BAB 7

24 3 0
                                    

"Stop ayah! Tidak perlu mengantarku ke sekolah! Aku bisa pergi sendiri." kata Aril di ikuti suara bantingan pintu yang cukup keras.

           Aril melangkahkan kaki ke jalan raya. Ia berjalan dengan kemarahan yang masih meluap.
Ia sendiri tak bisa menenangkan diri jika amarahnya sudah muncul. Ia membutuhkan seseorang untuk meredakan amarahnya.

Benar-benar membutuhkan.

Aril berjalan dan terus berjalan. Tapi amarahnya belum hilang. Keringat menetes dengan derasnya. Ia sadar kalau dirinya berjalan kaki untuk datang kesekolah-ia sudah biasa jalan kaki saat berangkat dan pulangnya dijemput oleh supir dengan mobil pribadinya.

"Hai!" suara itu mengejutkannya.

Aril sempat terlonjak kaget saat suara itu tiba-tiba muncul. Ia bahkan sampai mundur beberapa langkah kebelakang. Suara itu membuat lamunannya buyar.

           Entah muncul dari mana gadis itu datang, ia bahkan tidak mengenalnya. Aril menatap gadis itu. Sepertinya, ia mengenalnya. Eh, tunggu! Apa dia mengenalnya? Sepertinya tidak.

"Oh! Maaf! Namaku Azalia. Dari SMA N 2. Kau Aril kan?" mata gadis itu berbinar-binar.

Entah kenapa, dia terlihat aneh bertemu dengan dirinya.

"Apa aku mengerutu dari tadi ya?" gumam Aril.

"Apa?!" kata Aza setengah berteriak.

"Bukan urusanmu." kata Aril judes.

Ia ingin pergi dari gadis aneh ini.

"Kau bersekolah di SMA N 1 ya? Bagaimana sekolah disana? Apa menyenangkan? Pasti menyenangkan? Kau pemain basket kan? Temanku juga pemain basket. Bisakah kita berte-"

"Cukup!!!"

"-man"

"Dengar ya! Aku tidak mengenalmu! Aku tidak perduli dengan semua pertanyaanmu! Dan kumohon! Pergilah! Kau hanya menambah amarahku. Mengerti! Dan siapa namamu tadi? Ahh.. Terserah siapa aku tidak perduli!"

Saat gadis itu seperti akan berbicara lagi, Aril dengan cepat memotongnya.

"Aku mohon!" kata Aril kemudian pergi berlalu meninggalkan gadis itu yang masih berdiri mematung.

            Entah apa yang dirinya pikirkan. Tapi ia bersyukur sekali amarahnya tidak lagi mencuat. Aril meyakinkan dirinya, dan berjalan cepat menuju sekolahnya.

                               ***

           Aza baru saja bertemu dengan Aril. Ia bahkan merasa gugup saat berbicara dengan Aril. Aza tersenyum malu ketika mengingat kejadian tadi. Pipinya merah merona bagaikan memakai make up. Siapa sangka jatuh cinta membuatmu jadi merasa cantik. Aza bahkan sudah mempersiapkan semua pertanyaan itu sejak kemarin malam. Ia tak menyangka akan secepat ini bertemu dengan Aril.

"Hahh.. Aril. Kenapa aku selalu ingat namanya saja ya?" kata Aza dengan senyum manis yang mengembang.

          Ia menyusuri jalan yang sama dengan yang Aril lewati tadi. Aza masih tersenyum-senyum tidak jelas. Apa benar jatuh cinta bisa membuat hati sebahagia ini? Apa sekarang Aza sedang bermimpi? Atau ini cuma khayalan yang Aza pikirkan? Ahh..

Ini pasti cuma mimpi.

"Ini benar-benar mimpi indah. Terkadang mimpi itu bisa terlihat nyata. Dan tidak ku sangka seindah ini." kata Aza dengan senyum termanisnya.

"Dan kau jangan salah! Ini bukan mimpi Aza." suara serak milik Adit tiba tiba datang dimimpinya.

"Adit?!" begitu tau itu suara Adit, Aza langsung muram jengkel.

SIMPLE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang