-7-

3.6K 407 17
                                    

Kupercepat langkahku tepat saat melihat lorong loker belum penuh, ini satu-satunya kesempatanku dimana harus lewat tanpa menarik bajuku ke depan atau mengerutkan perutku agar tidak menyentuh siapapun. Kulihat dari kejauhan Hayley berdiri dengan Charles dan Linsey, aku menghampiri mereka. Mereka adalah manusia paling aman yang bisa dimintai informasi kemana perginya keributan klub baseball ataupun basket.

"Yo Ella!" Sapa Hayley, aku melambai. Charles nampak ketakutan saat melihatku berjalan mendekat.

"Hey. Kalian tidak ada kelas pagi ini?" Tanyaku, sekali lagi aku memergoki Charles melihatku dengan tatapan seram.

"Lihat! Aku menang, beri aku 10 dollar untuk itu." Ujar Hayley pada Charles. Linsey menatapku kemudian mulai bicara.

"Charles bertaruh bahwa semua orang tahu pagi ini drama Beauty and The Beast ditampilkan di aula, dan Hayley bertaruh tidak." Jelas Linsey, "Kami tidak tahu."

"Hey Charles chill bro, you look so scare."

"I'm chillin, fine. Let's go."

"He was afraid of you, he heard you'd like him." Ujar Hayley setengah berbisik menatapku, "Sorry."

"Of course I'm not." Sergahku sedikit membesarkan volume suaraku saat kami berempat menyusuri koridor yang sepi.

"Yea, she didn't just relax bro." Linsey menepuk-nepuk punggung Charles yang sudah ketakutan. Charles menengok ke arahku dan tersenyum kaku, sialan, pasti Blake.

               Kami sampai di aula dimana hampir seluruh peserta sekolah ada di sini melihat sebuah drama yang disebut Beauty and the Beast. Aku duduk di sebelah Charles.

"Hey Charles aku minta maaf soal itu." Bisikku padanya, ada raut canggung di wajahnya.

"Seharusnya aku yang meminta maaf padamu karena salah sangka."

"Mari kita lupakan semuanya."
"Setuju."

                   Di atas panggung berdiri Amathys dan Maddi, aku penasaran siapa di balik kostum manusia seperti sumo itu. Dan aku baru tahu Maddi tertarik dengan drama sekolah.

"Jadi kau si gendut buruk rupa mencintai adikku Gracie?" Tanya Maddi pada manusia berkostum sumo itu. Laki-laki itu mengangguk dan berlutut.

"Oh dude, seharusnya kau mencintai manusia yang sejenismu, kau buruk dan gendut, kau mau tahu siapa yang pantas untukmu?" Cercah Amathys dengan gaya angkuh, "Ella the meatball. Kau lebih pantas untuknya, gadis merana dan kesepian." Lanjutnya disertai tawa semua orang padaku.

                Aku menunduk berusaha pura-pura tidak mendengarnya, Charles, Hayley dan Linsey mereka hanya diam canggung.

"Mereka semua aneh." Ujar Hayley yang duduk di sampingku.

"Tapi yang kuingin hanya dirimu wahai putriku."

"Namun yang kuingin hanya dirimu jika kau adalah Tyler Holder atau Dylan Dauzat."

                Sekali lagi mereka semua tertawa aku hanya masih terpuruk karena beberapa mulai berbisik mengejekku.

"Jika kau mau menerima mawar terakhirku ini, aku jamin aku akan berubah menjadi pangeran idamanmu."

"Hai Tony!"

                Semuanya tertawa sangat keras sedang Hayley nampaknya diam saja.

              Aku melihat ke panggung dan betapa terkejutnya seseorang dengan kostum sumo perempuan dan topeng wajah yang sepertinya sangat familiar. Yeah benar sangat familiar, wajah yang sama saat aku melihat ke cermin di kamar mandi, wajah yang sama saat aku berjalan melewati etalase toko. Itu aku. Dan aku sudah selesai. Aku lelah dengan semua yang selalu terjadi denganku, mereka selalu membuat bahan lelucon tentangku.

                 Kalian bahkan tidak tahu rasanya menyangga tubuh yang sangat berat, bahkan kalian juga tidak tahu rasanya menjadi sangat payah saat ada cermin di depanmu. Saat semua gadis berhamburan berebut cermin panjang dan kau hanya bisa melewati mereka dengan tatapan sedih. Saat teman-temanmu mengirim foto di akun sosial media tentang betapa kecilnya kaki mereka, atau betapa datarnya perut mereka dengan bikini ataupun outfit yang sangat pas di badan mereka.

                     Air mata jatuh dari pelupuk mataku yang sudah penuh, aku tak kuasa lagi, semua orang menatapku jijik, mencemoohku. Bahkan mereka tidak pernah menanyakan bagaimana perasaanku saat mereka melakukan itu. Drama itu benar-benar keterlaluan,  aku sangat tidak percaya bahkan kakakku sendiri ada bersama mereka. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Hayley, Charles, dan Linsey yang duduk di dekatku saat drama berlangsung. Mereka pasti sangat malu berada di dekatku tadi, mereka pasti menyesali keputusan mereka untuk berjalan bersamaku. 

             Kedua saudara kandungmu yang sempurna tidak pernah menganggapmu ada.

SIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang