Mimpi kah?

1.7K 48 7
                                    

Beberapa bulan kemudian

"Jadi gimana, Fira? Kau setuju?" tanya papa

"Pah..."

"Apalagi Fira? Papa pengen kamu bisa bahagia dengan Zilham. Apa salahnya kamu bersamanya? Zilham baik sama kamu. Kalau ditunda-tunda adikmu kasihan" jelas papa

"Tapi ini terlalu cepat, pah! Lagian ini urusan masa depanku. Aku bisa menentukan aku akan bersama dengan siapa nantinya. Bukan hal seperti ini!" jelas ku

"Apanya yang terlalu cepat? Kamu sudah berusia 22. Itu sudah sepantasnya kamu bertunangan. Lagipula cinta dan sayang itu bisa dibangun"

"Tapi aku gak mau pah! Plis tolong ngerti"

Aku pun berlalu meninggalkan tempat yang menurutku neraka.

Kejam, memang. Tapi bagaimana? Aku tak suka.

Bukan aku membenci bang Zilham. Tapi aku tak bisa mencintainya.

Maaf.

Aku tak tahu lagi setelah ini apa akhirnya. Papa terus memintaku untuk bertunangan dengannya.

Tapi hatiku tak bisa mengelak bahwa aku mencintai...

Fadil.

Ah sialan memang.

Ditaman ini. Tempat penuh cerita. Dimana aku bisa bersama dengan Fadil tanpa sepengetahuan siapapun.

Sekarang?

Fadil, sekarang aku disini. Ditaman yang melukiskan cerita kita. Ditaman yang katamu "nyaman" untuk bersamaku. Mengapa kau tak kesini? Aku disini, Fadil. Menunggumu. Batinku

"Fira"

Deg!

Ah! Kukira, Fadil.

"Zhifa? Kok lo bisa tau gue disini?"

"Tau lah, karna di taman ini lo bisa tenang. Dan di taman ini tempat lo..."

"Gak usah dilanjut!"

"Iya maaf. Lagian ngapain sih tadi lo malah pergi gitu aja? Gue tau lo gak mau dengan abang gue, tapi gak gini caranya, Fir! Lo bisa jelasin baik-baik, jangan pake emosi"

"Lo gak tau apa yang gue rasain, Zhif! Gue juga gak tau kenapa ini bisa terjadi. Gue gak bisa. Bukannya gue gak mau. Tapi gue..."

"Lo tau gak sih? Abang gue sayang banget sama lo. Hati dia cuma buat lo"

"Tapi gue gak bisa! Gue sayang sama abang lo karena udah gue anggep abang sendiri. Dan karena dia abang lo, sahabat gue"

"Lo sahabat gue? Tapi lo gak mau bikin abang gue seneng. Itu yang namanya sahabat?. Lo tau? Kebahagiaan bang Zilham, kebahagiaan gue juga. Dan kesedihan dia juga kesedihan gue juga! Jadi sekarang lo bikin gue sedih!" jelas Zhifa sambil berlari meninggalkanku yang masih termenung atas ucapannya.

Pergi.

Semua pergi meninggalkanku.

Mengapa?

Apa salahku?

Sampai sahabat yang paling aku sayang pergi.

Hanya karena masalah kecil.

Semua jadi besar.

Ini semua salah papah!

Oh tidak. Ini salahku.

Ya, salahku.

Siapa lagi yang akan mengerti diriku?

Siapa lagi yang akan menemaniku setelah semua sudah kacau seperti ini?

Aku MerindukanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang