Part 8

3.9K 123 4
                                    

Rio berlari-lari kearah bus kota, ia takut terlambat dan harus menunggu bus berikutnya. Setelah hampir terpingkal beberapa kali, akhirnya ia bisa sampai dibus yang sudah siap untuk melaju itu. Sambil mengatur nafasnya yang tidak teratur, ia menyangga keringatnya dengan punggung tangannya dan mencari tempat untuk menempatkan bokongnya sambil mengistirahatkan kedua kakinya yang terasa pegal itu.

Brak!!

Ia terjatuh sekaligus terduduk akibat bus yang mulai melaju itu, spontan semua mata tertuju padanya, tapi ia hanya nyengir dan duduk dengan tampang datar seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Walaupun sebenarnya ia malu, iya malu.

Rio berencana pergi kebengkel untuk menagih janji para mekanik yang menjamin mobilnya sudah bisa diambil dan digunakan hari ini.

"Puncak? Pantai? Puncak? Pantai? Puncak? Pan..tai!" Gumamnya pelan sambil menghitung kancing kemeja putihnya.

Rio mengambil smartphonenya dan menekan angka satu didialpadnya.

"Gue mau reservasi nih, Lip .. Gue mau villa yang paling cantik yang paling atas yang paling ujung dan bersih so pasti harus aman juga ye."

"Eh gila dah lu, bilang kangen kek apa kek, kita udah lama ga ketemu men!" Suara Philip memprotes.

"Ebusett! Muntah kelapa nih gue! Cepetan bookingin!"

"Iye, nanti gue line rinciannya, nih plus yang bisa nampak sunsetnya."

"Lu emang teman gue yang paaaaliiiiiiingg ..."

Tut tut tut

Rio mengeryitkan dahi dan melihat kelayar smartphonenya, sambungan telepon telah terputus.

"Paling najisin," ia mendengus agak kesal.

LINE!

Tak lama kemudian ada sebuah chat masuk, Rio langsung memeriksanya dan tersenyum lebar.

"Bisa diandelin, tapi agak sengklek, Philip .. Philip .."

Ayah Philip adalah seorang pengusaha besar yang telah membangun beberapa buah resort yang berhasil dan menjadi incaran para turis lokal maupun mancanegara, oleh sebab itu Philip bisa dengan mudah untuk membooking sebuah villa untuk Rio disana.

Tak terasa bus sudah mengerem berhenti dan Rio sudah sampai. Jarak kompleks rumah Rio dan bengkel yang ia tuju tidak jauh. Ia pun menghampiri bengkel mobil yang terletak pas dibelakang halte bus.

"Gimana bos? Siap?" Tanyanya bersemangat.

"Siap!" Sahut si bos sambil melempar kunci yang ditangkap Rio dengan santai.

Rio mengancungkan jempol dan tersenyum untuk berpamitan pulang kepada si bos. Ia menghampiri mobilnya dan melesat dengan cepat kejalan, ia harus mengajak Feylin berbelanja keperluan-keperluan yang dibutuhkan divilla esok hari.

Ditengah perjalanan ia dikagetkan dengan seorang lelaki yang berpakaian serba hitam yang tiba-tiba menyeberang jalan, untung Rio bisa mengontrol mobilnya, hampir saja terjadi tabrakan. Lelaki itu berdiri mematung disitu, wajah tampannya menunjukan seringai yang mengerikan. Rio mengklakson beberapa kali, ia tak mau berurusan dengan orang gila. Gerakan lelaki itu membuat Rio berhenti mengklakson, lelaki itu mengambil sebuah bandana putih dari kocek celananya dan mengikatkan bandana itu dengan longgar dipergelangan tangan kanannya lalu menariknya keatas hingga mencapai lengan atasnya.

Rio bingung akan semua itu, penampilan tak asing itu, pakaian serba hitam itu serta bandana putih dilengannya. Pikiran Rio kacau, otaknya memaksa mengulang kembali ingatan tentang kejadian itu, kejadian yang tak ia harapkan terjadi didepan matanya. Otaknya memutar keras, ia mulai sesak, nafasnya sesak. Setelah berkutat dengan pikirannya sendiri, ia melihat kesosok itu lagi, tetapi sosok itu telah menghilang. Matanya menjelajahi setiap sudut yang terlihat tapi ia tak menemukan sosok itu.

You Are Mine (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang