Part 1

13.9K 371 2
                                    

Senja itu tampak seorang gadis sedang berjalan perlahan menyusuri indahnya sebuah taman kota. Taman kota itu dilengkapi dengan bunga-bunga yang sedang bermekaran ria menggambarkan betapa indahnya karya ciptaan Tuhan. Gadis itu bernama Feylin, tampak cantik dengan dress kuning diatas lutut yang menempel cantik dibadan mungilnya. Kakinya menyusuri jalan taman dengan langkah santai. Hari ini Feylin berencana pergi membeli inhaler untuk kakeknya. Kakeknya sering mengalami sesak nafas sehingga harus ada persediaan inhaler dirumah. Feylin sudah menjadwalkan setiap sebulan sekali ia harus membeli inhaler untuk sang kakek, Feylin sangat sayang kepada kakek, mengingat kakeknya adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki sekarang.

Feylin pergi sendirian menyusuri mall menuju sebuah apotek langganannya. Dia adalah tipe orang yang pendiam dan susah mengekspresikan dirinya, karena itu ia terkesan membosankan, jadi wajar saja dia tidak memiliki teman untuk diajak berpergian.

"Selamat pagi nona, ada yang bisa saya bantu?", sapa apoteker dengan ramah.

"Saya mau membeli inhaler", jawab Feylin datar dengan senyum kaku.

~


Setelah membeli inhaler, Feylin kembali berjalan melewati taman kota, ia duduk disebuah bangku untuk beristirahat sebentar dan melihat indahnya bunga-bunga yang seolah-olah menari mendengar melodi dari angin sore itu.

Ia menutup mata dan merasakan angin yang bertiup sepoi-sepoi, Feylin sangat suka keadaan damai dan tenang. Tiba-tiba ada suara ngosh-ngoshan terdengar makin mendekat dan ...

"Brukk!" Tiba-tiba seorang lelaki ambruk dipangkuan Feylin. Feylin sontak kaget dan tidak bisa bergerak saking kagetnya.

Lelaki itu memegang dadanya kesakitan, wajahnya pucat pasi, nafasnya berat sekali, tampak seperti sedang sesak nafas.

"Ahh! Sesak nafas!" Gumam Feylin setelah mengingat bahwa ia sedang membawa inhaler yang baru ia beli tadi. Feylin mengambil inhaler itu dan mengocoknya lalu mengisyaratkan lelaki itu untuk membuka mulutnya.

"Buka mulut," perintah Feylin.

"Mau apa kau? Untuk apa membuka mulut?" Tanya lelaki itu seolah-olah Feylin adalah seorang mesum.

Feylin memutar matanya kesal, "Aku akan menyemprotkan inhaler ini ke mulutmu, setelah itu tarik nafas dalam-dalam."

Lelaki itu menarik nafas siap menganga untuk membantah Feylin lagi tetapi ia kalah cepat, Feylin langsung menyemprotkan inhaler itu kedalam mulut lelaki itu.

"Tarik nafas dalam-dalam!" Perintah Feylin.
Mau tak mau lelaki itu mengikuti perintahnya dan tak lama kemudian ia merasakan kelegaan didadanya.

Lalu ia melihat Feylin dihadapannya, matanya berbinar seperti sedang melihat sebuah karya Tuhan yang sangat indah. Bentuk muka Feylin yang bulat mungil dan bibirnya yang tipis membuat Rio gemas. Matanya bulat dan berwarna coklat hazel menggambarkan kedamaian didalamnya. Belum lagi ditambah bulu mata coklat lentik dan alis mata yang membingkai matanya menyalurkan kesan teduh dimatanya.

"Aku Rio, namamu?" Tanya Rio yang masih terkagum-kagum dengan paras cantik yang dipoles sekadarnya saja dari gadis dihadapannya itu.

Feylin hanya diam dan meraih tangan kanan Rio, membuka telapak tangannya dan memberikan inhaler tadi kepadanya.

"Setiap pakai inhaler kumur-kumur setelah lima menit, karena mulut bisa berjamur." Kata Feylin dengan nada dan muka yang datar.

Lalu Feylin langsung berjalan pulang meninggalkan Rio sendirian ditaman itu.

Rio melihat inhaler ditangannya dan menemukan kantong apotek yang terduduk manis dibangku tempat Feylin duduk tadi, ia melihat secarik kertas didalam kantong itu, sebuah nota pembelian inhaler yang mencantumkan nama pembelinya.

"Fe..e..eylin, jadi namamu Feylin." Ia tersenyum puas dan bergegas sambil membawa kantong itu serta inhaler-nya.

~

"Darimana evey?" Tanya Jimmy, kakek Feylin.

"Tadi jalan-jalan sebentar kek." Jawab Feylin tersenyum tulus kepada Jimmy yang sedang duduk manis dikursi rodanya. Jimmy tidak cacat, dia hanya lelah jika harus menggunakan kakinya terus-menerus. Tiap hari dia harus bekerja memimpin sebuah perusahaan fashion yang didirikannya dulu bersama dengan Tony, papa Feylin.

Feylin mendekat dan mendorong kursi roda Jimmy ke arah jendela yang terletak dilantai dua rumah, untuk menikmati pemandangan disekitarnya. Feylin dan Jimmy tinggal disebuah perumahan elit yang berdampingan dengan sebuah lapangan golf. Mereka sangat suka menikmati keindahan alam yang ada dihadapan mereka sekarang, walaupun hanya rumput hijau yang dihiasi beberapa pohon, dan beratap langit.

"Besok evey bawa kakek jalan-jalan ditaman kota ya, bunganya sedang mekar, cantik-cantik, Kek." Tawar Feylin kepada Jimmy.

Jimmy hanya mengangguk dan tersenyum. Ia merenungkan bagaimana cerianya Feylin dulu, sebelum bencana besar itu datang. Bencana yang sangat tragis yang mampu mengubah Feylin menjadi sosok yang pendiam dan kaku. Walaupun Feylin tetap bersikap lembut dan peduli kepada Jimmy, ia tahu bahwa cucunya itu telah berubah menjadi seorang yang dingin dan cuek kepada orang-orang disekitarnya kecuali kepadanya.

~

*inhaler : semacam zat cair yang dikemas dalam wadah kecil yang bisa disemprotkan ke penderita sesak nafas dengan tujuan meringankan sesak nafas.

Hay Hay Readers.
Thanks for reading.
Fyi, this is my first story, enjoy it!


You Are Mine (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang