Part 3

6.2K 193 1
                                    

Di sela-sela keramaian kota tampak sebuah mobil Honda Jazz Navy melesat dengan lancarnya memasuki lapangan parkir milik sebuah gedung besar yang berdiri megah ditengah kota.
Sepasang kaki berselimut sepatu pantofel coklat hazel yang modis menjejakan dirinya dan melangkah mantap kedalam gedung itu.

Rio memasuki gedung itu dengan percaya diri memantapkan hatinya bahwa ia bisa melakukan pekerjaan yang dipercayakan dosennya kepadanya untuk empat bulan kedepan. Ia menarik nafas lalu memejam mata dan membuang nafasnya perlahan lalu mengangguk mantap.

~

Terik matahari sore kala itu terasa sangat panas bagi kulit putih Feylin, ia baru saja pulang kuliah. Kakinya tergopoh-gopoh berjalan diatas trotoar dengan peluh yang terus menetes. Ia berniat pergi menuju halte diseberang jalan karena hari ini sopirnya sedang ada urusan mendadak sehingga ia harus pulang sendiri dengan bus kota.

Feylin meneropong jauh kedepan untuk melihat betapa jauh jaraknya dari jembatan penyeberangan yang akan ia lewati nanti untuk menggapai halte diseberang jalan. Anehnya suhu panas pada sore itu tiba-tiba berubah menjadi mendung seiring dengan langkah kaki Feylin yang semakin mendekati jembatan penyeberangan itu. Angin bertiup kencang membawa daun-daun kering serta debu yang menari bersama seperti sedang merayakan akan datangnya hujan.

Feylin hanya cuek dengan kondisi cuaca yang mendung dan dingin saat itu, ia terus melangkahkan kakinya menapaki anak tangga jembatan itu satu persatu sampai ia mendapati seseorang berbadan tegap dengan kemeja hitam yang dipadupadankan dengan celana hitam kainnya. Mata lelaki berpenampilan eksekutif itu menyipit dibalik kacamata perseginya, dan menyunggingkan seringai menyeramkan seperti akan menerkam mangsanya.

Feylin terdiam, kakinya kaku, ia ingin bergerak dan berlari pergi, tapi rasanya tak bisa karena tiba-tiba Feylin merasa kakinya sudah menyatu dengan pijakannya akibat gaya gravitasi yang berperan sebagai super lemnya.
Lidahnya kelu, tapi ia menguatkan diri demi harga dirinya, ia pun memaksakan diri untuk menantang lelaki yang berbobot dua kali atau bahkan tiga kali lebih besar dari bobotnya itu.

"Apa maumu?"

"Hai, miss you little girl, aku datang kembali setelah berlibur ke beberapa tempat untuk menyelesaikan beberapa skenario," pemilik seringai jahat itu melangkah mendekat.

Sekujur tubuh kecil itu mulai bergetar dan melangkah mundur perlahan, tangan mungilnya memegang pagar jembatan untuk menopang tubuhnya yang kini sudah terasa lemas.

"Sekarang giliranmu, skenario terbaik sudah kususun untukmu dan kau tak perlu takut, aku tidak akan sekejam itu padamu," masih dengan seringai jahatnya.

Tiba-tiba matanya menangkap sosok lelaki yang sepertinya berlari kearah Feylin, sontak ia langsung melarikan diri dengan sigap dan melesat pergi dengan mobil sport toyota 86nya yang hitam mengkilat.

Lelaki serba hitam itu sempat melambaikan tangan pada Feylin tanpa menghilangkan seringai jahat dibibirnya sebelum melesat pergi.

~

Setelah bekerja selama dua minggu ini kehidupan Rio terasa sangat membosankan, setiap hari hanya diisi dengan bekerja dan bekerja, tapi kebosanannya itu tidak mempengaruhi produktivitas pekerjaannya. Para pekerja dibagian manajemen perusahaan salut kepadanya setelah ia membantu memecahkan beberapa kasus manajemen bahkan direktur manajemen pun sangat menyukainya.

Rio sedang memarkirkan mobilnya ditaman kota, ia berencana untuk pulang kerumah dan menghabiskan libur akhir pekannya besok untuk bermalas-malasan dirumah. Hatinya terasa hampa, setiap waktu luangnya sudah ia pergunakan untuk mencari Feylin ditaman kota ini, tapi hasilnya nihil, ia tidak pernah menemukan gadis itu. Tangannya memukul setir yang ada didepannya, ah sial kenapa waktu itu aku tidak mengikutinya saja, ia mengacak rambutnya frustasi.

Matanya melanglang buana menyusuri tiap sudut taman kota itu, mulai dari bangku taman, halte disekitarnya, ditaman bunganya, jembatan penyeberangan, dan matanya menagkap sosok itu. Ingin rasanya ia terbang kesana saking girangnya, tetapi berhubung ia sadar diri bahwa ia bukan superman mau tak mau ia harus berjalan kaki menuju jembatan itu. Awalnya ia berjalan santai saja, tapi ia mempercepat langkahnya setelah melihat seorang lelaki yang sepertinya ingin mengganggu wanita itu. Tapi ia kalah cepat, lelaki berpakaian serba hitam itu sudah melesat dengan cepat meninggalkan Feylin.

"Dunia ini sempit ya, ngga nyangka bakal ketemu lagi, aku eng.. lagi olahraga sore"

Rio bingung mencari-cari alasan yang sebenarnya ia juga tidak tahu untuk apa ia mencari-cari alasan seperti orang dungu, apalagi sekarang ia sedang mengepak-ngepakan tangannya seolah-olah sedang berolahraga. Gerakannya terhenti setelah menyadari kepucatan diwajah Feylin, wanita itu kaku tidak bergerak, peluhnya menetes.

Rio mendapati tangan Feylin sedang memegang erat jembatan itu, ia panik dan mengguncang bahu kecil Feylin. Tapi gadis itu tetap diam, ia tidak tahan dan akhirnya melepas genggaman gadis itu. Dan benar saja tubuh gadis itu lemas dan dengan sigap Rio menangkapnya, tangan gadis itu entah bagaimana sudah ada dalam genggaman tangan Rio. Akhirnya air matanya menetes, ia menangis dalam diam tapi bahunya yang berguncang tidak bisa menyembunyikan tangisnya.

Rio melepas genggaman tangan Feylin, ia melepaskan jasnya dan mendaratkan jas itu dibahu Feylin. Jas hitam itu tampak kebesaran ditubuh Feylin, lalu dengan mantap ia mengambil dan menggenggam tangan gadis yang sepertinya masih belum bisa kembali ke kenyataan itu, ia membimbing Feylin memasuki mobilnya.

Ia tak mau bertanya-tanya apa yang sedang terjadi tadi sehingga gadis yang biasanya cuek dan beringas ini mau menuruti apa saja yang ia lakukan tadi. Hatinya tenang setelah menemukan gadis itu dan diwaktu yang tepat pula, ia sempat melihat lelaki yang menyebabkan Feylin menjadi seperti ini, ahh dasar oom oom coli *(sejenis pedofil) sialan cari mangsa kok yang polos begini, kalau saja tidak kalah cepat akan kupatahkan barang itu, hatinya merutuki lelaki tadi.

Setelah agak lama Rio asik melamun sendiran, ia menoleh pada gadis disebelahnya dan mendapati gadis itu sudah tertidur.

"Bagaimana aku dapat mengenalmu lebih lagi? Kau selalu menutup diri," ia menatap lembut Feylin dan melajukan mobilnya membawa gadis itu kerumahnya.

~

Hai, readers! Ini baru awal nih, makanya agak ambigu semuanya, nanti di part part selanjutnya kalian bakal pada dapat jawaban atas semua keambiguan itu kok, janji! So, stay tune! The next part will be updated ASAP!!

You Are Mine (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang