?