Prakk....
Sendok terjatuh dari tangan Aril. Tadinya ia ingin makan. Tapi sekarang, rasanya napsu makannya menghilang. Ia sungguh tidak tahu apa yang ia dengar dari Pak Paijo hanya kebetulan atau hanya sebuah candaan yang Pak Paijo lontarkan padanya.
Ia memungut kembali sendok makan yang ia jatuhkan. Meletakan kembali kedalam piring yang telah berisi nasi dan kawan-kawannya. Aril sangat terpukul mendengar cerita Pak Paijo.
Semua kenyataan yang dijelaskan Pak Paijo, terasa membakar hatinya. Membuatnya mengkerut sehingga ia tidak punya hati lagi.
Semua yang dijelaskan Pak Paijo, menjawab semua pertanyaan yang selama ini ia pendam sendirian. Mengenai putri semata wayangnya. Mengenai hari dimana putrinya diculik sebagai pelampiasan amarah kepada kakeknya. Mengenai cinta masalalu kakaknya. Mengenai segalanya.
Aril tahu semuanya. Ia mengetahui segalanya sekarang.
"Aden Aril tidak apa-apa? Sepertinya Aden terlalu terkejut mengenai putri saya." Suara Pak Paijo memecah lamunan Aril.
Hari ini ia tidak bersekolah. Sudah terhitung tiga hari. Ia membutuhkan banyak istirahat hingga ia bisa sesehat sekarang ini. Tapi itu satu jam yang lalu. Saat ia belum menanyakan perihal anak Pak Paijo. Semua yang membuatnya penasaran. Pak Paijo mulai menceritakan semuanya. Semua mengenai keluarganya. Segala sesuatu tentang putri tunggalnya yang selalu mendapat masalah akibat ketegasan kakeknya. Napasnya tercekat.
"Tidak apa-apa Pak. Hanya saja, Bapak tidak pernah menceritakan tentang masalah keluarga Bapak," ujar Aril pada Pak Paijo. Aril menelan ludahnya. Namun rasanya seperti menelan kerikil di tenggorokan. Keras dan sangat sulit. Hingga untuk menelannya Aril kesusahan.
"Bapak mengerti. Bapak sudah menganggap Den Aril putra Bapak sendiri," kata Pak Paijo tulus. "Semua yang ada hubungannya dengan putri Bapak, juga ada hubungannya dengan saudara kembar Den Aril."
Aril menatap mata Pak Paijo. Matanya melukiskan kesedihan yang ia alami empat tahun yang lalu.
"Bapak tidak mempunyai seorang putra, agar bisa menjaga dan menyayangi putri Bapak.
Bapak juga tidak menyangka bahwa semua kejadian itu berhubungan.
Bapak sebenarnya bukan tidak mau cerita. Tapi Bapak hanya menunggu," Aril mendongak menatap Pak Paijo yang sekarang sedang duduk berhadapan dengannya dimeja makan. Mereka berada di dapur. Ruangan makan itu terlihat terang karena tersinari oleh sinar matahari yang datang dari arah luar jendela. Siang hari yang cerah ini rasanya seperti malam yang gelap tanpa bintang dan bulan bagi Aril.
"Menunggu sampai Aden bertanya." Lanjut Pak Paijo.
"Aku? Tapi kenapa Pak? Saya tidak ada hubunganya dengan semua kejadian itu. Dan lagipula aku tidak kenal dengan putri Pak Paijo." Aril merasa bersalah. Ia seharusnya mencari gadis itu. Gadis yang dimaksudkan kakaknya. Sehingga gadis itu tidak perlu mengalami hal itu. Hal buruk yang menimpanya sehingga memory ingatannya tentang kakaknya harus dihilangkan.
"Aden. Aden tahu? Bapak tahu semua masalah yang ada dirumah ini. Bapak tahu melebihi yang Ayah Aden tahu.
Aku masih bekerja disini karena kau Den Aril. Sepertinya aku tidak akan pernah bisa membiarkanmu tinggal sendirian disini. Meski Bapak sudah seharusnya berhenti kerja, tapi Bapak memutuskan untuk tetap tinggal dan menjadi supir pribadimu.Bapak menunggumu bertanya karena kau adalah saudara kembar Irul. Kau yang diberi wasiat agar menemui putriku.
Kau juga yang memutuskan untuk tidak menemuinya. Jadi Bapak hanya menunggu. Bapak tidak marah terhadapmu. Tapi sebagai seorang ayah, Bapak menghawatirkan putri Bapak.

KAMU SEDANG MEMBACA
SIMPLE LOVE
Dla nastolatkówApa itu cinta? Dan bagaimana cinta itu tumbuh? Apa cinta juga bisa kadaluarsa? Cinta.., mempunyai banyak arti. Cinta yang sederhana, cinta yang buta, cinta yang palsu.. Semua itu tergantung bagaimana kau mengartikan apa itu CINTA. Seperti cinta se...