Epilog

6.7K 259 18
                                    

AUTHOR POV

Febby berlari menyusuri taman yang dipenuhi daun kering yang berguguran dengan segelas kopi ditangannya. Ya, sudah memasuki musim gugur dan itu artinya ia harus bersiap dengan musim dingin kembali. Musim dimana berat badannya akan naik kembali.

"Ah, maaf saya terlambat, Dok." Febby tersenyum tidak enak kepada seorang pria dihadapannya. "Ini sebagai permintaan maaf. Sekali lagi, maaf kalau sudah agak dingin." Dengan ragu Febby memberikan gelas ditangannya kepada pria tersebut.

"Sudah saya bilang berapa kali untuk tidak bersikap formal jika diluar rumah sakit? Panggil saja nama saya tanpa embel-embel 'Dok' segala." pria itu menerima gelas kopi tersebut. "Thanks anyway."

"Baiklah, Dok─ah, tidak, maksud saya ... Juna." Febby merasakan wajahnya memanas saat pria itu, Dokter Juna, memberikannya senyum hangat. "Jadi, ada apa Juna memanggil saya kesini?"

"Kencan," jawab Juna membuat Febby terbelalak. Ditambah Juna yang memberikan sebuket mawar putih yang ternyata sedari tadi ia sembunyikan dibalik badannya. "Kenapa kamu kaget begitu? Kamu tidak suka berkencan dengan saya? Atau tidak suka mawar putih?"

"B-b-bu-bukan gitu ... s-s ..." Febby mengatupkan bibirnya saat melihat Juna tertawa.

"Saya bercanda. Kamu tidak perlu segugup itu." Juna membuka tutup gelas ditangannya lalu meminum kopi yang sudah agak dingin itu. setelah itu Juna kembali melanjutkan ucapannya. "Saya mulai lelah berbicara menggunakan bahasa inggris. Sekali-kali saya mau berjalan-jalan dan bercerita banyak dengan orang dari Indonesia."

"Hah? Itu alasan yang aneh," komen Febby.

"Memang. Karena alasan jelasnya adalah mengajakmu berkencan, Febby." Juna berbalik badan lalu tertawa kecil. "Tapi sepertinya kamu tidak percaya dengan alasan tersebut. Jadi, tak apalah kamu anggap alasan kedua adalah alasan nyatanya."

Febby merasakan wajahnya semakin panas dan kakinya terasa lemas untuk mengejar langkah lebar Juna. Hingga akhirnya Juna menyadari jika Febby masih tidak bergerak dari tempatnya.

"Febby, sampai kapan kamu disana? Ayo, sini!" tegur Juna membuat Febby tersentak dan dengan kikuk berlari kecil mengejarnya.

"A-anu .... makasih atas bunganya ya, Jun. Aku ... aku sangat suka mawar putih." Febby tersenyum malu-malu dan Juna mengangguk kaku membalasnya. Sekilas terlihat rona samar-samar diwajah Juna.

Mereka berdua pun berjalan beriringan di bawah langit yang sedikit mendung dan antara daun-daun kering yang berguguran.

***

"SELAMAT ULANG TAHUN, AMY!!!" koor semuanya tepat setelah Amy dan Rion masuk ke kediaman Chakradinata. Saat ini ruang tamu rumah keluarga Rion dipenuhi dengan dekorasi disana-sini untuk memberikan kejutan kepada Amy yang telah menginjak usia 23, hanya berbeda sedikit dari umur Rion.

Amy menutup mulutnya dengan kedua tangan dan matanya berkaca-kaca melihat seluruh sahabat dan keluarganya berada disana. Dengan semangat Amy berlari menghampiri dan memeluk mereka. Meninggalkan Rion yang tertawa kecil melihat kebahagiaan kekasihnya tersebut.

"Pssstt! Kapan nih?" bisik Ken yang tiba-tiba saja menyenggol Rion. "Mulai sekarang bisa kali."

"Gue gugup, nyet!" bisik Rion balik membuat Ken menyikut perutnya.

"Parah lo! Dasar cemen, idup lagi!" Ken pun meninggalkan Rion dan ikut bergabung dengan yang lainnya yang mulai masuk ke sesi potong kue.

Rion menelan kembali salivanya dengan susah payah. Dengan kaki gemetaran, Rion bergabung dengan yang lainnya. Bisa Rion rasakan tatapan penuh arti dari orang-orang diruangan tersebut, tentu saja kecuali Amy yang tengah sibuk memotong kuenya.

PainFinderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang