Aza berdiri didepan pintu gedung olahraga SMA-nya. Langkahnya terhenti sampai disana. Rasanya agak ragu kalau dirinya nyelonong masuk kedalam gedung. Ia bahkan takut bila nanti ia nyelonong masuk semua orang didalam akan menatapnya heran. Itu bukanlah hal yang Aza sukai. Kakinya gemetar. Jantungnya berdebar begitu cepat.
Aza memegang dadanya. Kalau-kalau jantungnya jatuh, ia bisa menggembalikannya lagi. Entah kenapa ia merasa seperti itu. Ia benar-benar tidak suka keramaian. Keraguannya terus menjajah batinnya. Ia bingung akan masuk atau tidak. Tapi ia ingin sekali bertemu dengan Adit."Aza?"
Pandangannya mengalih pada suara yang memanggilnya itu. Alisnya terangkat tinggi melihat siapa yang sedang berdiri di hadapannya ini.
"Oh kau Cherry."
"Iya ini aku. Kau sedang apa berada diluar sini? Tadi juga kau tidak mengikuti pelajaran. Kata Adit kau pingsan, benarkah?"
"Aza?! Kau sudah membaik? Bagaimana kedaanmu? Apa sakitmu parah? Ba-bagaimana kau bisa pingsan? Dan-" entah dari mana datangnya, Adit tiba-tiba memotong obrolan mereka. Adit berjalan mendekat, berdiri diantara Aza dan Cherry. Dengan sigap Aza berusaha menenangkan Adit.
"Adit! Tenanglah. Aku akan menjelaskan itu nanti." sahut Aza ringan.
"Tapi aku menghawatirkanmu. Aku yang membawamu kemari. Kau tau? Ternyata kau sangat berat." canda Adit.
"Wah! Benarkah? Aku jadi iri padamu." sahut Cherry.
Aza tersipu malu. Pipinya merah merona. Ia tidak bisa melihatnya. Tapi ia merasa pipinya jadi merona. Entah kenapa. "Ah, jangan begitu. Erm.. Tadi pagi, mendadak saja badanku jadi tidak enak.
Mungkin karna belum sarapan. Kau jangan khawatir," Aza menatap kedua orang-Adit dan Cherry-itu bergantian. "Dan sekarang aku akan ke kantin untuk makan. Kalian bersenang-senanglah.""Biarku temani." kata Adit, mendekati Aza.
Sontak Aza ikut mundur beberapa langkah. Adit melihatnya mundur. Kini ia diam tak bergeming. Dikeningnya terdapat kerut samar yang sangat jelas dapat Aza lihat.
"Aku tidak ingin merepotkanmu Dit. Aku akan makan siang sendiri."
Adit menatap diam. Aza jadi gelagapan sendiri dibuatnya."Percayalah. Kau juga harus latihan kembali kan?" sahut Aza buru-buru.
"Iya Adit. Kau harus latihan. Lagipula kau sudah makan denganku tadi. Apa kau ingin makan lagi? Pelatih pasti akan memarahimu, jika kau tidak segera kembali." kata Cherry.
"Iya. Cherry benar. Cepatlah latihan. Sana syuhh.. Pergi." Aza mendorong punggung Adit yang mengenakan baju jersey yang membuatnya jadi terlihat tinggi.
Cherry mengandeng lengan Adit dengan paksa. Jika tidak Adit akan terus mematung menatapnya.
Aza memandang Adit yang tengah diseret Cherry. Sembari terus menatapnya tak bergeming. Aza tersenyum kearahnya. Untuk menyakinkan Adit agar tak terlalu menghawatirkannya."Ternyata Adit sudah makan bersama Cherry. Bodohnya aku ingin mengajak Adit makan. Aku memang tidak suka sendiri." gerutu Aza.
Aza menunduk membalikan tubuhnya. Ia berjalan dengan senyum kikuk yang tak henti-hentinya ia perlihatkan.
"Tapi aku sudah terbiasa sendiri." gumamnya.
***
Keramaian terlihat disekitarnya. Meskipun ini belum jam istirahat. Banyak siswa yang sudah memadati kantin sekolah ini.
Aril duduk disalah satu bangku kantin. Sendirian. Tak ada seorang pun yang menemani. Tentu saja tidak ada temannya yang menemani. Semua temannya sesama SMA N 1 kan sedang berlatih basket. Dan ia tak mengenal seorang pun di SMA ini. Tak seorangpun. Yah begitulah isi pikiran otaknya. Hanya ada satu. Itu pun ia anggap musuh bebuyutannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SIMPLE LOVE
Teen FictionApa itu cinta? Dan bagaimana cinta itu tumbuh? Apa cinta juga bisa kadaluarsa? Cinta.., mempunyai banyak arti. Cinta yang sederhana, cinta yang buta, cinta yang palsu.. Semua itu tergantung bagaimana kau mengartikan apa itu CINTA. Seperti cinta se...