Part 9

3.4K 130 4
                                    

Jarum jam sudah menunjukan pukul 6 sore, Rio menghitung sudah tiga jam lamanya mereka tertidur dalam posisi yang bisa dibilang intim ini. Ia sudah tebangun tapi tetap dalam posisinya yang berpelukan dengan Feylin, jangan tanyakan masalah gairah, sebagai laki-laki tentu Rio memilikinya, tapi justru sebagai lelaki juga ia harus bertanggung jawab atas perkataannya, ia tidak akan melakukan hal tercela sebelum mereka sudah resmi boleh melakukan hal-hal intim lainnya, ia harus menjaga mahkotanya, Feylin.

Rio mencium puncak kepala Feylin, ia mengusap pipi lembut Feylin dan menariknya sedikit, tepatnya mencubit. Feylin berdecak kesal dan membalikan badannya kearah berlawanan dengab Rio.

"Dasar kebo!"

"Eh, keceplosan!" Ia menutup mulutnya. Feylin bukanlah Philip.

Rio mengguncang bahu Feylin, tetapi tangannya dihempaskan oleh Feylin. Rio menggeleng-geleng dan beranjak dari tempat tidur, ia memilih untuk pergi mandi.

...

Setelah selesai mandi dan berganti baju, Rio masih mendapati Feylin tertidur dengan pulasnya.

"Sudah jam setengah tujuh, dan kau harus bangun, bagaimana kalau begini?"

Rio dengan cekatan menggulung Feylin dengan selimut tebalnya, dan sekarang Feylin sudah tersadar dan mendapati dirinya sudah tergulung seperti kepompong.

"Apa yang kau lakukan?" Feylin melotot.

Rio menggendong kepompong Feylin dan mendirikan ia disamping ranjang.

"Cepat mandi, aku ingin mengajakmu berbelanja." Rio tersenyum lembut sambil membantu melepaskan gulungan selimut itu.

Feylin cemberut, tapi tetap mematuhi Rio, Rio hanya tersenyum. Feylin sangat cantik, ia selalu gemas melihat Feylin, itulah hal pertama yang membuatnya tertarik pada gadis itu.

...

Feylin sudah bersiap-siap, ia memakai dress violet diatas lutut yang menampakan kaki mungilnya. Ia menuruni tangga dan mendapati Rio sedang mempersiapkan dua piring nasi goreng dimeja makan tingginya.

Feylin tak bisa menahan rasa kagumnya pada Rio, hanya ada satu kata yang terlintas dibenak Feylin.

Indah.

Menurut Feylin, Rio adalah sosok yang sangat tampan dan baik, ia juga sosok yang hangat. Senyumnya tidak bisa pudar dari wajah mungilnya.

Apakah seperti ini rasanya?

Selama ini Feylin memang sering melihat orang berpacaran, tetapi ia tidak pernah tertarik untuk berpacaran dari dulu, tidak lagi setelah mengenal Rio. Sekarang ia mulai tahu alasan yang membuat setiap pasangan tertawa dan tersenyum bahagia, ternyata hanya dengan melihat pasangan saja tanpa berbicara, bibir tak bisa menahan senyum.

Ia berjalan perlahan mendekati punggung Rio yang sedang membelakangi tangga, lengan Feylin melingkar pelan memeluk Rio. Ia bersandar dipunggung Rio. Rio yang merasa kaget sontak membeku, ia sempat berpikir setan telah memeluknya, karena yang ia tahu Feylin bukanlah tipe gadis yang akan melakukan hal seperti ini.

"Apakah seperti ini rasanya?" Tanya Feylin perlahan, ia tidak bisa menahan perasaannya, seperti sebuah sensasi baru yang terus-menerus membuatnya melayang diatas awan.

"A..ap..apanya?" Rio menelan ludah.

Ah sial! Kenapa aku seperti wanita? I've controlled by her!

"Punya pasangan.. Jujur aku belum pernah berpacaran sebelumnya, apakah tak apa?" Feylin melepaskan pelukannya dan menunduk. Ia takut ia tidak bisa menjadi wanita yang akan membahagiakan Rio, karena ia belum berpengalaman.

Tapi kau sudah membuatku salah tingkah, nona.

Rio berbalik dan menenangkan dirinya, ia mengangkat dagu Feylin dan menggenggam kedua tangan Feylin.
"I love you, just the way you are .. kita bebas mengekspresikan perasaan kita, seperti ini." Rio menarik Feylin kepelukannya.

"Kau boleh melakukan ini saat kau mau, kau boleh menggenggam tanganku dan bersandar padaku, karena aku milikmu dan begitu juga sebaliknya karena kau miliku."

Wanita ini sangat polos, ya Tuhan.
Naluri ingin melindungi dari Rio bertambah lagi, sekarang ia tahu sisi polos dan lembut Feylin. Entah sesuatu apa yang pernah terjadi padanya sehingga ia harus menutup diri dengan kekakuannya serta mimpi buruk yang tak jarang menghampirinya yang masih menjadi misteri tersendiri bagi Rio.

Rio melepas pelukannya dan tersenyum kepada Feylin.

"Sebentar ya, sedikit lagi." Rio kembali sibuk menyiapkan makan malam mereka.

Feylin menyukai sikap Rio, ia merasa sudah benar-benar jatuh hati pada lelaki itu.

"Sudah siap, ayo makan." ujar Rio.

"Iya, tapi kursimu terlalu tinggi." Feylin tersipu malu. Ia mengulurkan kedua tangannya dan tertawa kecil. Rio pun ikut tertawa karena sikap Feylin yang menurutnya lucu. Akhirnya Rio menyambut tangan Feylin dan menggendongnya ke kursi.

...

"I love you," kata Feylin pelan saat mereka tengah makan.

Rio yang kaget langsung tersedak, ia langsung mengambil gelas air putih didepannya dan meminumnya untuk meredakan batuk-batuknya.

"Ke..kenapa?" Tanya Feylin sambil membulatkan matanya bingung.

"Timingnya ..." apa yang harus aku katakan? Sial!

"Kenapa timingnya? Bukannya kau mengajariku seperti itu? Kita bebas mengekspresikan emosi kita, right?" Tanya Feylin bingung.

"Iya, tapi.."

"Lalu?"

"Lalu apanya?"

"Responnya," Feylin memuncungkan bibir kecilnya.

Rio langsung tersadar, seharusnya ia tidak sekaget tadi. Kenapa ia seperti remaja wanita yang baru berpacaran, justru Feylinlah sekarang yang bertindak seperti seorang pro.
"Oh, i'm sorry, love you, too," jawab Rio.

Lalu Feylin tertawa terbahak-bahak.
"Kau lucu, hahahah!"

Rio baru sadar ternyata Feylin tengah menjadikannya bahan gurauan, ia bertingkah seolah- olah ia marah.
"Oh, jadi begini tingkahmu setelah diberi makan, tak usah makan lagi!" Suara Rio tinggi tetapi nampak dibuat-buat, dan Feylin tahu iya bercanda.

"Janganlah.." Feylin tersenyum manis sambil melindungi piringnya yang masih berisi setengah porsi nasi goreng.

"Baiklah, aku memaafkanmu, cepat makan sebelum aku berubah pikiran."

Mereka berdua hanya tertawa dan melanjutkan makan malam mereka dengan canda tawa yang tak habis-habisnya.

...

Hay readers! Please vomment! Gimana pendapat kalian sejauh ini? Happy reading guys!

You Are Mine (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang