Waktunya Juni!

5.2K 251 9
                                    

RION POV

Sekarang aku berjalan mengikuti langkah Febby yang berada didepanku. Aku tidak tahu kemana, yang pasti di sebuah jalan kecil yang cukup sepi. Apa Febby tiap hari lewat sini sendirian? Bisa saja, kan, dia kenapa-kenapa. Terlebih, Febby seorang perempuan.

"Febby, lo udah biasa lewat sini?" tanyaku kini berjalan tepat disamping Febby saat kulihat kumpulan laki-laki berkumpul. "Nih jalanan bahaya banget buat cewek jalan sendirian loh."

"Gue udah biasa," jawab Febby ringan. "Lagian, kalo ada yang macem-macem, bakal gue jadiin tempe bacem!"

Seketika aku ketawa ngakak, "Lah? Lo kocak juga ternya─AW!" aku jatuh berlutut karna tulang keringku baru saja ditendang oleh Febby. Sial, tenaganya kuat sekali untuk ukuran seorang perempuan!

"Jangan remehkan gue," ucap Febby dengan datar. "Gue ini perempuan tangguh. Kalau hanya cowok-cowok brengsek mata keranjang saja sih, dengan kedipkan mata sekali juga udah selesai semua." Febby berbalik dan berjalan kembali bagai tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

Aku menatap punggung mungil yang dihiasi dengan gitar itu sejenak, lalu bangkit kembali walaupun agak susah. Gak bercanda, tendangannya sakit sekali.

***

AUTHOR POV

"Kebiasaan banget si Rion suka hilang tiba-tiba!" seru Ken sambil menaruh dengan kasar ponselnya ke atas meja. "Cih. Sekarang gue yang harus bayar semua ini. Keterlaluan banget jadi temen tuh orang."

"Marah mulu, Ken. Emangnya gak haus?" Ken mendongak dan kedua bola matanya bergerak bosan saat seseorang yang berucap tadi adalah Rey. "Homoan lo kemana?"

"Berhenti bilang kalo Rion adalah homoan gue." Ken menatap lelaki didepannya dengan wajah datar. "Atau gue doakan lo yang jadi homo."

"Mana mungkin, gue udah suka sama cewek. Jelas banget." Rey menampilkan senyum manisnya, membuat Ken semakin muak dan gatal untuk menghajarnya. "Emangnya elo yang kena friendzone sama Goldie?" senyum manis Rey berubah menjadi tawa mengejek.

Ken tidak menjawab, melainkan bangkit dari tempat duduknya dengan mata yang mengedarkan keseluruh penjuru kafe. Rey menghentikan tawanya lalu dengan wajah bingung memperhatikan Ken yang sedang berbincang dengan seorang waitress. Setelah itu, waitress tersebut mengangguk dan pergi meninggalkan Ken yang menunggu.

Tak lama kemudian, waitress tersebut kembali sembari membawa sebuah cermin besar. Rey dibuat semakin bingung begitu Ken menerima cermin tersebut sebelum berjalan ke mejanya kembali. Tak hanya Rey, beberapa pasang mata juga terlihat bingung.

Rey mengernyitkan dahi ketika Ken mengarahkan cermin tersebut didepan wajahnya, membuat bayangannya terpantul jelas di cermin tersebut. "Apa maksudnya ini? Lo mau main-main sama gue?" tanya Rey kepada Ken yang tersenyum manis sambil menarik nafas dalam-dalam.

"NIH CERMIN GEDE! BIAR LO PUAS NGACANYA!" teriak Ken menggelegar. Seketika suasana kafe menjadi hening dan pusat perhatian pun terpusat kepada mereka berdua. "NGATAIN GUE FRIENDZONE SAMA GOLDIE? LAH, LO SAMA NATA APA KABAR, BRENGSEK?!" Ken menggerak-gerakkan cermin tersebut dengan geregetan. "KALO MAU NGATAIN ORANG, LAIN KALI JANGAN LUPA NGACA DULU!"

Rahang Rey mengeras dan wajahnya pun memerah saat gelak tawa pengunjung kafe terdengar. Dipermalukan seperti itu membuatnya sangat marah dan itu mengangibatkan kepalan tangannya melayang kearah cermin didepannya.

PRANGGG!

Suasana kafe hening kembali saat cermin tersebut pecah berkeping-keping. Meninggalkan pecahan dan tetesan darah dari tangan Rey yang masih terkepal. Kini dua lelaki itu saling bertatapan dengan tajam.

PainFinderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang