Keadaan telah berubah, tidak ada gadis-gadis dengan dandanan menor lagi yang datang. Hanya Maddi yang lebih sering menangis, Dylan mungkin benar-benar memutuskannya. Aku tidak bisa begitu saja menyalahkan Dylan karena dia memang tidak bersalah. Sedang Maddi, aku tak bisa menyalahkannya juga karena dia kakakku.
"Hey, kau tahu? Keadaan sekolah saat ini sedang tidak bagus. Kau beruntung tinggal di rumah." Ujarnya, aku rasa itu ditujukan untuk Maddi.
"Ada apa?" Tanyaku kemudian.
"Seluruh sekolah kini memaki saudarimu, Dylan benar-benar tidak lagi peduli padanya." Jelasnya seraya menunjukkan sebuah foto dari ponselnya, benar-benar kacau.
Mejanya benar-benar kotor dan dipenuhi dengan tulisan konyol kekanak-kanakan. Seseorang bahkan memasukkan beberapa kondom di tas nya, kemudian seluruh temannya mengambil gambar dan mengirimnya ke seluruh sekolah.
"Dan seluruh senior menggoda tubuhnya." Ujar Zach yang sedari tadi sibuk dengan karet gelangnya.
"Lagipula kau tak harus selalu peduli pada mereka El. Mereka bahkan tak pernah peduli padamu." Ujar Hayley disertai anggukan Zach.
"Dimana ayahmu?" Tanya Zach.
"Di kantornya tentu saja." Jawabku, dia menghela nafas panjang kemudian kembali bertanya.
"I mean Brennen. Where is he?"
"I don't know, Taco Bells probably?"
"Sucks.""Mad yang menciumnya pertama kali, dia mabuk dan Brennen ada di sana karena dia selalu bersikap seperti pria 40 tahunan tanpa masa remaja." Jelasku, sebelum pergi beberapa jam yang lalu Brennen ada di kamarku dengan tampang menasehatinya.
Keesokan harinya, aku sudah dapat kembali ke sekolah. Beberapa pelajaran kosong karena pemilihan presiden sekolah atau ketua kesiswaan. Halaman yang beku telah penuh dengan poster dan pernak-pernik pendukung, beberapa both juga diletakkan berdampingan.
"Guten morgen Isabella!" Sapa seseorang, aku menoleh dan melihat Ariel melambai dengan Linsey di sampingnya.
"Hey good morning Ariel." Sahutku, dia memelukku singkat.
"I miss you El. Glad you were here." Ujarnya kemudian tersenyum manis, kini aku tahu mengapa Zach bisa jatuh hati pada gadis ini.
"Thank you Ariel. I mean good luck!" Ujarku menyemangatinya.
Kutaruh seluruh bukuku di loker dan memilih untuk tidak membawa apapun. Perasaanku mendadak aneh, beberapa gadis nampak berkerumun di sampingku dengan outfit musim dingin mereka yang keren.
"Aku dengar Mad pernah tidur dengan Mr. Jeff."
"Dia selalu membawa kondom astaga."
"Bagaimana dengan adiknya?"
"Sara? Dia semacam terkena imbasnya.""Hey! Kalian sudah selesai pamer? Kalau begitu bawa pergi bokong kalian!" Seru Zach dari kejauhan. Dia berlari kecil ke arahku, aku tersenyum.
Astaga untuk apa aku tersenyum.
"Hey Ella! Akhirnya kau datang." Sapanya kemudian memberikanku sebuah kartu pengenal sebagai team dari Ariel, "Um aku hanya ingin memberimu selamat, El."
"Ada apa Zach?"
"Proyek sejarahmu terbaik di kelas."
"Proyek sejarah kita, terima kasih untukmu Zach."
"Tidak, terimakasih Ella, aku tak pernah mendapat nilai sempurna."Kami terdiam beberapa detik dengan canggung, aku tahu Zach pasti ingin segera pergi. Dan aku hanya akan berakhir sendiri lagi. Bahkan hidupku di sekolah adalah 90% terjebak dalam kesendirian yang berlarut-larut. Aku berusaha untuk tidak terlalu berharap pada keadaan akan terus berjalan baik, aku hanya berusaha menerima.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIZE
Teen FictionWritten in Bahasa Have you ever think about who or what will end your feeling of bored being such an ugly one? Everyone just mentally feel so pity of you, it sucks, totally sucks. Life without any sort of guy who loves you but daddy, always try to b...