Bahagia. Itulah yang sekarang ini Aza rasakan. Kau tau, betapa ia merasa cowok itu sangat berarti baginya. Padahal ia belum mengenalnya. Namun, ia sudah begitu berarti bagi Aza.
Tak kenal maka tak sayang. Jika kau belum mengenalnya, maka kau tak akan pernah mencintainya. Jika kau mengenalnya kau juga akan mencintainya. Perlahan Aza menutup matanya. Ia mengingat bagaimana wajah dan tubuh Aril didalam benaknya. Kemudian ia membuka mata. Ia mengedarkan pandangannya. Keseluruh tempat yang ada di taman itu. Hari ini, ia sangat bosan di rumah.
Aza memcoba keluar dan pergi kesebuah taman di pusat kota siang ini. Taman itu memang tidak luas. Namun, pepohonan yang menaungi bangku bangku taman, membuat taman itu terlihat sangat nyaman untuk dijadikan tempat berehat sebentar.
Kini ia jadi tak ada kesibukan. Aza hanya memperhatikan kendaraan yang lewat-karna taman itu berdekatan dengan jalan raya.
Tak henti henti pula ia memperhatikan orang-orang yang berada disekitarnya. Rasanya asing, karna untuk kesekian kalinya ia berada di tempat umum sendirian.Bahkan Adit tidak bisa menemani Aza untuk saat ini. Adit sibuk dengan Cherry. Aza baru tau kalau gadis cantik itu bernama 'Cherry', saat gadis itu memperkenalkan dirinya kemarin.
Dua orang aneh berada di kelasnya. Sungguh ia tak tau harus berbuat apa. Adit menemani Cherry mengurus masalah keanggotaannya di suatu kegiatan yang akan di laksanakan minggu depan. Aza mengacak-acak rambutnya yang panjang,tergerai berantakan. Mendesah panjang dan melamun sebentar."Memangnya hubungan mereka berdua itu apa? Mereka kelihatan dekat sekali. Entahlah, aku tidak mau memikirkannya."
Matahari bersinar terik sekali hari ini. Namun suasana hati Aza sangat kacau sekali. Ia berusaha menyibukan dirinya. Matanya terhenti pada salah satu pengunjung taman. Pemuda itu duduk bangku taman tak jauh darinya. Jantungnya berdebar kencang. Semoga degubannya tak terdengar oleh siapa pun. Aza memegang dadanya. Siapa tau suara detak jantungnya mereda. Begitu lama Aza memandang pemuda itu. Terlihat tidak asing bagi Aza. Namun, mana mungkin ia mengenalnya jika ia saja tidak tau siapa pemuda itu. Tapi kenapa ia berdebar kencang saat melihat orang itu.
Apa mungkin orang itu jodohnya? Aza menepuk kepalanya pelan.
Tangan yang satu masih memegang dadanya-khawatir kalau kapanpun jantungnya bisa copot tiba-tiba."Aza, Aza. Bagaimana bisa jantung mengenali jodoh? Memang bisa ya? Bisa ya? Ah kau ini!" setelah kata-katanya berakhir pemuda itu menoleh kesisi samping.
Terlihat wajah pemuda itu dari samping. Hidung mancungnya, wajah tampannya, dan senyum menawannya....
Pemuda itu......
"Aril?" Aza langsung menutup mulutnya. Semoga suaranya tidak terlalu keras hingga pemuda yang dipanggilnya Aril. Menoleh kearahnya.
"Astaga! Itu benar-benar Aril! Apa yang ia lakukan disini? Apa rumahnya berada disekitar sini?" senyumnya mengembang terlalu cepat.
Sangat cepat bahkan dirinya sendiri tak tau kapan ia sudah tersenyum malu seperti itu. Pipinya pasti sudah merah merona saat ini. Ia bahkan berbicara pelan seperti bisikan pada dirinya sendiri.
"Wah dia terlihat tampan sekali. Aku belum pernah melihatnya dari dekat." Aza terus memandangnya.
Tak henti-henti memandangnya. Hembusan angin kini tiba-tiba menerpa. Seakan menari mengoda siapapun agar terbuai dalam alunannya.
***
Berjalan pelan mengikuti angin. Berjalan pelan mengikuti kata hati. Aril berjalan dipinggir jalan raya.
Memang tidak banyak kendaraan. Namun, cukup membuatnya hangat. Hangat sekali. Entah kenapa perasaannya jadi sering bosan. Kedua telapak tangannya sudah bersembunyi dibalik saku celana. Berjalan, terus berjalan.
Bahkan ia tak sadar, bahwa sinar matahari begitu terik hari ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
SIMPLE LOVE
أدب المراهقينApa itu cinta? Dan bagaimana cinta itu tumbuh? Apa cinta juga bisa kadaluarsa? Cinta.., mempunyai banyak arti. Cinta yang sederhana, cinta yang buta, cinta yang palsu.. Semua itu tergantung bagaimana kau mengartikan apa itu CINTA. Seperti cinta se...