Bagaimana hembusan angin menerpa. Begitu pula suasana hati yang dirasakan Aza. Begitu kencang. Kadang berubah lembut. Tak menentu. Gemetar rasanya jika ia harus melakukan hal ini. Aza selalu berfikir, betapa bodoh dirinya jika ia mau datang ketempat yang justru ia tidak suka untuk dikunjungi. Aza melangkah masuk. Kakinya terasa berat setelah sampai di depan pintu ruang olahraga sekolahnya.
Dengan nafas panjang Aza melangkah masuk. Terdengar suara teriakan dan sorak-sorak ramai. Pertandiangan sudah dimulai. Aza berjalan kearah kursi penonton yang tidak cukup ramai. Lokasinya tepat sekali dekat dengan bangku para pemain. Aza melihat Adit mendribel bola. Dan kemudian bunyi pluit dari wasit- tanda waktu istirahat- membuat pemain berkerumul bersama sang pelatih. Aza melihat Adit meminum sebotol air mineral sembari mengedarkan matanya keseluruh lapangan. Dan akhirnya mata mereka bertemu. Aza tersenyun kearah Adit. Dibalas Adit dengan senyum bahagia yang menewan. Senyum yang meluluhkan hati Aza setiap kali melihatnya.
Hanya beberapa detik kemudian, saku celana Aza bergetar. Aza membuka isi pesan tersebut. Ternyata pesan itu dari Adit. Aza tersenyum kepada Adit setelah membacanya. Pluit pun dibunyikan sekali lagi tanda pertandigan dimulai kembali.
Adit berlari menuju lapangan. Aza tersenyum manis, kemudian berjalan menuju kursi penonton paling atas-karna dikursi penonton paling atas tidak ada yang mengisi. Dari atas Aza bisa melihat seluruh penjuru gedung olahraga.
Hingga matanya terfokus pada satu orang. Seseorang yang belum Aza kenal tapi ia sangat tidak asing dengan wajah itu.Mungkinkah wajah nya mirip- Ah! Hentikan! Pikirannya kacau kemana-mana. Aza tak mengira wajah orang itu mirip dengan teman SMP yang ia kenal. Meski dirinya sendiri belum yakin akan hal itu, tapi Aza tak henti-hentinya menatap wajah orang itu. Walau agak kurang jelas, tapi ia sangat hafal sekali mengingat wajahnya. Saat orang itu berlari, Aza tak juga menghentikan pandangannya.
Larian orang itu membuat rambutnya menutupi wajah tampannya yang kelelahan. Pemuda itu menyibakan rambutnya yang basah akan keringat. Seketika Aza terpesona dengan wajah tampan itu. Bagaimana bisa Tuhan menciptakan makhluk yang sempurna seperti dia. Aza ingin
sekali berpaling untuk pergi. Akan tetapi perasaannya sungguh tak bisa lepas dari sosok bertubuh tinggi, dengan rambut sedikit panjang yang keriting- tapi tidak terlalu keriting karna terkena keringat. Aza harus memaksakan diri. Akhirnya ia memutuskan pergi meninggalkan gedung olahraga untuk pergi ke rumah neneknya. Karna matahari kian menunjukan kilau jingganya.***
Cuaca cerah keesokan harinya. Bunga ikut gembira dan tersenyum menyambut embun pagi yang datang menyapa mereka.
Matahari terik begitu cerahnya. Awan terlihat lembut seperti kapas, tertutup dedaunan. Pohon besar itu menaungi seorang gadis yang selalu menyukai hal-hal yang ceria. Meski tergolong gadis yang pas-pasan, gadis itu cukup terlihat manis saat tersenyum. Kini senyumannya mengembang, ketika gadis itu dihampiri oleh seorang pemuda yang juga ikut tersenyum."Aza! Ternyata kau disini? Astaga, untung saja kau ada disini. Kalau tidak, aku akan mencarimu dikelas lagi dan bertemu nenek sihir itu!" Aza memperhatikan Adit yang tiba-tiba datang dan bergumam tidak jelas.
"Astaga, Adit! Kau ini seperti melihat hantu saja jika melihat forysta." Aza terkekeh melihat reaksi Adit. "Hei! Lebih baik aku melihat hantu daripada melihatnya. Kau menyebut namanya saja aku sudah merinding."
"Hemm. Eh, Dit. Bagaimana pertandingannya kemarin? Kau menang atau tidak? Kau bahkan tidak mengirimiku pesan hanya untuk sekedar memberitahu." raut wajah Adit berubah sedih. Aza jadi khawatir dengan ekspresi Adit sekarang ini. Ia berpikir jika tak ada dirinya maka Adit akan sedih.
"Aku,"
Jika Adit sedih maka ia tak akan fokus bertanding....
"Aku,"

KAMU SEDANG MEMBACA
SIMPLE LOVE
Roman pour AdolescentsApa itu cinta? Dan bagaimana cinta itu tumbuh? Apa cinta juga bisa kadaluarsa? Cinta.., mempunyai banyak arti. Cinta yang sederhana, cinta yang buta, cinta yang palsu.. Semua itu tergantung bagaimana kau mengartikan apa itu CINTA. Seperti cinta se...