Part 18

2.7K 81 0
                                    

Feylin mengeryitkan matanya, ia tidak bisa menahan rasa kagetnya atas pernyataan Martin barusan.

Evelyn? Bagaimana bisa Martin mencintai Evelyn? Setelah menyerahkanku kepada bosnya, ia dan Evelyn akan terbebas? Apa maksudnya?

Feylin membuka matanya, ia melihat Martin sedang menerawang sambil memegang sebuah bandana putih
yang sangat ia kenali, itu adalah bandana adik kembarnya, Evelyn.

"Apa maksudmu Martin? Kau tak layak menyimpan bandana itu", rasa penasaran dan amarah bercampur menjadi satu, Feylin sangat bingung dan marah karena Martin terus menyebut nama Evelyn bahkan menyebutkan bahwa ia mencintai Evelyn, dan juga bandana itu, ia tak rela barang itu disimpan oleh seorang psikopat. Ia menatap Martin tajam, masih dalam posisi telungkupnya.

Tangan Martin berguncang kecil karena kaget, ia tak menyadari bahwa Feylin sudah terbangun dan mendengar perkataannya tadi. Ia tak mau Feylin mengetahui bahwa Evelyn masih hidup, semua rencananya bisa kacau.

"Aku hanya menyimpan barang korban pertamaku, sebagai penghargaan"

"Dasar keparat!", Feylin beranjak dan menyerang Martin. Martin sontak berdiri, kedua tangan mungil Feylin mengepal, ia melayangkan pukulan yang tak henti-hentinya kedada Martin. Martin hanya diam, ia mempersilahkan gadis itu untuk membalas perbuatannya selama ini, ia melihat Evelyn dalam diri Feylin. Feylin terus memukul Martin, ia tahu dirinya sedang lemah, ia tahu pukulannya tidak seberapa, tapi ia sangat marah, ia marah kepada lelaki psikopat yang telah menghancurkan hidupnya, merenggut adik kembarnya. Air matanya mengucur keluar, Feylin kelelahan, ia tersungkur kebawah.

"Apa salahku Martin? Kenapa kau begitu jahat kepadaku? Aku berjanji padanya untuk selalu menjaganya!", Feylin terisak. Ia teringat pesan kedua orang tuanya sebelum mereka berdua meninggal dunia, ia adalah seorang kakak walaupun hanya beda umur 15 menit

"Aku berharap Evelyn masih hidup.. Bawa dia kembali, Martin! Katakan bahwa kau tak membunuhnya! Kami tak menemukan mayatnya!", perkataan Martin yang ia dengarkan tadi memberi ia secercah harapan, mayat Evelyn tidak pernah ditemukan dari dulu.

Martin hanya diam saja, entah kenapa ia tak berani melakukan sesuatu apapun. Padahal ia adalah sosok yang kejam dan tak berperasaan, ia ahlinya dalam menyiksa orang, tetapi satu hal yang tidak pernah dilakukannya yaitu 'membunuh'.

"Jangan berkhayal Feylin, tenang saja, kau akan menyusulnya besok", ucap Martin datar.

"Kau jahat Martin, terima kasih", sekujur tubuh Feylin melemas, ia hanya menangis dan menangis.

Sudah setengah jam Feylin habiskan untuk duduk terdiam dilantai dengan tatapan kosongnya, tentu saja ia sudah berhenti menangis. Ia hanya lelah dengan semua kehidupannya, apakah ia harus pasrah saja? Lagipula ia akan menyusul Evelyn. Tapi bagaimana dengan Jimmy? Dan lelaki yang sangat ia cintai, Rio?

"Aku heran, kenapa kau menyalahkan Rio? Dia hanyalah bocah ingusan yang tak tahu apa-apa saat itu, kau malah mempermudah rencanaku", Martin membuka pembicaraan, ia merasa ia harus mengakui hal itu tak tahu mengapa.

Suara Martin menyadarkan Feylin dari lamunan dilemanya, ia merasa jijik satu ruangan dengan lelaki itu. Ingin rasanya ia memecahkan kepala jahat itu dan memotong-motong seluruh organnya lalu disebarkannya keseluruh penjuru dunia.

Feylin mulai tersadar dan sangat merindukan lelaki itu, seandainya saja ia bisa berfikir rasional saat itu, pasti sekarang Rio masih ada disampingnya dan melindunginya. Ia tak akan terperangkap disini. Air matanya kembali menetes, yang ia inginkan sekarang hanyalah lelaki itu, hanyalah Rio.

Martin melihat getaran kecil ditubuh Feylin, ia seolah melihat sosok Evelyn disana.

Tidak Martin, tinggal selangkah lagi, ini demi kau dan Evelyn, jangan lemah!

You Are Mine (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang