Pagi ini, Aza terbangun dengan lingkaran hitam tipis disekitar matanya. Semalaman ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Matanya terus terjaga. Namun kantuk terus menyerang dengan ganasnya. Hingga akhirnya kantuk memenangkan perlawanan. Aza tak bisa mengelak kalau dirinya sangat lelah dan mengantuk. Tapi rasa takut dan was-wasnya juga tak ingin menggalah untuk hal itu. Karena itu lah Aza terlihat berantakan hari ini. Padahal besok sudah mulai ujian akhir semester. Aza bahkan belum belajar dengan benar. Sekarang gara-gara surat aneh— yang entah darimana datangnya—yang dengan bodohnya Aza membacanya tanpa pikir panjang. Aza mendengus. Ia menjadi semakin sebal dengan dirinya sendiri.
"Aza!~"
Suara ibu yang memanggil dirinya membuat semakin malas menggerakan otot-otot kakinya.
"Ya buk!~" teriak Aza. Ia pun mendesah dan segera memakai kedua sepatunya.
Setelah keduanya selesai terpasang, Aza bergegas berlari keluar kamar dan turun kelantai bawah untuk menemui ibunya. Hari ini Aza mengenakan seragam batik yang merupakan identitas sekolahnya. Batik motif sekolahnya yang khas. Lalu Aza juga mengenakan sepatu berwarna dengan tas punggung yang di tentengnya dengan malas.
Dan tara! Jadilah Aza yang jadul dan biasa saja. Oh ya! Tentunya juga gaya rambut terurai dengan belahan di sebelah kanan yang membosankan. Bisa dikatakan kalau penampilan Aza sangat sederhana dan biasa saja. Selain tubuhnya agak gempal dan pendek dengan warna kulit sawo matang, tidak ada apapun yang menarik dari Aza. Otaknya juga standar-standar saja. Dan ia juga terlahir di keluarga yang sederhana.
Tapi semua itu malah membuat Aza semakin bingung. Bila kehidupannya dan keluarganya terbilang sederhana, maka untuk apa ada seseorang yang mengiriminya surat teror yang terbilang aneh dan mengherankan.
Ataukah ada musuh yang selama ini mengincar keluarganya? Dan menunggu saat-saat dimana keluarganya lengah dan menghabisi keluarganya?!
Tidak! Tidak-tidak-tidak!!
Aza menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin sesuatu yang buruk datang pada keluarganya. Tidak ada yang boleh menyakiti keluarganya! Tapi Aza juga sedikit takut. Tidak! Aza bahkan sangat takut. Ia tidak tau harus melakukan apa.
Aza lalu menatap sarapan yang sejak tadi di diamkannya. Ia sangat tidak berselera untuk sarapan hari ini. Padahal ia sudah berjanji pada ibu Bidan untuk sarapan sebelum berangkat sekolah.
"Hahhhehhh~" Aza mendesah. Ia sangat tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi.
"Hei, kenapa anak ibuk lemes sekali? Ingat kau sudah berjanji akan sarapankan?" kata ibu Aza.
Aza melirik ibunya. Kemudian menopang kepalanya dengan satu tangan.
"Aza malas buk. Ayah juga gak ikut sarapan. Langsung pergi ke rumah majikannya. Aza jadi malas. Nggak semangat." katanya sambil memainkan nasi yang ada diatas piringnya.
"Aza! Itu nasi bukan mainan. Ayah kan kerja. Dan jangan lupakan janjimu pada ibu bidan tempo hari." kata ibu Aza. Sektika Aza melotot. Ia lupa kalau bu bidan pernah datang ke rumahnya tempo hari.
"Em.., begitu ya? Aza lupa buk. Ini juga mau dimakan nasinya. Hehe." melihat Aza melahap sarapannya dengan cepat ibu Aza mendengus seolah tak puas dengan kelakuan anak semata wayangnya itu.
"Janganlah kau cepat-cepat juga makannya. Aza? Kau kenapa? Ada sesuatu yang salah?" kata ibunya menyelidik.
Mungkin ini lah yang dinamakan ikatan batin antara ibu dan anak. Serapat apapun kau menyimpan sampah dikamarmu. Maka ibu akan tetap menemukan bau busuknya.
Aza menatap mata ibunya. Berusaha terlihat tenang.
"Buk, ini bisa telat loh. Aku berangkat dulu ya?" Aza berusaha menahan diri untuk tidak menceritakan isi surat yang ia temukan pada ibunya. Ia tidak ingin ibu atau ayahnya khawatir padanya. Sudah saatnya ia harus belajar menyimpan rahasia hanya untuk dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIMPLE LOVE
Teen FictionApa itu cinta? Dan bagaimana cinta itu tumbuh? Apa cinta juga bisa kadaluarsa? Cinta.., mempunyai banyak arti. Cinta yang sederhana, cinta yang buta, cinta yang palsu.. Semua itu tergantung bagaimana kau mengartikan apa itu CINTA. Seperti cinta se...