12

1.3K 41 0
                                    

Kringgg... Kringggg.. Kringggggg

Jam weker hello kitty ku berdering tepat jam 05:00. Aku pun terbangun diam dulu sebentar lalu mengecek handphone, 10 panggilan tak terjawab dan 25 pesan. HAH!? Bang Ilham!?? Em Fadil juga.

Lalu aku pun tersadar. Bukankah malam aku masih di mobil bang Ilham? Bukankah malam aku tertidur saat macet? Lalu mengapa aku bisa berada dikasur seperti ini? Dan, oh siapa yang telah menggantikan bajuku?

JANGAN JANGAN...
...
....
BANG ZILHAM!?!?!?!?
!!!
Oh tidak Fira. Kau berpikir terlalu jauh. Oke daripada aku gila memikirkan itu, lebih baik aku segera mandi dan berangkat sekolah.
.
.
.
"Bi Ajengg" kataku

Aku dan Fera saat ini sedang sarapan.

"Iya non?" jawabnya

"Bi, siapa yang malam menggantikan bajuku?" kataku dan langsung mendapatkan tatapan sinis dari Fera.

"Yaelah, gitu aja dipertanyakan! Seneng kan bisa diantar pulang dengan bang Zilham! Terus pasti kaka ngira bang Zilham yang menggantikan baju kaka? Dih jangan ngarep ka!" jleb. Sakit. Nyesek. Bukan karena Fera bilang jangan ngarep tapi karena aku sakit hati saat adikku sendiri berkata seperti itu.

Sungguh, aku tak menyangka. Dia berani berbicara seperti itu kepadaku, kakak-nya sendiri. Lebih tua darinya. Walau beda beberapa menit, tapi setidaknya akulah kakak-nya.

Benar kata orang-orang.
Terkadang kita tidak boleh lemah dihadapan siapapun. Karena kalau kita memperlihatkan kelemahan kita, seseorang akan semakin merendahkan kita. Bahkan, menginjak-injak dan meludahi. Itu lebih sakit dari ditinggalin doi yang gak jelas statusnya. *ini bukan curcol eak :v*

Aku pun terdiam.
Mencerna setiap perkataan adikku.
Dan itu sangat menyakitkan.

"Sudah, bibi jelaskan" kata Bi Ajeng. "Jadi tadi malam non Fira dalam keadaan tidur didalam mobil den Zilham. Lalu, tuan Fauzan menyuruh den Zilham untuk membawa non Fira ke kamar" lanjut bi Ajeng. "Kebetulan, bibi sedang membereskan kamar non Fira. Lalu, den Zilham menyuruh bibi untuk menggantikan baju non, katanya sih biar gak masuk angin" kata bi Ajeng panjang lebar.

"Oh gitu ya bi" kataku

"Iya non. Dan sekarang non Fera jangan nething dulu" kata bi Ajeng lagi. Gile bule-bule gimana gitu ya si bibi haha.

"Iye iye, Fera kan cuma bercanda ish" katanya dengan muka cemberut. Lucu.

"Peri kecil"

Sebutan itu, ya aku sangat mengingatnya. Panggilan itu menyudahi percakapan kami. Saat kami menoleh dan ternyata. OH NOO!?!?!? BANG ZILHAM!?

"Ceileee gaya, pake peri kecil segala. Noh kaka di jemput kan sama bang Ilham. Jadi aku sama Fadil bhay" kata Fera setelah menghabiskan susu coklat nya. "Bang, jaga ka Fira ya" lanjutnya lalu pergi dari meja makan.

Tapi kok kalau dilihat, Fera baik ya. Tapi sayang. Baik kalau di waktu tertentu saja. Hem...

"Yaudah non, bibi ke dapur" kata bi Ajeng.

Tunggu...
Kalau pergi semua, berarti aku dengan bang Zilham hanya berdua?
Apa?
BERDUA LAGI?
BERDUA UNTUK YANG KEDUA KALINYA?
Rencana Tuhan.

"Ayok cepet abisin susunya, mau berangkat sekolah kapan kamu? Ini udah siang" katanya membuka pembicaraan.

"Em i.iiya laa...luu.. Abang ngapain di.si.ni?" kataku

"Udah abang bilang santai aja"

"Eh iyadeh. Jadi abang ngapain disini?" kataku lagi

"Mau jemput peri kecil abang" katanya santai

Aku MerindukanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang