Part 14

2.7K 86 2
                                    

Hai.. Hai.. Readers! Yeay! Gue bisa update cepat nih hari ini.. Bapak dosen lagi sakit jadi kelas dibatalin .. huhu.. GWS bapak dosen!

Happy Reading!

Oh iya, kalo menurut kalian ada bagian yang boring, tolong dikomen di paragrafnya ya!

~

Angin bertiup agak kencang sore ini, awalnya Feylin ingin merangkai bunga-bunga yang ia dapatkan dari ladang bunga tadi dibalkon, tetapi keadaan alam tidak mendukung, jadi ia pindah keruang tamu dilantai bawah. Ia merangkai bunga-bunga itu sepenuh hati, Feylin ingin memberikan hadiah untuk Rio karena lelaki itu sudah menjadi hadiah terindah dalam hidupnya yang mengubah seluruh hidupnya, dan yang membangkitkan kembali senyumnya.

Hari ini adalah hari terakhir mereka divilla, awalnya Rio ingin mengambil cuti lagi, tapi Feylin tak mengijinkannya, mereka berdebat agak lama dan akhirnya Rio mengalah. Feylin tak mau Rio mengambil cuti lagi mengingat ia masih pekerja magang.

Tiba-tiba ada suara ketukan pintu, Feylin agak merasa aneh, kenapa orang itu memilih mengetuk pintu daripada memencet bel. Rio sedang berada diluar saat ini, tadi Philip meminta bantuannya untuk mengecek beberapa proposal. Rio sempat berpesan untuk berhati-hati dan mengunci pintu dengan alasan hewan liar bisa saja keluar dari hutan yang tak jauh dari villa itu. Mungkin saja yang mengetuk itu ternyata seekor gorilla atau semacamnya bukan?

Jadi Feylin melangkah perlahan dan mengintip dari jendela yang tirainya sengaja ia tutup dari awal saat Rio meninggalkan villa. Alis matanya naik sebelah, ia tak melihat siapa-siapa disana kecuali satu kotak putih kecil berpita pink yang terletak dibawah pintu. Ia yakin kotak itu tak ada disana sejak tadi, pasti seorang misterius yang telah mengetuk pintu tadilah yang menaruh kotak itu disitu. Dengan cepat ia membuka pintu, lalu mengambil kotak itu dan mengunci pintu kembali. Tertera sebuah tulisan dikertas kecil yang ditempel di kotak itu..

"Dear Feylin ..", Feylin membaca tulisan itu. Lalu ia membuka kotak itu dan menemukan sebuah pena didalamnya, pena itu berbeda dengan pena yang lain, ada satu tombol disitu.

~

Rio baru menyelesaikan pemeriksaan pada proposal yang dibuat oleh Martin, ia tak menyangka ia begitu asik memeriksa proposal itu sehingga ia tak sadar bahwa jarum jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, ia sudah meninggalkan Feylin terlalu lama. Sekarang, ia baru tiba divilla dan betapa kagetnya ia menemukan ruang tamu yang berantakan bukan main, ruangan ini telah diubrak-abrik oleh seseorang.

"Feylin.. Feylin..", mukanya pucat seketika, ia langsung menaiki tangga menuju kamar.

Feylin terduduk lemas disudut kamar, ia memandang kosong kedepan. Air matanya perlahan jatuh tanpa disadarinya. Terdengar suara derapan langkah kaki menaiki tangga dan buru-buru berjalan kearah kamar. Langkah kaki itu semakin dekat dan mendekat.

Brak!
Pintu kamar terbuka.

"Feylin! Kamu kenapa?", Rio kaget setelah melihat ruang tamu yang sangat berantakan, ia takut terjadi apa-apa pada Feylin. Jadi ia cepat bergegas keatas seperti orang gila, dan apa sekarang? Feylin sedang terduduk lemas dengan tatapan seperti orang depresi.

"Jangan mendekat!", Feylin tidak memandang Rio, suaranya rendah dan dingin.

"Ada apa Feylin? Siapa yang membuatmu menjadi seperti ini? Beritahu aku!", Rio perlahan melangkah mendekat.

Feylin tertawa nanar, air matanya kembali mengalir.

"Feylin?"

"Jangan mendekat Rio!"

"Siapa yang membuatmu seperti ini? Beritahu aku Feylin".

"Kau Rio! Kau!", Feylin menatap tajam kedalam mata Rio, ia mendapati lelaki itu tampak bingung dan tidak merasa bersalah.

"Hentikan sandiwaramu, kau tak seharusnya mendekati aku! Kau jahat!"
Feylin berdiri dan menjauhi Rio.

Rio terluka melihat Feylin memandang benci kepadanya, apa yang terjadi sebenarnya. Rio menangkap Feylin, ia memeluk gadis itu, Feylin berontak. Tapi percuma, ia tidak bisa melepaskan dekapan erat seorang Rio, karena ia kecil dan tidak cukup kuat.

"Feylin, maafkan aku meninggalkanmu terlalu lama, aku tak tahu akan jadi seperti ini, demi Tuhan maafkan aku Feylin", Rio tidak tahu masalahnya akan jadi sebesar ini, satu-satunya kesalahan yang menyebabkan Feylin marah hanyalah meninggalkan dia terlalu lama bukan?

Akhirnya Feylin hanya pasrah dan menekan tombol pada pena yang daritadi digenggamnya.

"Aku hanya ingin menemui partnerku, apa kabar? Kau sudah besar rupanya".

"Apa maksudmu? Partner?"

"Kau ikut membunuhnya Rio, kau membiarkannya mati dalam tanganku".

Feylin mengenali kedua suara itu, sangat, begitupun juga Rio. Dada Feylin terasa remuk seketika, saudara kembarnya terbunuh didepan Rio dan lelaki itu hanya membiarkannya. Ia kira ia sudah mulai keluar dari jerat masa lalu, ia kira Rio adalah malaikat penolongnya yang akan mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Ia selalu percaya kepada lelaki itu, selalu. Tetapi fakta berkata lain, Rio sama saja dengan manusia lainnya, jahat.

"Kau pembunuh Rio", ucap Feylin lemah, tangisnya pecah.

Tubuh Rio menegang, itu adalah percakapannya dengan Martin kemarin.

Bagaimana bisa?

Tangis Feylin menyadarkan ia kembali, ia tidak tega melihat Feylin menangis, terlebih lagi penyebabnya adalah dia. Tangisan itu terdengar sangat miris dan menyayat hati, dia bingung harus bagaimana, ia mulai frustasi, air matanya pun menetes.

Brengsek kau Martin!

"Please, jangan menangis Feylin, please!", ucap Rio perih.

"Kau membunuh saudaraku!", dia mendorong Rio agar melepaskan pelukannya. Rio hanya pasrah, Feylin memandangnya sebagai pembunuh, hatinya sangat sakit, ia bahkan tidak pernah memukul orang, apalagi membunuh.

Feylin mengeluarkan satu lembar foto yang sudah tampak kusam dan lama. Rio melihatnya dan langsung mengenali wajah anak perempuan itu.

"Kau mengenalinya? Dia yang berbandana putih! Ini adalah foto terakhir kami yang diambil hari itu, dan hari itu juga ia terbunuh!"

Rio sangat kaget, setengah nyawanya terasa melayang. Difoto itu tampak dua anak perempuan yang sangat mirip, yang satu memakai bandana putih dan yang satu lagi memakai bandana warna pink yang ia yakini sebagai Feylin, karena si pemilik bandana putih sudah meregang nyawa sebelas tahun yang lalu .. dan penyebabnya adalah sikap pengecutnya.

"Feylin! Aku tidak membunuhnya!"

"Kau membunuhnya Rio! Kau membunuhnya!"

"Feylin, percayalah padaku, Martin adalah psikopat! Dan aku tidak mungkin bersekongkol dengannya!", Rio semakin frustasi.

"Kau bahkan tak meminta maaf Rio!", tangis Feylin pecah lagi. Rio bingung, ia harus bagaimana? Ia ingin membawa gadis itu kedalam pelukannya dan menenangkannya, tapi ia tidak bisa karena ialah penyebab luka itu, Feylin pasti menolaknya.

"Kau sama dengannya! Kau temannya! Jangan hubungi aku lagi Rio! Kita berakhir!", Feylin bergegas keluar kamar.

Rio tersungkur lemas, ia tidak mampu lagi, jangankan untuk mengejar Feylin berdiri pun sudah tak sanggup. Ia menangis dalam diam, ia mengacak-acak rambutnya, dapat ia simpulkan yang mengubrak-abrik ruang tamu tak lain dan tak bukan adalah Feylin, ia dapat membayangkan betapa besar kemarahan dan kebencian gadis itu padanya sekarang.

"Kau lelaki pengecut Rio! Tuhan, kenapa dari sekian banyak manusia, kenapa harus  Feylin? Ia adalah gadis yang aku cintai dan karena aku juga kehidupannya seperti ini? Ia menjalani kehidupan sebagai pendiam dan kaku, itu juga karena aku? Demi Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa ini karma?"

"Apa aku membunuhnya? Aku seorang pembunuh?"

Suara guntur yang kencang itu menjawab pertanyaan Rio, bahkan alam pun marah padanya. Sesaat kemudian hujan turun, Rio menekan dialpad nomor dua dismartphonenya. Tentu saja tingkatan Philip telah digeser oleh Feylin, dulu Philip nomor satu, tapi sekarang tidak lagi.

"Lip? Masih diresort? Cari Feylin dan gue mohon antar dia pulang dengan selamat kerumahnya", Rio memutuskan sambungan tanpa menunggu jawaban dari Philip.

~

You Are Mine (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang