Waktunya Menemukan Fakta!

3.8K 206 3
                                    

AUTHOR POV

Entah kenapa, suasana ruang makan dikediaman Chakradinata terasa mencekam dibanding sebelumnya. Oliver dan Miranda saling lirik sebelum menatap dua orang remaja yang terlihat sibuk dengan pikirannya masing-masing. Menjadi lebih pendiam, padahal keduanya jika bertemu bagaikan Tom & Jerry.

Oliver berdehem cukup keras, mencoba untuk mendapatkan perhatian kedua anak remajanya. “Ada apa dengan kalian? Tidak biasanya jadi pendiam begini.”

Lily semakin menundukkan kepalanya, dan Rion bergumam tidak jelas. Tidak ada yang menjawab pertanyaan Oliver. Oliver menoleh kearah Miranda dengan tatapan minta tolong, dan wanita itu mengangguk pelan.

“Rion, Lily, jika ada masalah, sebaiknya dibicarakan baik-baik. Kita akan mendengarkannya dan semampunya menolong kalian. Tidak baik dipendam sendirian loh!” Miranda tersenyum lembut saat kedua remaja itu mengangguk pelan. “Kalian jangan terlalu menanggung beban berat sendirian di usia semuda ini.”

“Lily sudah selesai,” ucap Lily sembari bangkit dari kursinya. “Hari ini Lily akan pulang telat lagi.” Lily beranjak pergi dari kursinya dan meninggalkan ruang makan dengan tergesa-gesa.

“Kak Mira, bisa kita bicara sebentar?” tanya Rion masih tidak mau menatap kedua orang tuanya tersebut.

Oliver menghela nafas pelan lalu bangkit dari kursinya. “Aku berangkat sekarang.” Oliver mencium kening Miranda lalu mengusap ringan kepala wanitanya itu sebelum pergi meninggalkan ruang makan juga.

“Ayo, kita bicarakan di halaman belakang saja,” ajak Miranda yang dibalas anggukan dari Rion.

***

RION POV

Kening Kak Mira berkerut samar setelah aku selesai bercerita tentang masalahku mengenai insiden rumah sakit, kemarahan Febby, dan juga kekecewaan Juni. Aku tersentak saat Kak Mira tiba-tiba menjitak kepalaku.

“Tentu saja mereka marah, Rion! Omonganmu jahat sekali!” seru Kak Mira. “Gak heran sih kalau mereka berdua bisa semarah itu.”

“Namanya juga orang lagi marah, Kak,” jawabku tak terima. “Kalau bisa, aku juga gak mau bicara kayak gitu.”

“Perbaiki sifatmu yang satu itu, Rion.” Kak Mira menatapku dengan serius. “Kita tidak tahu apa yang kita ucapkan itu bisa diterima orang lain atau enggak. Terlebih untuk kasus Febby dan Juni, bisa saja ucapanmu itu membuat mereka teringat hal buruk atau apapun itu yang tidak kamu ketahui.”

Aku tertegun mendengar ucapan Kak Mira yang terasa mengganjal. Tentu saja ucapanku itu sensitif dan tabu untuk mereka yang penuh rahasia. Rahasia yang membuatku ingin menemukannya dan mengetahuinya. Mereka berdua terlalu misterius untukku.

“Bagaimana caranya? Aku bahkan tidak bisa menghubungi Febby. Dan sepertinya Juni juga masih tidak mau menemuiku,” jawabku putus asa.

“Sepertinya Kak Mira bisa menolong sedikit.” Kak Mira tersenyum penuh arti. “Sini, biar Kakak kasih tahu.”

***

AIKO POV

“Onee-chan mau kemana?” tanyaku kepada Kak Sakura yang mengemasi pakaiannya kedalam koper dengan ekspresi tak terbaca. “Pulang ke Jepang? Kenapa mendadak sekali?”

“Bisakah kamu diam, Ai?!” bentak Kak Sakura membuatku terdiam. Semarah-marahnya Kak Sakura, ia tidak pernah sampai membentak. Pasti ada masalah cukup serius hingga membuatnya seperti ini. “Ini sudah cukup sulit. Maka dari itu, jangan membuatku lebih pusing lagi!”

“Sebenarnya ada apa? Aiko gak akan tahu apa-apa kalau Onee-chan tidak bicara dengan jelas.” Aku menaruh mug berisi coklat panasku diatas meja sebelum berjalan mendekati Kak Sakura.

PainFinderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang