Mungkin kejadian hari ini tidak pernah Aza bayangkan. Bagaimana bisa seseorang yang baru ia kenal-- -itu pun kalau mereka berkenalan sih, kenyataanya tidak tuh---bisa membentak dan mengancam agar tetap menjauhinya dan tidak menanyakan dirinya pada temannya, Adit.
Aza baru kali ini melihat ada orang yang membentak dan mengancam dirinya seperti itu---Forysta tidak masuk hitungan.
Ia memang belum lama mengenal Aril. Itupun Adit yang kasih tahu. Lantas apa salahnya jika ia menanyakan tentang dirinya pada orang yang mengenal dirinya. Apa salah coba kalau dia tanya sama Adit? Toh Adit mantan anak SMAN 1 kan? Tidak salah kan? Ya kan?
Oke. Memang Aza akui kalau dirinya tertarik dengan Aril tapi bagaimana bisa Aril memperlakukan Aza seperti seorang pecundang.
Iyah, memang. Aza memang pecundang. Melawan Forysta saja dia menangis. Apalagi kalau Si Aril itu menghajarnya. Pasti ia akan kena malu seumur hidupnya. Aza cuma tidak mau menambahkan musuh dalam daftar nama musuhnya. Baginya cukup Forysta saja yang terdaftar.
Ia merasa damai jika di dekat cowok itu. Tapi Aza merasa juga sakit kepala tiap kali ingat wajah Aril. Aza merasa mereka pernah bertemu dengan Aril disuatu tempat. Tapi lagi-lagi dia merasa tidak tahu dimana letaknya mereka bertemu.
Mungkin hanya kebetulan belaka. Atau mungkin memang takdir yang mempertemukan mereka. Takdir sudah mempermainkan nasibnya.
Aza merona. Kalau saja ada kaca, pasti ia akan melihat rona merah pada wajahnya. Aza tersenyum. Ia membayangkan Aril yang tersenyum riang sambil menggandeng tangannya.
Berlari di pantai pasir putih dengan laut biru ditemani angin sepoi-sepoi yang menerpa rambutnya.
Aza menggeleng-gelengkan kepala. Ia jadi malu sendiri dibuatnya.
Kemudian ia memutuskan untuk melanjutkan berjalan pulang dengan tersenyum-senyum disepanjang jalan. Hingga ia dikejutkan dengan bunyi klakson mobil dibelakangnya.
Aza terlompat kaget. Ia berhenti untuk menengok kebelakang. Aza melihat jenis mobil FREED warna putih berhenti menepi tepat dibelakangnya. Ia kebingungan. Aza merasa berada di jalan yang benar. Ia juga tidak berjalan terlalu menengah. Tidak pula mengenal pemilik mobil. Jangan-jangan Aza yang kepedean sendiri? Bisa saja!
Hingga ia melihat siapa yang keluar dari dalam mobil. Seorang cewek dengan pakaian yang bisa dikatakan 'waw' karena jika dibandingkan dengan Aza yang hanya memakai kaos oblong sangat jauh berbeda.
Cewek itu mendekati Aza dengan mimik jijik. Aza langsung mengenali cewek itu langsung dari radius 20 meter sekalipun.
Forysta. Cewek yang selalu mengganggu Aza. Mau apa lagi dia nih? ,pikir Aza.
Forysta berhenti tepat di hadapannya. Tubuhnya yang tinggi langsing, kaki jenjang, rambut dan badan selalu wangi, style yang selalu elegan dan yang paling Aza suka dari Forysta adalah hidung yang mancung dan pipi yang tirus sempurna. Aza selalu ingin punya hidung yang mancung dan pipi yang tirus. Tapi semua itu mustahil untuk terwujud.
Forysta memandang Aza seolah-olah Aza adalah gelandangan. Aza berusaha untuk tetap tenang. Jika dia ingin pulih dari gangguan otak udangnya, maka ia harus berani menghadapi Forysta. Jangan mau ditindas terus Aza! Fighting!, batin Aza.
"Heh Cupu! Dengar ini baik-baik! Aku mau pergi. Karna besok ada PR, so kau yang ngerjain ya. Nih bukunya!" Forysta memberikan lima buku tulis yang tadi Aza tidak lihat sama sekali saat Forysta berjalan menghampiri-nya. Kontan Aza menangkap dan menahan buku-buku tersebut agar tidak jatuh ke tanah.
"Besok bawa! Aku nggak mau menoleransi kesalahan yang kau buat. Ngerti?!"
"Kenapa tidak kau saja yang kerjakan? Kenapa harus aku? Aku kan tidak pintar di kelas."
KAMU SEDANG MEMBACA
SIMPLE LOVE
أدب المراهقينApa itu cinta? Dan bagaimana cinta itu tumbuh? Apa cinta juga bisa kadaluarsa? Cinta.., mempunyai banyak arti. Cinta yang sederhana, cinta yang buta, cinta yang palsu.. Semua itu tergantung bagaimana kau mengartikan apa itu CINTA. Seperti cinta se...